Daddy Berantem Yuk....!!!

Tak berselang lama akhirnya ponsel milik Alina terhubung dengan Daddy-nya.

" Halo Daddy, Daddy tega amat sama Alin, masa dinikahkan mendadak seperti itu sih. Engga banget deh. Awas yah kalau Alina sampai ke tempat eyang..." kata Alina ketus terhadap Daddy-nya.

Namun hanya tawa terdengar diseberang sana. Alina pun dibuat geram oleh Daddy nya sendiri.

" Hahaha...., hanya dengan cara itu girl, untuk bisa mengetahui siapa saja yg terlibat. Karena dirimu belum begitu dikenal oleh mereka. Namun tidak dengan papanya Dewa. Pasti ia mengetahui siapa dirimu. Terutama jika beliau melihat tato gambar naga di betis milikmu. Maka hati-hatilah jika di sana. Dan tutup tato itu agar tidak mudah terlihat...." Kata Daddy Alina dalam sambungan telepon.

" Dad , kan Alina sekolah dad, masih setahun lagi. Masa Alina ikut ke tempat om Angkasa..." jawab Alina.

" No problem girl, Daddy akan mengatur semuanya..."

" Yeee, Alina ga mau dad. Alina masih ingin di tempat eyang..." Alina.

" Kan bisa balik ke tempat eyang kapan saja girl. Di sana kamu bisa menyelidiki. Siapa saja yg terlibat dalam tragedi itu..." kata Daddy Alina. Yang tak lain adalah Budiawan RR.

" Berantem yuk dad....!!!" kata Alina ketus. Kemudian mematikan sambungan teleponnya.

Alina dengan kesal memasukan ponselnya ke dalam tas. Kemudian melangkah sambil menghentak hentakkan kakinya. Ia kesal karena harus menikah hanya untuk menyelidiki pembunuhan yg terjadi beberapa tahun silam. Apalagi menikah dengan orang yg baru dikenalnya.

Alina kembali ke warung makan dipinggir jalan, tempat Dewa berada. Kemudian ia masuk ke dalam.

" Alin......!!!!, kamu tuh ya...!! Ngerjain anak orang sampai segitunya. Mana tuh anak nurut saja perkataan kamu....!!" kata ibu pemilik warung.

" Hehe....emang iya bulik Sri...?" jawab Alina sambil cengengesan.

Sementara Dewa menatap Alina entah. Bahkan wajahnya sedikit masam ketika melihat tingkah Alina.

" Mana tuh piring sudah hampir selesai lagi nyucinya...?" kata Bulik Sri pemilik Warung.

Alina masih senyum senyum sendiri. Terlebih setelah melihat muka masam dari Dewa.

" Siapa tahu dia betah disini Bulik. Biar Alin jadikan jaminan....xixixi...!!!" jawab Alina masih sambil terkikik geli.

" Kamu tuh ya....?" kata Bulik Sri. Bu Sri berkacak pinggang di depan Alina.

Akan tetapi Alina mengabaikannya dan melangkah menuju kedalam warung. Melawati dewa begitu saja. Bahkan mengabaikan dewa yg sejak tadi menatap horor.

" Eh , jangkung....!!, kamu betah kan disini. Bisa makan gratis. Siapa tahu nanti dikasih upah dan bisa untuk kembali ke Jakarta...." kata Alina sambil menuang air minum di gelas.

Kemudian meneguk air itu pelan pelan. Dewa memperhatikan leher Alina yg menelan air itu bahkan tanpa berkedip.

" Mesum..." kata Alina ketus. Karena merasa diperhatikan oleh Dewa.

" Dah..., aku mau pulang. Ga usah ikutin saya..." kata Alina sambil berpamitan ke Bulik Sri pemilik warung.

Tujuan kali ini adalah ke rumah eyangnya. Lebih tepatnya ke rumah neneknya. Dimana di sana ada daddy-nya yg sedang merawat nenek Alina. Nenek Alina sedang sakit keras. Beruntung Daddy Alina adalah seorang dokter. Namun di tempat eyangnya, orang tidak tahu. Jika yg merawat nenek Alina adalah menantunya sendiri. Karena putri dari nenek Alina adalah mommy nya Alina sendiri. Saat ini juga sedang merawat putrinya di luar negeri. Akibat sebuah kecelakaan beberapa tahun silam.

Dewa mengikuti Alina dengan menggerutu. Dewa sejenak tertegun karena saat ini Alina sudah menggendong tas ransel. Tidak seperti sebelumnya yg tangan kosong. Kemudian ia teringat perkataan Bu Sri pemilik warung. Jika Alina mengambil tasnya yg dilempar. Dewa dibuat penasaran semuanya. Namun belum bisa mengungkapkan rasa penasarannya itu.

Alina berbalik menatap Dewa yg mengikutinya. Tangannya memegang sabuk tas yg berada di bahunya. Menelisik Dewa yg ikut berhenti.

" Ngapain ngikutin saya...?" tanya Alina.

" Karena elo istriku, kemanapun elo pergi, gw tetap harus bersama..." jawab Dewa.

" Alasan , ga punya duit aja. Berlagak harus tetap bersama....." jawab Alina.

" Gw udah ngikutin perkataan elu lho. Dari nyuci piring dan segala macamnya. Masa engga kasihan sama sekali sama suami...." kata Dewa sedikit ketus. Sambil merayu.

Alina tertawa. Namun dalam hati. Sebab saat ini ingin menampilkan wajah garangnya.

" Katanya mau balik Jakarta, ya udah Sono...!!" kata Alina sedikit keras.

