"Dia tidak baik. Sungguh tidak baik." ~Arjuna Radeya.
.
.
.
Xavier baru saja memarkir mobilnya dan turun perlahan sambil menenteng tas selempangnya. Lelaki itu mengenakan kemeja polos berwarna krem dengan corak abstrak dan mengggunakan celana chino panjang berwarna coklat tua.
Dia berjalan menuju gerbang kampus sambil sesekali melihat ponsel, ketika tiba-tiba sosok Cassandra tertangkap oleh kilatan matanya. Cassandra tidak sendirian. Dia bersama seorang pria. Xavier memicingkan matanya untuk memeriksa apakah itu Arjuna, namun ternyata bukan.
Semakin Xavier mendekat, sosok pria itu semakin jelas. Xavier berdebar kencang ketika mengetahui pria yang sedang berjalan berbarengan dengan Cassandra adalah si gitaris tadi malam! Pria yang diacuhkan oleh Cassandra. Pria yang kata Arjuna adalah petinggi The Reds. Ini masih pagi dan darahnya terasa sudah mendidih.
Mau apa pria itu sampai mengikuti Cassandra kemari?
Xavier mengatur langkah dan menjaga jarak di belakang mereka yang terus berjalan menuju pintu masuk kampus. Mencoba mendengar sayup-sayup apa yang mereka obrolkan, namun nihil. Dia tidak mendengar apapun karena suasana di sekitar pintu masuk kampus juga mulai ramai. Dia bersembunyi di balik beberapa mahasiswa yang juga berjalan, hingga tiba-tiba lelaki yang bernama Kaisar itu menghentikan langkahnya.
Xavier juga berhenti mendadak. Masih memasang matanya tajam pada dua insan manusia itu. Tampak lelaki itu menyodorkan sebuah ponsel dan Cassandra menerimanya.
Pasti mereka bertukar nomor ponsel. Boleh juga percobaanmu.
Ketika Cassandra berbalik dan berjalan lebih dulu meninggalkan Kaisar, Xavier bersembunyi di antara lalu lalang yang semakin meramai. Dia memperhatikan Kaisar yang menunggu Cassandra berlalu sesaat, kemudian berbalik arah.
Sudah kuduga. Kau pasti punya maksud tertentu hingga datang sejauh ini.
Matanya masih lekat menatap pria itu, mengikutinya setiap gerakan. Hingga pria tadi masuk ke salah satu mobil yang terparkir di tepi jalan, sebuah mobil sport terbaru berwarna merah menyala. Xavier melihat Kaisar masuk ke dalam mobilnya dengan cepat kemudian melaju kencang meninggalkan tempat parkir.
Terdapat tulisan 'The Reds' yang lumayan dapat terbaca dengan jelas di kaca belakang mobil milik Kaisar. Tanpa sadar Xavier mengepalkan tangannya keras, di pagi hari yang bahkan belum pukul delapan itu.
***
Arjuna terbelalak.
"Dia ke sini?!"
Xavier mengangguk sambil menyalakan rokoknya, di smoking area dekat kampus mereka.
"Ah, gila emang tu bocah!" umpat Arjuna.
Xavier menghisap rokoknya dan mengembuskan asapnya ke udara.
"Itu memang The Reds," katanya malas.
Arjuna berbalik menghadapnya.
"Sialan. Kenapa harus Cassandra sih? Kenapa enggak yang lain aja?!" ujar Arjuna lagi dengan nada kesal yang tersirat dalam suaranya.
"Apa dia sengaja mau nyari masalah sama lo lagi? Mungkin dia tau Cassandra itu deket sama lo?" Xavier mencoba berhipotesis, namun langsung dipatahkan dengan gelengan Arjuna.
"Gue gak yakin," katanya.
"Gue udah bertahun enggak ketemu atau pun punya masalah sama mereka. Dan gue sama Cassandra enggak sedekat itu untuk dia jadikan Cassandra targetnya," jelas Arjuna.
Xavier menarik napas panjang.
"Gue udah males bener berurusan sama mereka," kata Xavier lagi.
Arjuna mendelik, menatap Xavier.
"Gue tau ini gak mudah untuk lo balik ke sini lagi. Tapi, cukup satu aja yang mereka ambil dari hidup kita, orang terdekat kita!" jelas Arjuna sedikit menaikkan nada suaranya.
"Gue rasa Cassandra bukan orang yang masuk daftar orang dalam hidup gue, atau hidup lo juga," balas Xavier malas.
"Jadi, gimana kalo kita biarin aja dia jadi target The Reds? Gak ada masalah kan?" lanjut Xavier lagi.
Kali ini Arjuna yang tidak terima dengan perkataan Xavier barusan. Mungkin Xavier memang tidak berfikir Cassandra adalah seseorang yang berharga, namun untuk Arjuna, gadis itu sesuatu baginya.
"Karna gue enggak mau berakhir sama seperti lo. Gue harus cegah dia sebelum dia bernasib sama kayak--"
"Diam!" bentak Xavier tiba-tiba, memutus kalimat Arjuna dengan kasar.
Kali ini Arjuna yang menghela napas. Bukannya marah karena mendapat bentakan, Arjuna malah berjalan mendekati sahabatnya yang mulai tertunduk itu.
"Gue gak mau ungkit ini, Bro," kata Arjuna pelan. Dia kini duduk tepat di samping Xavier dan menepuk pundaknya pelan.
"Tapi serius lo harus hadapin dan terima," lanjutnya.
Xavier masih bungkam. Dia tahu persis kemana arah pembicaraan Arjuna akan mengarah. Dia belum siap untuk itu. Ini sungguh bukan waktu yang tepat, meski dia juga tidak yakin kapan waktu yang tepat baginya untuk membuka diri dan menyembuhkan dirinya sendiri. Terlalu banyak pergolakan batin yang dia rasakan, terlalu bertubi-tubi.
"Gracia sudah tidak ada," kata Arjuna pelan, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Xavier sendirian.
.
.
.
🌾Bersambung🌾
~Yuk dukung dgn like, vote dan komen ya readers.. selamat membaca 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Saepul 𝐙⃝🦜
makin penasaran aja nih Sama alur cerita nya
2021-12-21
0
Muajidah Firdausi
Gracia dan Casandra bersaudara ya
2021-09-26
0
Erna Yunita
hmmm.....apakah mungkin ini geng berandal.....dan gracia korban dari geng kaisar.....mungkinkah begitu????
2021-09-25
0