"Pertemuan pertama mungkin ketidaksengajaan, namun orang-orang berkata bahwa pertemuan kedua adalah takdir." ~Xavier Forzano.
.
.
.
Xavier mematikan rokoknya dan membuka pintu mobil. Menyerahkan kunci pada seorang juru parkir, lelaki itu melangkah pelan memasuki sebuah gedung bertingkat.
Langkahnya santai, menuju sebuah kafe yang terletak di lantai paling atas gedung megah ini. Xavier mengambil ponsel dan sebuah pesan masuk ke aplikasi WhatsApp-nya. Dia semakin memacu langkah, meninggalkan orang-orang dengan kesibukan mereka di lobby hotel berbintang lima tersebut.
Cassandra melirik jam tangannya, pukul delapan malam lebih lima belas menit. Dia masih duduk di ruang belakang kafe, bersama beberapa orang pemain musik yang baru saja dikenalnya seminggu belakangan.
Cassandra merasa lebih rileks malam ini, karena ini penampilan keduanya dan hari ini mereka akan tampil khusus untuk tamu undangan. Kafe ini telah dipesan seseorang untuk pesta, begitu yang Cassandra dengar dari manajer kafe. Jadi, mungkin tidak akan begitu ramai orang, fikirnya. Atau bahkan bisa sebaliknya, bukankah ini sebuah pesta?
Cassandra mengentak-hentakkan kakinya ke lantai, mengusir rasa nervous yang menjalar masuk ke dalam dirinya tepat sebelum dia muncul di panggung itu.
"Kau siap?" sebuah suara menyapanya, seorang lelaki yang sedang memegang gitar bertanya pada Cassandra dengan senyumannya yang bisa diakui Cassandra -- tampan. Gadis itu bangkit dari duduknya dan tersenyum kecil.
"Ayo!" balasnya yakin. Dia melangkah keluar ruangan, mengikuti langkah kaki pria tadi yang dia belum tahu namanya siapa, menuju sebuah panggung di tengah kafe.
Gadis itu memegang mikropon dan menyapa beberapa orang yang telah terlihat hadir di kafe, dengan busana yang luar biasa elegan dan terlihat mahal. Untuk sejenak Cassandra merasa minder dengan pakaian kasualnya, namun cepat-cepat ditepisnya. Dia tidak ingin merusak performance-nya dengan memikirkan hal yang tidak penting. Terlebih karna manajer kafe berjanji akan melebihkan fee-nya untuk penampilannya malam ini.
Bukan hal baru bagi Cassandra memegang mikropon dan melantunkan lagu-lagu melalui suara merdunya. Kini, setelah sekian lama berhenti bernyanyi, akhirnya gadis itu mendapat pekerjaan paruh waktu untuk mengisi live music di sebuah kafe besar di Jakarta. Cassandra hanya merasa jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, namun dia berusaha untuk cepat beradaptasi dan menaklukkan situasi.
Sebuah lagu dari The Script "The Man Who Can Be Moved", membuka sesi Cassandra dan teman-teman pemusiknya malam itu. Pengunjung kafe yang katanya tamu undangan begitu menikmati suara merdu Cassandra, dan tidak sedikit yang mengabadikan pertunjukan live music itu di ponsel mereka. Mungkin hanya untuk sekedar check in atau memperbaharui status di media sosial.
Cassandra menyanyikan lagu itu dengan mulus, tanpa satu kesalahan pun. Dia berbalik dan tersenyum pada dua lelaki di belakangnya, yang mengiringi lagunya baru saja. Memberi tanda dia siap untuk lagu berikutnya.
Selesai menyanyikan dua lagu, Cassandra mengambil jeda sejenak. Dia turun dari panggung itu dan membiarkan kedua pemusik tadi memainkan instrumen mereka. Dia menuju ruangan di belakang kafe, tempat dimana tasnya berada untuk memeriksa ponselnya sesaat. Tidak ada notifikasi yang berarti. Gadis itu lalu mengambil sebuah botol air minum dan menenggaknya, membasahi kerongkongannya agar dapat kembali bernyanyi dengan merdu untuk melanjutkan pekerjaannya malam ini sampai selesai.
Cassandra bangkit dari kursinya dan membuang botol itu ke tempat sampah, bersiap untuk kembali ke panggung.
Baru beberapa langkah dia meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba langkahnya terhenti karena seseorang telah menahan tangannya. Spontan berbalik, Cassandra melihat seorang lelaki yang berani menarik tangannya tanpa permisi.
Bola matanya berputar. Menatap lelaki yang berada tepat di hadapannya, Cassandra terbelalak.
"Kau?!" Cassandra melengos melihat lelaki itu. Lelaki yang diteriaki masih memegangi lengan Cassandra, dan begitu sadar tangannya masih berada dalam genggaman lelaki itu, Cassandra menarik paksa tangannya hingga terlepas.
"Ups, maaf," lelaki itu meminta maaf karena tanpa sengaja telah memegang lengan Cassandra.
"Sedang apa kau di sini?" Cassandra berkacak pinggang, sambil mencuri pandang ke arah panggung.
"Tentu saja karna ada yang mengundangku," balas lelaki itu santai.
Cassandra menghela napas. "Baiklah. Aku harus kembali ke panggung," ujarnya cepat, hendak mengambil langkah untuk meninggalkan pria itu.
"Tunggu!" Pria itu menyela langkah Cassandra, menyebabkan mata tajam Cassandra kini menatap dalam padanya.
"Apa lagi!" gerutunya bersungut-sungut, tidak sabar.
Lelaki itu berdiri tepat di hadapan Cassandra.
"Izinkan aku berterima kasih. Juga, karena ini pertemuan kedua kita, mari mulai dengan baik," ujarnya sembari mengulurkan tangannya ke arah Cassandra.
"Senang bertemu denganmu, Cassandra. Aku Xavier Forzano."
.
.
.
🌾Bersambung🌾
~Dukung dengan like, vote dan tinggalkan komen ya kak Readers.. Makasih sudah mampir 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Saepul 𝐙⃝🦜
Okay hello 😃
2021-12-20
0
Anonymous
pertemuan yg k2 semoga berlanjut
2021-11-25
0
Erna Yunita
jeng...jeng....jeng.....
2021-09-25
0