Ciuman eh Kecupan

Pagi harinya Alina sudah terbangun dari subuh. Ia sudah terbiasa disibukkan dengan tugas tugas dapur. Dewa yg sehabis sholat subuh menjadi tahu kebiasaan Alina. Dan kini menemani Alina yg berada di dapur.

" Mau minum...?" tanya Alina.

Dewa mengangguk, dan Alina pun membuatkan teh hangat untuk dewa. kemudian melanjutkan pertempurannya di dapur. Alina tampak sigap dalam urusan dapur. Dan beberapa saat kemudian pun selesai dengan acara masaknya.

Alina sudah menyadari perasaannya. Maka dari itu ia akan merubah sedikit demi sedikit tentang perlakuannya.

Dewa mengamati semua gerak gerik dari Alina. Sesaat tersadar karena yg dilakukan oleh Alina sungguh membuat hatinya tersentuh. Jarang sekali gadis di kota sibuk dengan kebiasaan seperti Alina saat ini. Dari hal hal yg sepele dewa selalu memperhatikan. mengambilkan minum maupun yg lainnya. Alina seperti sudah terbiasa. Berbanding terbalik jika sedang berada diluar seperti kemarin. Akan terlihat bar bar dan urakan. Namun Dewa suka.

" Hah, suka. Masa iya aku menyukai ratu tawon ini. Udah cantik, sexy serta perhatian lagi. Hah menarik...." batin Dewa.

" Tapi akankah dia bisa menerimaku yg adanya seperti ini ya. Kalau dilihat dari rumah eyang dan om awan. Sepertinya mereka ada yg disembunyikan. Tapi entah apa itu. Oh iya. Bukankah orang tua Alina di luar negeri. Apa kemarin ? TKI..?...masa sih...?" batin Dewa sebenarnya curiga dan penasaran dan bertanya tanya.

" Ah biarlah waktu yg menjawab....." kata Dewa dalam hati.

" Woy, pagi pagi melamun. Ngelamunin pacar ya...?" kata Alina sambil menggebrak meja. Membuat Dewa tersentak kaget.

" Engga sih. Cuma memperhatikan kamu. Kenapa ya pagi ini begitu cantik sekali...."

Bughhhh.....

Bughhh....

Bughhhh....

Alina memukul bahu Dewa yg kemudian kabur dari area dapur. Sementara Alina berkacak pinggang. Tangannya masih memegang spatula.

" Sialan tuh anak. Bikin jantung ku copot..." kata Alina. Pipinya bersemu merah. Namun tidak ia sadari karena kemudian melanjutkan menggoreng ikan teri kesukaannya.

Dewa kemudian keluar rumah, tempat Daddy Budiawan atau om awan berada. Ia melihat lelaki paruh baya itu sedang menumbuk sesuatu.

" Bikin apa om...?" tanya Dewa.

Dan dilihatnya seperti ramuan tradisional dari dedaunan dan umbi umbian.

" Jamu dan obat...mau...?" kata Daddy Budiawan.

Dewa bergidik karena memang baru melihat cara membuatnya. Dan Dewa menggelengkan kepala sebagai pertanda penolakannya. Daddy Budiawan tersenyum kemudian tertawa.

" Cobalah sesekali. Karena kata Alina kemarin sempat kena bius dan terluka. Karena ini bisa memulihkan tenaga. Agar nanti kembali ke Jakarta bisa bugar. Saya buatkan ya....?" kata Daddy Budiawan.

Dewa diam saja, dan masih memperhatikan cara membuat ramuan itu.

" buatkan aja, pak lek...ntar biar Alin yg nyekokkin..." kata Alina datang membawakan teh dan kopi untuk daddy-nya.

Alina sudah terbiasa memanggil pak lek atau paman. Jika ada orang lain. Akan tetapi jika berdua Alina akan memanggilnya Daddy atau ayah. Karena memang belum ingin ketahuan. Jika dirinya adalah benar benar putri dari om Awan.

" Emang berani kamu nyekokkin suamimu jamu...." tanya Daddy Budiawan.

" Kalau berani minum ntar Alin cium..." kata Alina menggoda Dewa di depan ayahnya.

Sementara Dewa pipinya langsung seperti tomat. Seakan menjadi tantangan baginya.

" Ok siapa takut..." jawab Dewa. Tertantang untuk mencium Alina.

" Emang pacarnya ngga marah...?" kata Alina.

" Mana ada yg mau sama saya. Saya kan orang miskin disana. Terlebih saya bukan siapa siapa..." jawab Dewa santai.

" Orang miskin kok mau dibunuh, kaya orang berebut warisan..." celetuk Alina.

Dewa terdiam karena perkataan Alina. Ya memang salah satunya itu. Namun Dewa sadar diri, karena memang tidak akan mendapatkannya. Selain karena dirinya anak dari istri ke duanya papanya. Dan dari keluarga papanya dianggap bukan siapa siapa. Namun dengan kejadian ini akhirnya Dewa bertanya pada dirinya sendiri. Kenapa kalau bukan siapa siapa, dirinya akan dibunuh. Dan itu sudah terjadi dengan kejadian kakaknya.

