Mata Mata

Pagi harinya Alina memulai aktifitas seperti biasa. Dan begitu juga Dewa. setelah sarapan Dewa pamit kepada Alina untuk ke bengkel dan kafe miliknya. Alina harus tahu. Karena tidak mungkin menutupi semua yg ada di dirinya.

Setelah kepergian Dewa , Alina juga merencanakan aksi selanjutnya. Ia kemudian mencari alamat yg dituju. Alina menggunakan motor miliknya agar lebih mudah untuk mencapai tujuan maupun menghindar.

Alina sudah mempersiapkan GPS miliknya, menuju ke kediaman Angkasa. Orang tua Dewa.

Ketika keluar gerbang, tampak beberapa anak muda menatapnya sinis terhadapnya. Namun Alina abaikan saja. Kemudian melajukan kendaraannya menuju jalan raya.

Satu jam telah berlalu. Alina masih berada di atas motor ya. Apalagi hari ini jalanan begitu ramai. Alina melajukan kendaraannya perlahan. Dan tempat yg dituju pun tidak terlalu begitu jauh lagi.

Hingga sampailah Alina disebuah rumah besar dan pagar yg cukup tinggi. Dan disana ada beberapa penjaga. Alina berpura pura berhenti untuk mengecek kondisi kendaraannya. Alina mencoba untuk men stater kendaraannya berulang kali.

Ada satu orang penjaga menghampirinya dan menegur Alina. Alina berdalih jika kendaraannya mogok tidak mau jalan. Penjaga itu mencoba membantu. Namun tetap saja tidak mau menyala. Alhasil Alina disuruh mampir ke pos penjaga untuk memperbaiki motornya. Karena di tempat itu jauh dari bengkel sepeda motor.

" Maaf pak, merepotkan..." kata Alina.

" Tidak apa apa neng. Namanya musibah. Kita harus saling tolong..." kata penjaga yg baik hati itu.

Penjaga itu pun melihat kondisi kendaraannya Alina. Sudah berbagai cara di coba namun tetap tidak mau menyala.

" Belum bisa ya pak...?" tanya Alina.

" Belum neng, bengkel jauh lagi...." kata penjaga itu.

Kemudian salah satu teman penjaga pun datang untuk membantu. Namun tetap saja tidak mau menyala.

" Sebenarnya didalam ada alat alat. Tapi kita tidak berani neng..." Kata penjaga yg satunya.

" Ya udah pak, biar saya dorong..." Jawab Alina.

" Maaf ya neng, tidak bisa bantu..." kata penjaga.

" Tidak apa apa pak. Terima kasih..." jawab Alina dan kemudian mendorong menuju jalan utama lagi.

Tak lama kemudian seorang perempuan keluar dari gerbang dan melajukan kendaraannya. Alina sempat menatap perempuan itu. Saat ini sedang bicara dengan penjaga. Dan sepertinya ART yg keluar dari dalam rumah. Tak lama kemudian ART itu menghampiri Alina.

" maaf mbak. Motornya mogok...?" tanya wanita itu. Wajahnya tidak terlalu tua. Sekitar usia 35 tahunan.

" iya Bu..." jawab Alina.

" Mau ngga kalau saya dorong...?" kata Wanita itu.

" Boleh.." Alina.

" Tapi pelan pelan, saya juga tidak mahir mendorong pakai kaki..." Kata wanita tersebut.

Alina pun naik ke kendaraannya yg kemudian di dorong pelan pelan di pinggir sebelah kiri.

" Kalau cape bilang ya Bu..." kata Alina.

" Ok..." jawabnya.

Alina tersenyum sinis melihat hal itu. Ia memang sengaja. Alhasil ia dapat mangsa orang dalam. Alina pun kini ganti mengerjai kendaraan Art itu. Ketika kendaraan wanita itu didepannya, Alina menembakkan jarum ke arah ban motor wanita itu. Alhasil ban miliknya bocor. Alina tersenyum puas.

" Yah bocor mbak..." kata wanita itu kemudian berhenti.

" Yaaaahhh, maaf Bu, jadi merepotkan. Malah bocor motor ibunya..." jawab Alina.

" Bengkel sudah dekat ini kok..." Jawab wanita itu.

Keduanya pun sama sama mendorong kendaraannya menuju bengkel terdekat.

Kendaraan Alina segera ditangani oleh orang bengkel. Begitu juga motor milik wanita tersebut.

" Maaf lho Bu..." kata Alina.

" Tidak apa apa mbak. Santai saja...." jawabnya.

" Maaf Bu mau tanya. ?, ibu tinggal disana ?, rumah gede itu...?" tanya Alina.

Wanita itu tampak ragu. Namun dilihatnya jika Alina bukan siapa siapa pun akhirnya berkata jujur.

" Saya mah Art disana mbak. Ini mau belanja di pasar. Untuk kebutuhan sehari hari tuan besar..." jawabnya.

" Oh..."

" Eh maaf Bu. Perkenalkan saya Alin. Terima kasih sudah membantu mendorong..." kata Alina.

" Saya Sari mbak..."

Keduanya pun berjabat tangan saling berkenalan.

" Sudah lama kerja disana Bu...?" tanya Alina.

" Mbok jangan panggil Bu to, panggil mbak saja. Toh saya belum tua tua amat...sudah 10 tahunan mbak...." jawab mbak Sari.

Alina manggut manggut mendengar jawaban dari mbak Sari. bicaranya pun perlahan seakan tidak boleh orang dengar.

" Lama juga ya..." kata Alina.

" Ya mau bagaimana lagi. Sebenarnya saya tidak betah. Tapi mau bagaimana lagi. Kasihan tuan besar jika ditinggal..." jawab mbak Sari.

