"Percayalah, tidak ada luka yang abadi." ~Cassandra Aglenia.
.
.
.
Xavier melotot mendengar umpatan Cassandra. Gadis itu setajam silet menatapnya, seolah ingin mencabik-cabik Xavier sekarang juga.
"Apa.. Apa kau baru saja menyebutku sinting?!" Xavier geram.
Cassandra melengos dan mencibir.
"Ya iyalah! Siapa lagi?!" balasnya keras. Dia merapikan rambutnya yang tidak berantakan. Mencari pengalihan untuk meredam kemarahannya yang hampir memuncak.
"Jaga omonganmu. Kau akan menyesal," kata Xavier kemudian.
Baru sekali ini dia mendapatkan umpatan yang begitu jelas di telinganya, terlebih di hadapan wajah tampannya. Apakah gadis ini sudah gila? fikirnya dalam hati.
Dia yang begitu sempurna, kini citranya telah dicoreng oleh sebuah umpatan oleh seorang gadis penjaga kafe. Xavier mengatur napasnya.
Cassandra semakin berdecak.
"Waah," katanya.
"Kau sungguh luar biasa," Cassandra menggelengkan kepalanya seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan pria itu.
Xavier meregangkan duduknya yang tegang. Barusan gadis ini menyebutnya luar biasa? Tentu saja, memang begitu.
"Kau terlambat menyadari, namun maaf. Aku memang luar biasa," katanya lagi, mengibaskan kemejanya pelan, berusaha menambah kegantengannya.
Tanpa Xavier sadari, Cassandra sudah berusaha sekuat diri menahan untuk tidak memaki lebih panjang.
"Keluar!!"
Cassandra bangkit dari kursinya, kini berkacak pinggang di depan Xavier.
"Akan kuanggap percakapan tadi tidak ada. Memenuhi memoriku saja!" sungutnya seraya berbalik badan, membiarkan Xavier yang masih diam di tempatnya.
Pria itu menatap kepergian Cassandra yang secepat kilat. Cassandra sudah berlalu dari hadapannya dan kini kembali ke belakang meja kasir untuk melanjutkan pekerjaannya.
Xavier tersenyum licik.
"Kita lihat saja nanti, Cassandra. Kau akan memohon padaku," bisiknya pelan.
***
Arjuna mengambil sebuah stik dan membawanya ke meja bilyard. Bola-bola telah disusun di tengah, siap untuk dimainkan. Dia melirik kearah Xavier sekilas. Sahabatnya itu sedang menatap lurus keluar jendela sembari duduk di sebuah sofa. Dia menyesap minumannya pelan dan seperti berfikir berat.
"Lo kenapa?" tanyanya sembari mengayunkan stiknya, membuat bola-bola itu bergulir ke segala arah.
"Jun, dia memang beda," gumam Xavier.
Arjuna menggeser tubuhnya, berusaha membidik sebuah bola berwarna merah menyala.
"Siapa?"
Xavier menarik napasnya, masih tersisa kemarahan di sana. Sungguh keterlaluan gadis itu.
"Cassandra," bisik Xavier lagi.
Arjuna menegakkan punggungnya. Memutar badannya untuk menghadap sepenuhnya pada Xavier.
"Cassandra? Kenapa? Apa yang terjadi?" tanyanya antusias begitu mendengar nama Cassandra.
Xavier hening sesaat sebelum menjawab pertanyaan Arjuna.
"Dia.. somehow gue merasa dia seperti..," katanya terbata-bata.
"Dia... punya kharisma. Sama kayak pertama kali gue ketemu sama..," kembali Xavier menggantung kalimatnya.
Arjuna meletakkan stiknya dan menghampiri Xavier. Dia menepuk pundak lelaki itu perlahan.
"Lo belum move on juga?" gumamnya setengah berbisik. Arjuna mengambil posisi di depan Xavier, sembari membuka sebuah kaleng bir yang tersedia di meja.
"Ternyata enggak semudah itu. Gue lagi cinta-cintanya sama dia pas dia memutuskan untuk..," kata Xavier berat.
"Berhenti. Udah cukup!" potong Arjuna cepat.
Xavier menundukkan kepalanya lemas.
"Udah saatnya lo bangkit!" kata Arjuna lagi.
"Udah saatnya lo lupain dia dan buka hati untuk yang baru. Perempuan gitu banyaknya masa gak ada yang mau ama lo?" Arjuna berusaha mencairkan suasana kelam yang menyelimuti percakapan mereka malam itu.
Xavier menengadah melihat ke arah Arjuna. Tatapan seolah bertanya "apa gw harus?" kemudian Arjuna seakan membaca pertanyaan itu lewat mata sahabatnya, dia mengangguk mengiyakan.
"Kalo gue mau mulai lagi, lo akan dukung kan?" tanya Xavier masih melihat pada Arjuna.
Arjuna bertepuk tangan.
"Itu baru Xavier Forzano!" ujarnya lantang.
"Jelas, sejuta persen gue akan dukung lo!" katanya lagi, bersemangat.
Manik Xavier memutar pelan. Arjuna merubah posisi duduknya, siap mendengarkan sahabatnya.
"Apa yang bisa gue bantu? Siapa gadis beruntung itu?" tanyanya sedikit mencondongkan badannya.
Xavier menelan ludah. Sedikit ragu apakah dia akan mengutarakan pada Arjuna atau tidak, menantikan bagaimana reaksi sahabatnya jika dia menyebut nama gadis itu.
"Lo udah janji bakalan dukung ya," ucapnya pelan, diikuti anggukan Arjuna yang tampak terlalu bersemangat.
Xavier menarik napas agak panjang.
"Dia.. Cassandra," katanya lantang.
Arjuna melotot dan refleks berdiri dari duduknya.
"APA?!"
.
.
.
🌾Bersambung🌾
~Yuk dukung dgn like, vote dan komen ya readers.. selamat membaca 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Anonymous
gimana juna gk kaget,xavier mau nikung juna
2021-11-25
0
Mini Soegiharto
aduh rebutan gitu sih udah deh sama eke aja lah😅🤣😂
2021-10-15
0
Erna Yunita
ih.....gregeeeettttttttt banget
2021-09-25
0