Daddy Budiawan tersenyum melihat perdebatan didepannya. Tapi tidak mengapa sekedar untuk mengakrabkan diri.

" Apakah tidak lebih baik jika kalian berada di sini. Jika memang hal itu yg sebenarnya terjadi...?" kata Daddy Budiawan.

Dewa termenung sejenak karena perkataan dari om Awan. Dan benar, apabila kembali ke Jakarta mereka mengira jika Dewa masih hidup dan akan menjadi sasaran kembali.

" Sepertinya saya harus cabut dari sekolah lama dan pindah ke sekolah yg baru. Tapi setidaknya saya bisa memantau papa jika berada disana...." jawab Dewa.

" Kan kan....berarti benar jika kamu tuh anak orang kaya. Berebut warisan...." kata Alina.

" Hus....!!" Daddy.

" Saya tidak merebut jika bukan hak saya. Dan saya rasa masalah warisan saya tidak mempermasalahkannya. Karena saya sadar diri, saya bukan siapa siapa..." jawab Dewa sambil menunduk.

Ketiganya terdiam mendengar perkataan Dewa. Sementara Dewa sendiri tampak sedih setelah mengucapkan itu.

Puk...

Alina menepuk pundak Dewa.

" Nih minum...." kata Alina sambil menyodorkan gelas berisi ramuan jamu.

Dewa bergidik karena warna jamu tersebut.

" Berani minum, Alin cium..." bisik Alina ke telinga Dewa.

Dewa kembali tertantang dengan perkataan Alina. Yang akhirnya menerima gelas berisi jamu buatan Daddy Budiawan.

Gluuukkk......

Mata Alina membulat. Ketika Dewa sekali teguk meminum Ramuan jamu tersebut sambil menutup hidung. Tak lama kemudian Dewa tampak melotot. Terlebih untuk rasa jamu yg diberikan Alina. Dan tak lama kemudian.

Hoekkkk.....

Hoekkkk.....

Dewa berlari ke arah pinggir pagar. Kemudian memuntahkan isi dalam perutnya. Matanya sampai berair setelah memuntahkannya. Tubuh Dewa lunglai dan lemas sambil terduduk di ujung sana.

Alina tertawa terpingkal pingkal melihat kejadian itu. Bahkan sampai memegang perutnya. Dirinya juga meminum ramuan yg diberikan Daddy Budiawan. Namun tidak sampai muntah.

Tak berselang lama, Alina mengambil gelas berisi air teh yg dibuatnya untuk Dewa. Kemudian menghampiri Dewa.

" Sok Sokan...." kata Alina sambil memberikan teh kepada Dewa.

Dewa menerima teh tersebut kemudian meminumnya. Nafasnya masih terengah engah karena kejadian ini. Alina masih cekikikan melihat kejadian Dewa.

Dewa menarik nafas panjang perlahan lahan. Kemudian meminum teh kembali. Ambil nafas panjang dan membuangnya. Sudah sedikit lega.

" Upahnya jangan lupa..." kata Dewa.

Tawa Alina seketika berhenti. Dan kemudian menatap Dewa.

" Lha wong malah muntah gitu. Ya batal...." jawab Alina sambil berlalu. Dewa tersenyum tipis. Kemudian berdiri membuntuti Alina menuju ke tempat Daddy Budiawan.

Dimeja terdapat beberapa gelas ramuan. Dan salah satunya untuk eyang putri. Alina bermaksud mengantar ke kamar eyang putri. Namun Dewa mencegah, alhasil keduanya pun mengantarkan ramuan jamu itu ke tempat eyang putri.

Jamu yg diberikan ke eyang putri adalah 2 gelas. Dewa membawa satu dan Alina membawa satu.

Setelah memberikan jamu, Dewa dan Alina keluar dari kamar eyang putri. Dewa menarik tangan Alina menggunakan tangan kirinya.

" Upah ga bisa batal...." kata Dewa.

Tangan kanannya memegang leher bagian belakang Alina. Dan tiba tiba Dewa mengecup bibir Alina secara singkat. Alina bergidik kemudian berusaha untuk kabur. Namun tidak bisa. Karena tangan Dewa begitu kuat.

" Ciuman pertamaku....." kata Alina lirih sambil memegang bibir yg habis di kecup Dewa.

Dewa tersenyum melihat tingkah Alina.

" Itu baru kecupan. Harusnya kamu yg cium aku. Bukankah tadi kamu bilang akan mencium..." kata Dewa.

Alina mematung mendengar perkataan Dewa. Ia baru sadar perkataannya sendiri. kemudian menatap Dewa.

" maunya...!!?" kata Alina yg tangannya terlepas dari Dewa. Kemudian kabur ke tempat Daddy Budiawan.

Dewa tersenyum puas, melihat Alina yg berhasil kabur. Kemudian ia pun mengikuti Alina.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!