" Ck , gw udah ga ada duit sama sekali. Masa tega nyuruh suami ke jakarta jalan kaki..." jawab Dewa.

Alina memutar bola matanya malas. Ternyata inilah buah dari seorang Angkasa. Bagaimana dengan kakaknya dahulu. Sehingga tergila gila dengan kakaknya Dewa.

Alina kembali melangkah menuju ke sebuah terminal di daerah Wonosari. Hari semakin panas. Sehingga keringat pun bercucuran. Terutama bagi Dewa yg belum terbiasa dengan hal ini. Sedang Alina sendiri seperti sudah terbiasa dengan teriknya matahari.

Dewa mengerutkan keningnya ketika Alina masuk ke sebuah bus kota. Sejenak tertegun karena bus yg ditumpanginya tidak sesuai ekspektasi Dewa. Bus yg ditumpangi Alina sudah banyak berkarat. Suara bus menderu deru. Bahkan belum berjalan. " Bagaimana kalau jalan ya..?" batin Dewa. Namun Dewa mau tak mau mengikuti Alina.

****

2 jam kemudian Alina dan Dewa sampai di terminal Jombor Sleman Jogjakarta. Alina turun dan Dewa mengikutinya. Alina mengabaikannya. Bahkan ketika Alina masuk ke angkot pun dewa masih terus mengikutinya. Dewa sempat penasaran dengan uang yg dibawa Alina. Sepertinya tidak hanya delapan ribu pemberian mahar darinya. Namun lebih dari itu untuk saat ini. Karena tadi sempat melihat uang berwana merah dan biru keluar dari kantongnya. Untuk membayar tiket bus dari Wonosari.

" Ehhh, ratu tawon...!. Sebenarnya elu masih ada duit berapa sih...?" tanya Dewa.

Alina berpaling menatap Dewa. Kemudian ide liciknya muncul.

" Eh suami. Duit suami adalah milik istri. Duit istri adalah milik istri. Jadi jangan banyak tanya...." ketus Alina

Alina duduk dipojok belakang angkot. Dan Dewa berada didepannya berhadap hadapan.

" Elu ada HP...?, gw pinjem dulu buat ngehubungin sahabat gw di Jakarta. Buat transfer duit kemari..." kata Dewa.

" Eh suami. Mau ngehidupin istri itu jangan utang. Sana kerja...?" jawab Alina ketus.

Setelah berkata demikian Alina menutup mata. Sekedar melepas lelah dan merencanakan selanjutnya. Sementara Dewa menggerutu akibat perkataan Alina. Namun saat ini harus bersabar terlebih dahulu. Terlebih berada ditempat asing saat ini.

Tak selang berapa lama angkot pun berhenti. Dan Alina pun turun di ikuti oleh Dewa. Alina melangkah terus dan mengabaikan Dewa. Dewa menatap sekeliling jalan yg dilalui. Karena tempat itu seperti pernah melihatnya. Namun ia lupa kapan itu terjadi.

hingga sampailah mereka disebuah bangunan sederhana namun dengan halaman yg cukup luas. Alina berjalan menuju pintu rumah itu.

" Assalamualaikum eyang uti....!" teriak Alina.

Kemudian membuka pintu dan masuk. Dewa mengikuti namun sambil mengerutkan keningnya. Karena Alina main masuk rumah. Bahkan pintu dibukanya sendiri tanpa ada yg menyambut.

" Ini rumah siapa...?" tanya Dewa.

" Eyang putri...ibunya ibu..." jawab Alina tanpa melihat Dewa.

" Eyang putri...?" jawab Dewa penasaran. Sebab tidak ada siapapun di sana.

Sementara Alina masuk ke sebuah kamar. Kemudian menutup pintu kamar itu. Tak berselang lama Alina pun keluar kembali.

" Alin...." Dewa memanggil Alina.

Alina mengerutkan keningnya karena panggilan Dewa.

" Tumben...." jawab Alina ketus.

" Ck , dipanggil yg bener malah bilang tumben..." Dewa.

" Pa an...?" jawab Alina yg berlalu ke sebuah pintu belakang.

Beberapa saat kemudian Alina keluar mengambilkan air minum untuk Dewa. Tanpa mengucapkan kata menaruh di meja tepat dihadapan Dewa. Kemudian berlalu ke belakang kembali. Alina keluar membawa nampan dan berisi pisang goreng.

Alina masih diam kemudian berlalu menuju ke belakang. Namun tak kunjung keluar menemui Dewa.

" Assalamualaikum..." Seseorang masuk ke rumah eyangnya Alina.

" Lho ada tamu to..." kata seorang ibu ibu.

" Temannya Alin...?" kata ibu ibu itu.

Dewa mengangguk sambil menjabat tangan ibu ibu itu kemudian mencium tangannya.

" Saya Dewa buk, temannya Alina..." kata Dewa memperkenalkan diri.

" Oh nak Dewa. Saya Rianti , tetangga sekaligus yg merawat eyangnya Alin..." jawab mbak Ranti.

" Alin-nya kemana...?" tanya mbak Ranti.

" Tadi kebelakang belum kembali...." jawab Dewa.

" oh , mungkin sedang menemui pak lik nya yg dokter..." jawab mbak Rianti.

Kemudian keduanya pun mengobrol. Dewa mencicipi pisang goreng yg disediakan Alina. Sementara Alina sendiri saat ini berada di rumah belakang rumahnya eyang putrinya. Alina masuk rumah begitu saja sambil berkacak pinggang.

Terpopuler

Comments

Utayi💕

Utayi💕

olahraga biar sehat 😁

2024-05-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!