" memangnya tuan besar kenapa...?, Sakit...?" tanya Alina.

" Iya mbak sakit stroke, mana istrinya ngga pernah jenguk lagi. Apalagi ngerawat..." jawab mbak Sari polos.

" lho memangnya istrinya dimana...?" tanya Alina.

" Dia mah jarang pulang mbak. Ngga tahu kemana. Paling hanya sekali dua kali dalam sebulan ke rumah itu..." Kata mbak Sari.

" Kasihan juga ya..." jawab Alina.

" Lhah terus kesehariannya yg ngurusin siapa...maksudnya kalau mbak belanja begini. Atau keperluan apa..." tanya Alina.

" Ada orang kantornya yg selalu ngasih tiap bulannya. Namanya pak Mustafa...." jawab mbak Sari.

" Pak Mustafa itu siapanya...?" tanya Alina kembali.

" Kuasa hukum atau apa begitu. Saya kurang tahu..."

" oh..." Alina.

Tak lama kemudian motor mbak Sari pun selesai. Sementara motor milik Alina masih di tangani dan belum selesai. Orang bengkel pun tampak bingung dibuatnya.

" Ya udah saya duluan ya. Mau belanja takut kesiangan. Dagangan habis malah berabe..." kata Mbak sari.

" Ya mbak , makasih banyak lho..." Alina

" Sama sama..."

Mbak Sari pun melajukan kendaraannya menuju ke pasar. Sementara Alina memperhatikannya dari bengkel. Mbak sari lama kelamaan menghilang di tikungan.

" Belum bisa bang...?" tanya Alina ke tukang bengkel.

" Ini mah susah neng. Harus bongkar semua. Sepertinya mesin dalamnya rusak..." kata tukang bengkel.

" Udah ngga usah repot repot. Itu kap dan yg lainnya pasang lagi. Motor saya tidak apa apa kok .." kata Alina.

Alina pun kemudian mengambil kunci serep yg ia pasang tadi malam . Kunci elektrik untuk pengapian motornya. Mau bagaimanapun juga jika tidak di nyalakan kuncinya kendaraan itu tidak bakal menyala. Kecuali mencopot kunci elektriknya. Dan di setel awal.

" Wheladalah. Neng ngerjain kita..." kata tukang bengkel.

" Saya tidak ngerjain bang. Tapi memang lagi pingin saja. Dan tujuan saya sudah tercapai. Ini upah buat Abang..." kata Alina yg kemudian menyodorkan uang warna merah 3 lembar ke arah tukang bengkel.

" Wooo, rejeki nomplok..." kata Abang tukang bengkel.

" Sudah semua...?"

Dan dijawab anggukan.

" Ok, makasih bang..." Alina.

Dan Alina pun cabut dari bengkel tersebut. Ia hampir lupa memasang kamera dan chip di tas milik mbak Sari tadi. Beruntung sebelum selesai menambal ban, Alina sudah memasangnya dengan cepat.

Alina kini mencari orang yg bernama pak Mustafa . Salah satu kunci untuk bisa mengetahui kejadian dirumah tersebut. Dan Alina saat ini berhenti di sebuah warung tenda. Ia memainkan ponselnya. Dan tak lama kemudian ia mendapatkan alamat pak Mustafa.

Alina tersenyum smrik karena begitu mudah mencari orang tersebut. Namun jarak yg dituju terlalu jauh. Alina pun memainkan ponselnya kembali. Ia sedikit terkejut ketika melihat pergerakan Dewa yg sudah berada di tempat pak Mustafa. Dan Alina pun meretas ponsel milik Dewa untuk mendengarkan pembicaraan keduanya.

" Om, bagaimana kabar papa..."

" Alhamdulillah baik tuan muda. Tidak kekurangan suatu apa. Dan semua berkat tuan muda. Namun pergerakan saya selalu diawasi oleh tuan Marco. pernah beberapa waktu lalu saya di interogasi olehnya. Namun saya bilang. Jika saya hanya memastikan tuan besar baik baik saja..."

" Bahkan dia juga melarang saya memberikan informasi kepada siapapun keadaannya saat ini. Saya juga dilarang untuk menjenguknya di dalam kamar...."

" Kenapa seperti itu..."

" Katanya khawatir tuan besar drop..."

" Lalu siapa yg merawatnya saat ini...?"

" Dokter Lutfi....orang kepercayaan tuan Marco..."

" bibi Sari...?"

" Dia juga tidak boleh masuk ke kamar. Hanya kebutuhannya saja dia yg menyiapkan..."

Itu suara yg didapat oleh Alina dalam pembicaraan Dewa dengan pak Mustafa. Alina kemudian mencoba meretas sekeliling tempat pak Mustafa. Alina sempat terkejut. Karena mendapatkan tanda merah disana. Seseorang telah mengintai mereka berdua.

Alina segera menelpon Dewa untuk memberitahukannya.

Tut....

" Hallo Lin...?" dewa.

" Wa, kalian berdua ada yg mengawasi. Segeralah keluar dari tempat itu bersama pak Mustafa. Dan segera sembunyikan pak Mustafa . CEPAAATTT....!

Tut....

*****

Di tempat pak Mustafa.

" Shiiitttt.....!!!"

" Kenapa tuan muda....?" Pak Mustafa.

" Segera kemasi barang ikut saya. Ada yg mengawasi kita...." kata Dewa.

Dan mau tak mau pak Mustafa pun mengikuti perkataan Dewa. Kemudian keduanya pergi menggunakan mobil milik Dewa. Dewa pun melajukan kendaraannya dengan cepat. Dan tampaklah dibelakang sana, jika dirinya ada yg mengejar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!