Diam Diam Suka

Dewa tersenyum melihat tingkah Alina. Kemudian asik mengotak Atik ponsel baru yg diberikan Alina.

" Kenapa dia membelikan ponsel baru untukku ya...?" monolog Dewa.

Namun ia abaikan. Karena mungkin Alina memang orang yg perhatian. Atau justru eyang yg memberikannya melalui Alina.

" Lin, jalan jalan yuk...., katanya suruh pakai motor di belakang. Emang ada...?" kata Dewa sedikit merayu.

" Kata siapa...?" Alina menjawab sambil menyembulkan wajahnya dari dalam selimut.

" Eyang putri...." jawab Dewa.

" Ga mau..." Alina.

" Ya udah kalau ngga mau. Berikan nomer ponselmu. Jika nanti gw tersesat, gw hubungin elu..." kata Dewa.

" Isss, rese..." jawab Alina. Namun kemudian menyebutkan nomor ponselnya. Dan menutup wajahnya dengan selimut.

Dewa pun menyimpan nomor ponsel milik Alina dan diberi nama Ratu Tawon.

Dewa kemudian mengelus kepala Alina yg berada dalam selimut.

" Tidurlah sayang, mas mau keluar sebentar..." kata Dewa lembut.

" Haiisss....!!"

Alina membuang tangan Dewa. Dan Dewa buru buru lari keluar kamar. Ia menuju ke belakang rumah eyang Alina.

Alina pipinya mengembung sebab perlakuan Dewa saat ini.

" Aku sebenarnya sudah lama suka sama kamu Wa. Tapi waktu itu masih kecil. Dan tidak mungkin jika kita akan menjadi suami istri seperti saat ini. Dulu mbak Aqila lah yg akan menjadi bagian keluargamu. Ketika bertunangan dengan mas Dimas. Hal itu membuatku mundur Alon Alon. Tapi takdir berkata lain. Mas Dimas dan mbak Aqila mengalami tragedi ketika sedang menuju ke bandara. Dan hal itu membuat eyang putri syok dan mengasingkan diri di tempat ini. Dan semoga kamu mau membantu mengungkap kejadian itu. Karena itu semua membuat keluargaku menjadi terpencar seperti saat ini. Semoga saja mas Brian segera datang untuk menemani eyang putri...."

Alina berbicara sendiri dan hanya dia yg mendengarnya. Karena pintu telah ditutup oleh dewa untuk keluar dari rumah.

****

Sementara Dewa saat ini berada di belakang rumah. Ia tampak tertegun sebab rumah di belakang yg cukup besar. Berbeda dengan rumah eyang putri Alina. Dewa celingukan karena tidak ada orang disana. Dewa berjalan menyusuri setiap sudut halaman rumah.

" Cari siapa mas....?" tanya seseorang yg tak lain adalah Daddy Budiawan.

" eh, om..." jawab Dewa gugup. Karena belum mengenal orang yg ada dihadapannya ini.

Terlebih cahaya lampu yg tidak begitu terang. bahkan dewa hanya sekilas melihat wajah laki laki paruh baya itu. Dalam pikiran Dewa hampir mirip orang yg bersama penghulu tadi pagi. Namun perbedaannya saat ini tidak ada kumis dan jambangnya. Sehingga dewa memang benar benar tidak mengenali.

" Cari siapa...?" tanyanya kembali.

" Tadi saya disuruh eyang untuk ambil motor di belakang rumah. Sekedar untuk jalan jalan katanya. Tapi saya tidak menemukannya...." kata Dewa.

" Sudah malam nak. Lebih baik dirumah saja. Apalagi nak Dewa di tempat ini baru. Saya khawatir nanti justru tersesat ketika pulang. Sudah disini saja menemani om sekedar minum kopi...." kata Daddy Budiawan.

Dewa menggaruk garuk kepalanya. Namun tak kuasa untuk menolak. sehingga dewa pun akhirnya mau untuk diajak om om tersebut minum kopi.

" Baik om..." jawab Dewa.

" Om tahu darimana nama saya...?" tanya Dewa dengan berani.

" tadi om dikasih tahu oleh eyang putri. Jadi saya tahunya itu..." jawab Daddy Budiawan.

Dewa mengangguk anggukkan kepala. Dan ternyata yg memberitahu adalah eyang putri. Bukan Alina.

" Suka kopi hitam atau kopi susu....?" tanya Daddy Budiawan.

" Kopi hitam saja ya. Sedikit gula. Kamu masih muda tidak baik untuk kopi kopi jaman sekarang..." kata Daddy Budiawan menyambung kalimatnya.

Dewa terbengong dengan perkataan perkataan om om tersebut.

" Maaf om, nama om siapa...?" tanya Dewa.

" Awan..." jawab Daddy Budiawan sambil mengambil gelas dan termos untuk membuat kopi.

Mereka berdua duduk di teras samping rumah. Berhadapan dengan taman obat obatan.

Dewa mengangguk anggukkan kepala. Karena mengerti dan mendapat jawaban dari om om tersebut.

" Om disini sendiri...?"

" Iya, dirumah ini sendiri. Tapi saudara saya banyak. Dan kebetulan saya juga sangat berhubungan dengan eyang putri serta Alina..." jawab Daddy Budiawan.

" Kalau hubungannya dengan Alina...?" tanya Dewa.

" Hayo coba tebak, saya ayahnya atau om nya. Atau saudara yg lainnya...." tanya balik Daddy Budiawan.

