"Aku tak bisa kehilanganmu. Bahkan sekedar kenanganmu pun sulit bagiku." ~Xavier Forzano.
.
.
.
Arjuna mengeluarkan ponsel dari saku celananya yang sedari tadi terus bergetar. Pasti panggilan dari seseorang yang tak sabaran, batinnya. Dia buru-buru keluar dari kelas pertamanya pagi ini untuk menjawab panggilan itu. Dia memicingkan mata sekilas, menatap pada nomor baru yang belum dia simpan. Siapa gerangan?
"Halo?" angkatnya.
"Jun, lo dimana?" Sebuah suara yang sangat Arjuna kenal, itu suara Xavier. Temannya sepanjang masa.
"Xavier! Lo dimana? Masih di Singapura?" tanya Arjuna bersemangat. Sebuah senyum kecil tersungging di bibirnya tanpa dia sadari.
"Haha. Gue udah pulang. Sekarang lagi di kafe deket kampus lo. Apa namanya ini, J-Town!" ucap Xavier di sebrang.
"Oke. Tunggu gue kesana sekarang," balas Arjuna lagi, mematikan panggilan telepon itu.
Dosennya tidak masuk pagi itu, dan mereka diminta untuk mengerjakan laporan saja. Arjuna dapat dengan cepat menghampiri sahabatnya yang sebelumnya menetap di Simgapura, yang entah kenapa tiba-tiba muncul di Jakarta pagi ini.
Lelaki itu menyampirkan tas ransel branded miliknya, kemudian sedikit berlari dia menuju kafe yang dimaksud Xavier.
***
Cassandra memperhatikan seorang lelaki yang sedang duduk di kursi ujung, bersebelahan dengan kaca di sebelah kiri kafe. Lelaki itu sedari tadi memainkan ponselnya, sambil sesekali menyeruput chocho latte-nya.
Dia mengenakan kemeja biru kotak-kotak kecil dipadu dengan celana jeans bermerek dengan sebuah tas selempang berwarna putih krim. Tidak ada yang salah dengan lelaki itu. Dari penampilannya dia terlihat seperti lelaki kaya raya dan terpandang.
Namun, di jam delapan pagi ini dia tampak mengenakan kacamata hitam di ruangan kafe yang tertutup. Cassandra menggeleng pelan. Matanya masih tertuju pada pria aneh tadi.
Astaga. Sungguh konyol. Apakah dia artis?
Tidak ingin menerka lebih lanjut, gadis itu memilih untuk terus berkutat membereskan pekerjaannya, menyusun gelas-gelas dan merapikan kue-kue kecil di display.
Sampai tiba-tiba seseorang yang dia kagumi mendorong pintu kafe dan tersenyum manis kepadanya, Cassandra merasa mendapat durian runtuh di pagi hari.
"Hai, Cass," sapa Arjuna cepat, yang kemudian celingukan mencari seseorang.
Cassandra melambaikan tangannya hendak membalas sapaan Arjuna, pangerannya, namun Arjuna sudah menghampiri si lelaki aneh tadi. Cassandra terperangah dari balik meja kasirnya.
Astaga. Lelaki aneh itu temen Mas Juna? Enggak banget, deh.
Arjuna menepuk pundak Xavier dan memeluknya sekilas. Lalu Arjuna mengambil posisi duduk di depan Xavier, dengan mata berbinar tersenyum dan mengobrol panjang lebar pada Xavier. Mereka telah terlibat percakapan yang cukup seru di pagi hari, terbukti dengan raut wajah keduanya yang senantiasa berseri.
Cassandra masih sesekali mencuri pandang pada dua lelaki tadi, terlebih mencuri pandang pada Arjuna. Hatinya telah berbunga-bunga bahkan sebelum jam makan siang tiba.
***
Xavier merogoh kantong celana jeans-nya, kemudian memeriksa kantong kemejanya. Tidak ada. Dia membuka tas selempangnya dan terus mencari benda kecil yang baru dia sadari telah hilang. Arjuna ikut bingung melihat perilaku Xavier. Mereka telah berada di seputaran kampus Arjuna, yang kini juga telah menjadi kampus Xavier untuk menempuh gelar masternya.
"Ponsel gue kayaknya hilang," ujar Xavier pelan, masih terus mencari ponselnya yang raib entah kemana.
Arjuna berdecak. Xavier tidak berubah. Dia memang sesekali ceroboh.
"Lo memang enggak berubah sama sekali," mengomel pelan seraya mengambil ponsel miliknya, Arjuna mencoba menghubungi ponsel Xavier. Tapi nihil, ponsel Xavier telah dimatikan dan tidak dapat dihubungi.
"Gak bisa dihubungi, mati," ujar Arjuna menyesal. Xavier menghela napas panjang.
"Apa ponsel gue dicuri tanpa gue sadar ya?" gumamnya lagi. Arjuna tak menanggapi perkataan Xavier barusan.
"Udahlah. Bisa beli ponsel baru, kan?" katanya.
Xavier menatap Arjuna. Sungguh Arjuna tidak perlu bertanya. Dia adalah Xavier, lelaki masa kini yang hidup dengan bergelimang harta. Ponsel seperti itu jangankan membeli satu buah, mengakuisisi perusahaannya pun Xavier bisa. Salah, Opa yang bisa, hehehe.
"Iya bisa. Tapi semua data gue ada di sana," kata Xavier lagi.
"Oke gak apa-apa nanti gue coba hubungi lagi," lanjutnya, kembali merapikan beberapa barangnya, masukkan kembali ke dalam tas.
Arjuna menaikkan bahunya. "Baiklah. Sekarang ayo ikut gue untuk kelas selanjutnya," kata Arjuna sembari bangkit.
Xavier menuruti kata sahabatnya, Arjuna, satu-satunya orang yang dia kenal di kampus ini. Mereka telah berteman dari kecil, bahkan kedua keluarga mereka berhubungan dengan baik. Xavier pernah mendengar Opa berkata pada Ibu Arjuna kalau Arjuna adalah perempuan, Opa akan menjodohkan Arjuna dengannya. Sungguh Opa luar biasa.
Xavier tidak takut kehilangan ponselnya. Dia sangat bisa menggantinya sekarang juga.
Namun, ada satu hal yang penting baginya.
Dia tidak bisa kehilangan Gracia, sebab semua ponselnya hanya berisikan tentang gadis itu.
.
.
.
🌾Bersambung🌾
~Dukung dengan like, vote dan tinggalkan komen ya kak Readers.. Makasih sudah mampir 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Saepul 𝐙⃝🦜
Siapa kah Grasia?
2021-12-20
0
Aris Susanti
kirain data apa.an
ternyata data cewek y Xavier 🤣🤣🤣
2021-11-27
1
D'ՇɧeeՐՏ🍻
Otw jumpa jodoh🤣
2021-10-18
0