Ponsel Baru

Sore harinya, Alina sudah mandi dan berdandan rapi. Kemudian ia menyisir rambutnya yg panjang dan dikucir kuda. Setelah itu mengambil pisau dan mengasahnya. Alina sudah terbiasa dengan hal itu. Setelah tajam Alina pun memotong sayuran yg akan dimasak. Alina bersama eyang putri serta mbak Rianti. Karena selain tetangga, dialah yg selalu menemani eyang putri selain Daddy Budiawan.

" Temen kamu lin ?, ganteng banget, Anak Jakarta ya ?. Kenal dimana..?. Dia pacar kamu...?"

Pertanyaan bertubi dari mbak Rianti namun Alina hanya nyengir saja sejak tadi. Alina masih fokus mengurus bumbu bawang merah dan putih.

" Mbok aku dikenalin Lin..., siapa tahu dia mau sama aku..." kata mbak Rianti.

" Hus...kamu tuh lho Ti. Umurmu wes piro...?, kok senengnya sama daun muda begitu. Wes Kono goleko sing sak umuran...." kata eyang putri.

Suara eyang putri masih lantang. Karena usianya menginjak 65 tahun. Sebenarnya kalau dilihat masih terlihat bugar. Akan tetapi semenjak Aqila meninggal. Kini sering sakit sakitan.

" Yo nggak papa to budhe. Siapa tahu saja dia mau. Aku kan masih cantik. Malah kalau pakai seragam SMA masih luwes..." kata mbak Rianti.

" Gundulmu, lha wong wes keriput ngono lho. Umurmu wes empat puluh. Anak juga sudah kelas 4 SD. Masa nyari anak SMA kaya nak Dewa. Lah malah lucu. Kirain malah anak sama emak...?" jawab eyang putri.

Namun mbak Rianti malah cengengesan dan tidak merasa bersalah.

Mbak Rianti adalah janda muda, yg ditinggal suaminya meninggal akibat kecelakaan. Sebab suami mbak Rianti dulunya adalah supir truk pasir di kawasan Magelang.

" Kok ngga nikah lagi to bulik...?" tanya Alina.

" Halah, orang orang sini kan begitu. Cuma cari enaknya doang. Yo ngga semua sih. Tiwas digadang gadang ternyata suami orang...." Mbak Rianti.

Pluuuukkk....

Eyang Rumini melempar tempe ke arah mbak Rianti. Karena tingkah kocaknya. Dan inilah momen yg selalu membuat eyang betah berada disini.

" Yo cari yg duda atau perjaka tua. Jangan yg seumuran nak Dewa...." kata eyang Putri.

Mbak Rianti hanya tertawa mendengar ucapan eyang.

" Saya sadar diri kok budhe. Memang susah mencari lelaki yg mau mencintai Rianti apa adanya. Daripada mencintai karena ada apanya...." jawabnya.

" Yo wes, berharap ra usah sing muluk muluk. Di kasih jodoh Alhamdulillah. Kalau belum ketemu Yo berusaha dan ikhtiar...." kata eyang.

" nggih budhe..." jawab mbak Rianti.

Mereka bertiga pun melanjutkan acara masak masaknya. Alina membuat sayur kesukaannya. Sementara eyang putri hanya memperhatikan keduanya memasak. Sementara Bu Rianti menggoreng bakwan jagung serta tempe kemul alias mendoan.

" Suamimu bangunin dulu Lin. Biar mandi sebelum magrib. Kalau ngga ada ganti pinjam sama Awan...." kata Eyang.

" Suami....?" tanya Bulik Rianti.

" Suami siapa budhe...?" lanjutnya.

Eyang menutup mulut dengan tangan kanannya. Sementara Alina masuk ke dalam rumah membangunkan Dewa. Bulik Rianti masih bengong, karena perkataan dari eyang putri Rumini tersebut.

" Ja....jadi nak Dewa itu suaminya Alina budhe...!!" tanya teriak Bulik Rianti.

Eyang hanya mengangguk sambil tersenyum. Bulik Rianti terbengong, mulutnya terbuka. Hingga gorengannya pun berasap.

" Nikahnya kapan...?" tanyanya kembali.

" Stttt....tadi pagi. jangan kasih tau orang lain ya Ti...." kata eyang.

Eyang putri kemudian menceritakan kejadian yg dialami oleh cucunya itu. Sehingga berakibat menikah terpaksa di daerah Gunung Kidul. Dan eyang juga menceritakan jika Dewa akan membawanya ke Jakarta. Serta melanjutkan sekolah di Jakarta sana.

" Oalah...kok tega teganya mereka memaksa seperti itu. Kalau saya ada disana wes tak lomot lomot itu mulut lemes warga sana...Jian kebangetan tenan..." Kata Bulik Rianti yg tampak emosi.

" Sudah sudah, kemarin juga ada bulik nya Juwanti di sana. Tapi Yo tidak bisa berbuat apa apa. Lha wong warganya juga banyak... Wes mungkin sudah takdir..." kata eyang putri.

" Kuwi gorengan mu gosong Ti. Angkat angkat...." kata eyang panik. Melihat Bulik Rianti masih membiarkan wajan yg gosong karena lebih fokus terhadap kejadian Alina dan Dewa.

****

Dewa akhirnya bisa makan dengan lahap. Sudah dari siang tadi semenjak di warung makan, perutnya kini sudah terisi. Dan kini eyang dan Dewa berada di ruang tengah berbincang bincang. Sementara Alina sibuk mencuci piring bekas makan mereka tadi. Bulik Rianti sudah kembali ke rumahnya. karena harus menjaga sang putra.