" Sebelum saya menebak. Saya tanya dulu boleh...?" kata Dewa.

" Apa...?" Daddy Budiawan.

" Om tahu kalau saat ini saya dan Alina suami istri....?" tanya Dewa sedikit ragu.

" Tahu..." jawab Daddy Budiawan. Sambil tersenyum.

" Berarti jawaban pertanyaan dari om tadi adalah. Om itu omnya Alina dan bisa jadi saudara jauhnya Alina...." kata Dewa.

" Hahahaha....bagaimana kamu berfikiran seperti itu...?" tanya Daddy Budiawan.

Dewa agak terdiam sebentar kemudian ia mengutarakan alasannya .

" Jika om adalah ayahnya Alina pasti akan marah marah. Dan pasti akan menghajar saya. Karena saya dengan lancang menikahi putrinya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Apalagi menikah karena kesalahpahaman warga...." kata Dewa.

" Hahahaha....lalu...?" Daddy Budiawan.

" Kalau omnya Alina pasti juga akan mencecar saya. Dan setidaknya saat ini orang tua Alina tidak berada disini. Yg pastinya sebagai om Alina akan sangat bertanggung jawab dengan kejadian yg dialami oleh keponakannya. Berarti om adalah saudara jauh dari Alina. Tapi sangat dekat dengan eyang putri...." jawab Dewa menganalisa.

" Hahahaha...." tawa Daddy Budiawan kini tanpa henti. Bahkan sampai memegang perutnya. Karena perkataan dan analisa dari dewa saat ini. Yang dengan beraninya berkata demikian.

Dewa sedikit tersenyum. Yang kemungkinan tebakannya benar. Namun justru tebakannya itu membuat Daddy Budiawan tertawa terpingkal pingkal.

Setelah beberapa saat tertawa suasana kembali hening. Dan kini Dewa duduk sambil menikmati kopi buatan dari Daddy Budiawan.

Kopi sidik rasa manis. Namun pahitnya juga terasa. Dewa mengingat kehidupannya yg pahit. Namun ada sisi manisnya.

" Nak Dewa. Tidak semua ayah akan marah ketika anaknya menjadi korban. Ada kalanya itu sebuah pelajaran dari alam sekitar dan juga lingkungan. Kecuali Anak tersebut telah dirudapaksa ataupun dilecehkan oleh seseorang. Sehingga kehormatannya direnggut. pasti jika saya ayahnya akan sangat marah. Begitu juga jika saya adalah om dari Alina. Karena keberadaannya disini adalah tanggung jawab saya sebagai saudara yg dekat dengan Alina. Terlebih saya adalah saudara dari ayah atau ibunya...."

Dewa terdiam dengan perkataan dari Daddy Budiawan. Dan kemudian mengingat kejadian tadi pagi.

" Dan jika saya saudara jauhnya. Maka saya pun akan berbuat demikian. Karena saya adalah laki laki diantara eyang putri dan Alina. Dan saya bisa disebut orang yg paling bertanggung jawab pada keduanya..." Sambungnya.

" Begitu juga demikian denganmu anak muda. Kamu sebagai lelaki. Harus bisa menjaga kehormatan seorang wanita. Terlebih itu seorang istri. bagaimanapun keadaannya nanti jadilah orang yg pertama dalam menyelesaikan setiap masalah. Jangan pergi ketika sedang mempunyai masalah. Jangan tinggalkan istri ketika bersedih. Suka dan duka kalian adalah tanggung jawab kalian bersama. Dirimu menjadi kepala keluarga. Harus berperan aktif di dalamnya. Buatlah istrimu nyaman senyaman nyamannya. Jika istrimu sedang marah ataupun sedang gelisah. Janganlah kau tinggalkan. Kemanapun kamu pergi...." kata Daddy Budiawan.

" baik om..." jawab Dewa.

" Bagaimana keluargamu....?" tanya Daddy Budiawan.

Dewa menghela nafas panjangnya. Kemudian bercerita tentang keluarganya yg berada di Jakarta. Bahkan Dewa juga menceritakan semua permasalahan yg ada dalam keluarganya saat ini. Dari permasalahan papanya yg sakit dan kakaknya yg meninggal. Serta makam ibunya yg belum ia temukan.

Daddy Budiawan manggut manggut. Walaupun ia sebenarnya sudah tahu. Namun untuk meyakinkan Dewa, jika dirinya baru mengetahui masalah dan keadaan keluarga dewa.

" Nak, om tidak bisa berkata apa apa. Saat ini hanya orang dekat yg bisa membantu ataupun sebagai sandaran permasalahan mu itu. Tapi setidaknya dengan bercerita, kamu akan merasa lega. Setidaknya istrimu adalah orang terdekatmu saat ini. Ceritakan lah walau tidak ada solusi. Setidaknya ia tahu bahwa suaminya dalam keadaan tidak baik baik saja. Terlebih setelah peristiwa kemarin hingga sampai di tempat ini...." kata Daddy Budiawan

" Baik om, saya menunggu waktu yg tepat. Sebab saya dan Alina pun belum begitu akrab. Saya tidak ingin memaksa Alina untuk mengerti. Namun setidaknya saya sudah menjadi kepala rumah tangga. Walaupun masih harus banyak belajar..." jawab Dewa.

Dan itulah yg sangat disukai oleh Daddy Budiawan. Terutama sikap itu seperti Angkasa ayahnya dahulu. Walaupun ia tidak begitu akrab dahulu. Tapi setidaknya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!