"Aku sungguh tidak ingin berhubungan denganmu lagi." ~Cassandra Aglenia.
.
.
.
Cassandra membawa lap dan nampan untuk membersihkan gelas-gelas dari meja tempat Arjuna dan lelaki berkacamata hitam itu duduk. Dia mengambil gelas dan meletakkannya di atas nampan, ketika tanpa sengaja dia melihat sebuah ponsel tergeletak di ujung meja.
Ragu, dia sempat celingukan sesaat. Namun dia tetap mengambil ponsel itu, menduga dalam hati mungkin benda pipih itu adalah kepunyaan Arjuna, atau mungkin punya lelaki berkacamata hitam tadi. Cassandra mencoba menghidupkan ponsel yang dia genggam di tangan kanannya, namun tidak ada perubahan. Ponsel itu mungkin telah mati karena kehabisan baterai. Dilihat dari model dan mereknya, Cassandra menduga ponsel itu pasti berharga mahal, dan tidak mungkin di antara lelaki tadi sengaja meninggalkannya.
Cassandra ingat betul Arjuna dan lelaki berkacamata itu duduk di sini, jadi sudah pasti ponsel ini adalah milik di antara keduanya. Sebab belum ada orang lain yang menduduki kursi ini setelah mereka.
Memasukkan ponsel yang masih terlihat mulus itu ke dalam saku celemeknya, Cassandra kemudian melanjutkan membereskan meja. Sejurus kemudian dia telah kembali ke meja kasir, mengeluarkan charger dari tasnya dan mengisi baterai ponsel mati itu di ruang kosong tepat di bawah display kue.
Dia berencana untuk mengembalikan ponsel itu pada Arjuna, sekalian bercengkrama sesaat dengan lelaki pujaannya itu. Ponsel itu kini telah mengisi daya baterainya dan Cassandra menghidupkan tombol on. Loading sesaat.
Gadis itu sedang melayani seorang pelanggan yang datang memesan sebuah cake ulang tahun, saat ponsel itu bergetar dan mulai berdering. Sebuah telepon masuk. Mungkin dari sang pemilik, batinnya. Dia segera menyelesaikan transaksi jual belinya dan buru-buru mengangkat panggilan itu.
"Halo," katanya cepat, sebelum panggilan itu kembali menjadi missed call untuk ke beberapa kali.
"Hei, kau pencuri ya!" teriak sebuah suara di sebrang. Cassandra menjauhkan ponsel itu dari telinganya, mendengarkan dengan seksama sebuah suara yang cempreng yang sangat tidak sopan.
"Apa?!" balasnya ketus. Niat baiknya hilang sudah.
"Kenapa ponselku ada padamu?" tanya suara itu lagi. Cassandra semakin jengah.
"Begini ya. Ponselmu ini tertinggal di kafe tempatku bekerja. Segera ambil atau aku buang saja ke selokan! Percuma aku mengisikan baterainya, cih!" Cassandra berkata gusar, buru-buru memutus sambungan telepon itu. Dia telah dirundung amarah.
Cassandra menarik napas, mengeluarkan dengan pelan untuk menetralkan darahnya yang mendidih.
Sungguh kurang ajar lelaki itu menuduhku pencuri. Hanya ponsel ini saja? Jika berniat mengambilnya pasti aku takkan susah payah mengisi baterainya dan mengangkat teleponnya di sela-sela kesibukanku bekerja. Sial. Moodku sudah hancur berantakan.
***
Lelaki itu memandang Cassandra yang duduk tepat di depannya. Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, duduk tegak dengan tatapan mata setajam elang. Arjuna yang duduk di sebelah pria tadi hanya senyum-senyum sendiri. Cassandra pasti jengkel, fikirnya.
"Jadi...," Cassandra mencairkan keheningan di antara mereka bertiga.
"Apa aku terlihat seperti pencuri?!" tanyanya dengan nada tinggi pada Xavier, yang masih lekat melihatnya.
Cassandra mengambil napas dan menghembuskannya dengan keras. Dia menatap Xavier dengan tatapan tajam penuh kejengkelan.
"Baiklah. Aku minta maaf tentang itu," jawab Xavier pelan.
"Ponsel ini sangat berharga untukku," lanjutnya lagi. Sebersit rasa bersalah terdengar dari suaranya yang melemah.
Cassandra merubah posisi duduknya menjadi lebih tegap. Dia tidak lagi menyilangkan tangannya, kini menaruh tangannya di pangkuannya.
"Berapapun berharganya ponselmu itu, kau tidak berhak mengatakan orang lain pencuri. Jelas-jelas semua karna kesalahanmu," cerca Cassandra mengomel. Arjuna terkikik melihat Xavier menunduk. Persis seperti seorang bocah yang dimarahi oleh ibunya.
Xavier menyenggol lengan Arjuna. "Kenapa lo malah ketawa!" gusarnya. Arjuna semakin terkikik.
"Baiklah. Aku minta maaf," ujar Xavier lagi. Menyesal. Nada suaranya sungguh lembut. Dia benar-benar menyesal.
Cassandra berdehem.
"Maafmu diterima. Tolong jangan bicara sembarangan pada orang lain. Kau harusnya menjaga barangmu baik-baik jika memang itu berharga untukmu," kata Cassandra sambil tersenyum tipis.
Gadis itu bangkit dari kursinya. "Aku kembali bekerja," pamitnya pada Arjuna, yang dibalas dengan anggukan lelaki itu.
"Terima kasih, Cass," kata Arjuna tersenyum. Cassandra membalas senyuman Arjuna dan melangkah pergi meninggalkan mereka.
Xavier sibuk mengotak-atik ponselnya. Memastikan tidak ada satu pun data yang hilang tentang gadisnya, Gracia. Dia menghela napas lega.
"Aku tidak akan kehilanganmu lagi," ujarnya berbicara pada ponselnya. Mengusap-usap ponsel itu lembut dan menyimpannya dalam kantong celananya.
Baru saja dia akan berterima kasih pada gadis si penjaga kafe, dia menyadari bahwa gadis itu tidak lagi duduk di sana. Arjuna telah bangkit dari kursinya dan mengajaknya pergi dari tempat itu.
Xavier mengikuti ajakan Arjuna dengan enggan, sembari dia celingukan mencari sosok Cassandra yang telah menyelamatkan harta berharganya. Tetapi gadis itu tidak lagi terlihat.
Arjuna terus menariknya menuju pintu keluar, hingga akhirnya mereka benar-benar meninggalkan kafe. Xavier belum mengucapkan terima kasih, dan belum bertanya siapa nama gadis galak itu.
.
.
.
🌾Bersambung🌾
~Dukung dengan like, vote dan tinggalkan komen ya kak Readers.. Makasih sudah mampir 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Saepul 𝐙⃝🦜
Beuh sekata kata ya orang kaya, gaplok boleh?
2021-12-20
0
Aris Susanti
Rasain
sembarangan nuduh sih 😒
2021-11-27
1
🦃⃝⃡ℱᵇᵃˢᵉ🥀Am@π&@ 😉🥀
masih minyak ka'bee bagus cerita'y 🥰🥰🥰🥰semangat selalu
2021-10-28
0