" Di belakang ada motor kalau mau jalan jalan. Sekiranya untuk mengakrabkan diri dengan Alina. Bagaimanapun kalian akan hidup bersama sama...." kata eyang putri. Mencoba membujuk Dewa agar mau jalan jalan sekedar mengakrabkan diri dengan Alina.

" Sebenarnya saya juga pingin eyang, namun semua barang barang saya hilang entah kemana. Jadi saya sampai sini hanya memakai pakaian yg saya pakai tadi saja...." jawab Dewa jujur.

Eyang putri hanya tersenyum mendengar cerita itu. Karena ia pun tahu sebenarnya berkat cerita dari Budiawan.

" Kalau boleh saya pinjam ponselnya saja untuk menghubungi keluarga atau kerabat saya di Jakarta. Agar mereka tidak terlalu mengkhawatirkan saya...." lanjut kata Dewa.

Eyang putri mengerutkan keningnya. Setahunya keluarga Angkasa hampir tidak memperdulikan Angkasa beserta putranya. Terlebih karena Angkasa mempunyai anak dari istri keduanya. Yg diyakini oleh orang orang, jika istri keduanya adalah istri yg tidak sah.

" Coba nanti pinjam sama istrimu, karena ia yg lebih mengerti tentang ponsel dan lainnya..." eyang

" Alina sepertinya sudah selesai, cobalah bicara padanya..." kata eyang melanjutkan maksudnya.

" Baik eyang..." jawab Dewa.

Dewa pun akhirnya berdiri dan melangkah menuju ke ruangan belakang. Yang diyakini adalah ruangan dapur serta ruang makan. Dewa mencari keberadaan Alina. Namun ia tak kunjung menemukannya Alina. Dewa kembali ke ruangan tengah dan bertanya kepada eyang putri.

" Ngga ada eyang, kalau kamarnya dimana...?" tanya Dewa.

Eyang tersenyum namun juga terkejut. Karena dewa tidak tahu kamar Alina.

" Lho tadi memangnya nak Dewa tidur dimana...?" tanya eyang.

" Kamar itu eyang...." Dewa menunjuk kamar yg dekat dengan ruang tengah. Yg ditengarai sebagai kamar tamu.

" Anak itu...."

" Kamar Alina berdekatan dengan ruang makan di belakang nak. Masuk saja. Disana ada tulisan 'Alina' di bagian pintu..." kata eyang menunjukkan kamar Alina.

" Baik eyang..." Dewa kembali ke ruangan belakang.

Dan benar saja, Dewa melihat kamar yg ada tulisan 'Alina' di bagian pintu. Dewa pun mengetuk pintu perlahan beberapa kali. Namun tidak kunjung di buka. kemudian Dewa pun memanggil Alina dengan lembut.

" Liiin..." Dewa.

Tak lama kemudian suara langkah terdengar oleh dewa. Dan pintu kamar Alina pun terbuka.

" Apaaa...!!" Alina.

Dewa tersenyum, walau ia tidak tahu penyebab Alina menjadi ketus seperti itu. Semenjak sampai di rumah ini, Alina sungguh sangat berbeda.

Alina sendiri memang sedang tidak baik baik saja. Karena harus mengikuti perkataan dari daddy-nya. Yang memaksa untuk mengikuti alur yg ada saat ini. Yaitu menjalani pernikahannya serta pindah sekolah ke Jakarta. Dan Daddy nya lah yg akan mengurus semuanya. Selain itu eyangnya juga tampak setuju dengan ide dari daddy-nya itu. Hal itu membuat Alina sedikit tertekan.

" Lin, aku mau pinjam ponselmu. Untuk menghubungi kerabatku yg ada di Jakarta..." kata Dewa lembut. Dan merubah beberapa kata yg tepat untuk Alina.

Alina memicingkan matanya, terlebih mendengar perkataan Dewa tersebut.

" Habis kesambet di mana Lo...??" kata Alina justru merubah kata seperti anak Jakarta.

Alina melirik kesana kemari mencari sesuatu yg membuat Dewa berubah seperti saat ini.

Dewa memegang bahu Alina, namun di hempaskan oleh Alina.

" Jangan pegang pegang....!!" kata Alina.

" Ok..ok..."

Dewa pun mengurungkan untuk kembali memegang bahu Alina.

" Pinjam ponsel...." kata Dewa.

Alina mengerutkan keningnya. Dalam sekejap Dewa berubah. Membuat Alina tertawa dibuatnya.

" Bilang kek dari tadi...." jawab Alina.

" Tadi kan udah bilang. Cewek memang aneh...!" kata Dewa.

Alina melotot karena perkataan Dewa namun kemudian masuk kedalam dan mengambil ponsel lain untuk Dewa. Dewa sendiri mengikutinya masuk.

" habis kenapa masuk masuk. Ini kamar cewek..." kata Alina.

" Aku suamimu...." jawab Dewa cuek.

" Ck...."

" Nih...!!" Alina.

Dewa pun memperhatikan ponsel yg diberikan oleh Alina. Ia tertegun. Sebab ponsel tersebut tampak baru. Dan sepertinya belum pernah dipakai.

" Udah sana sana, keluar..." kata Alina.

" Ya tunggu bentar. siapa tahu ada kata sandinya yg gw tak tahu..." kata Dewa kembali ke setelan awal.

" Ga ada sandi sandian...udah sana..." kata Alina.

" Bentar sayang...." kata Dewa masih memperhatikan ponsel baru dari Alina dan tanpa menoleh ke arah Alina.

Sementara Alina pipinya memerah karena perkataan dari dewa. Alina merebahkan diri ke kasur kemudian menutup semua tubuhnya dengan selimut.

Terpopuler

Comments

Tribuwana

Tribuwana

Lanjut kak

2024-04-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!