Menghubungi Rio

Hari ini Dewa diantar Alina ke pasar. Untuk membeli baju dan celana. Sebab pakaian dari Daddy Budiawan rata rata tidak muat. Alias cingkrang. Karena badan dewa yg tinggi. sementara daddy-nya Alina. Badannya agak kecilan. Maka Daddy Budiawan bermaksud membelikan Dewa baju ganti.

" Kamu depan lah, kamu kan laki..." kata Alina. Yg meminta Dewa berada didepan ketika mengendarai motor.

" Aku kan tidak tahu dimana pasarnya..." jawab Dewa.

" Is, entar tak tunjukin..." Alina.

Mau tidak mau Dewa didepan. Dan Alina membonceng di belakang. Dewa melajukan kendaraan motor matik milik Alina menuju jalan perkampungan untuk mencapai pasar. Tampak pagi ini begitu ramai di jalanan. Dema melajukan kendaraannya perlahan.

Beberapa saat kemudian mereka pun sampai disebuah pasar dan Alina menunjuk sebuah ruko yg menjual perlengkapan baju untuk pria. Dewa mengikuti petunjuk dari Alina. Dan memarkirkan kendaraannya di depan ruko.

Alina dan Dewa masuk kedalam ruko. Dan Dewa disuruh memilih pakaian yg sekiranya cocok untuk dirinya.

" Uangnya...?" tanya Dewa.

" ntar aku yg bayar..." jawab Alina

" Berapa pasang...?" Dewa.

" Terserah..." Alina.

" Semua..." Dewa

" Haiss...!!"

Dewa pun segera memilih beberapa celana pendek, celana panjang dan beberapa kaos serta kemeja. Karena memang tidak mempunyai pakaian ganti sama sekali.

" Butuh jaket ngga...?" tanya Alina.

Dewa mengangguk dan segera mencari jaket untuk dirinya. Karena di wilayah ini begitu dingin.

Setelah selesai memilih akhirnya Dewa membawanya ke kasur. Dan Alina yg membayar semuanya. Setelah selesai membayar. Dewa dan Alina pun keluar ruko tersebut.

" Mau makan ngga...?" tanya Alina kembali.

Dewa masih diam saja. sebab belanjaannya tadi sudah cukup banyak. Dan jika Dewa menerima ajakan makan Alina, maka ia lebih tidak enak hati.

" Is, mau ga makan bakso...?" tanya Alina kembali.

Dewa mengangguk kemudian Alina beralih mengendari kendaraan motornya. Dewa kini berada dibelakang. Membonceng serta membawa belanjaannya.

Tak lama kemudian Alina berhenti disebuah warung bakso. Dan Alina pun turun di ikuti oleh Dewa. Alina langsung memesan 2 mangkuk bakso untuk dirinya dan Dewa. Dan kali ini Dewa menurut apa yg dikatakan oleh Alina.

" Jadi kucing penurut ya. Sana duduk sana..." kata Alina. Dan Dewa mengikuti perkataan Alina.

" Awas ya kalau sudah di Jakarta. Gantian entar..." batin Dewa.

Alina kemudian memesan minuman es kelapa untuk dirinya dan Dewa. Kemudian duduk didepan Dewa. Kemudian Alina asik dengan ponselnya.

Ting...

Namun beberapa saat kemudian Alina mendapatkan pesan dari 'Jangkung Cemen'. Yang tak lain adalah Dewa didepannya.

" ntar kalau di Jakarta duitnya aku ganti..."

Namun Alina tidak membalas.

Pesanan bakso dan es kelapa pun datang. Alina langsung melahapnya. Sementara dewa malah memperhatikan Alina. Dan alona yg merasa diperhatikan untuk hanya meliriknya saja.

" Kalau ga cepet makan. Aku tinggal..." kata Alina masih fokus dengan baksonya.

" Kejam sekali..." kata dewa.ia pun segera menikmati bakso yg telah berada dihadapannya.

Setelah selesai dari warung bakso, Alina pun mengajaknya pulang. Karena hari telah siang. Dan kali ini Dewa mengendarai kan motornya. Alina dibelakang. Sementara belanjaan Dewa berada di depan Dewa. Karena Alina tidak mau membawa.

" Resiko itu...." kata Alina.

" Lin, ada desa wisata ngga disini...." tanya Dewa.

Alina masih diam di belakang. Dan tidak mendengarkan perkataan Dewa. dan Dewa pun menepikan kendaraannya. Dan ternyata Alina menggunakan headset di telinganya.

" kenapa berhenti...?" tanya Alina.

" Ada desa wisata ngga...?" tanya Dewa kembali. Sambil mengambil salah satu headset di telinga Alina.

" Is..."

" ada noh di depan. Bukit Klangon..." jawab Alina sambil menunjuk arah.

" Kesana ya..." kata Dewa.

Alina hanya mengangguk, sebagai tanda setuju. Dan kemudian Dewa pun melajukan kendaraannya. Beruntung ada penunjuk jalan menuju bukit Klangon.

Dewa memarkirkan kendaraannya. Sambil menikmati suasana di area bukit Klangon. Kemudian mencari tempat untuk berteduh. Karena cuaca begitu cerah dan panas.

 Sebuah gubuk kecil di pinggir jalan sebagai tempat untuk melepas lelah. Dewa mengambil es kelapa yg dibungkus plastik tadi kemudian meminumnya. Begitu juga dengan Alina. Keduanya duduk di balai gubuk tersebut.

" Kamu sudah menghubungi teman atau saudaramu di Jakarta..." tanya Alina.

" Belum..." jawab Dewa.

" Terus...?" Alina.

" mungkin mereka sudah mengira jika aku sudah mati...." jawab Dewa.

Alina menunduk, dan merasakan bagaimana jika keadaan Dewa berada pada posisinya.

" Ada orang yg bisa kamu percaya...?" tanya Alina.

" ada...."

" Siapa...?"

" Rio sahabatku..." jawab Dewa.

" Sudah kamu hubungi...?" Alina.

" belum..." Dewa.

" Kenapa belum....?"

" Ga tahu kenapa ragu.." jawab Dewa..

" Is.." Alina.

" Coba sini ponselnya biar aku yg menghubungi Rio..." kata Alina.

" Mau ngapain...?" Dewa.

" Sini. Biar jelas....!" Alina.

Dewa pun memberikan ponselnya kepada Alina. Dan kemudian mencari nomor ponsel milik Rio. Dan di ponsel Dewa hanya ada 2 nomor. Yg pertama adalah Om Awan. Dan yang kedua adalah Ratu Tawon.

Alina memicingkan matanya mendapatkan nama Ratu Tawon di ponsel Rio. Namun ia mengabaikan begitu saja.

" mana nomor Rio....?" Kata Alina.

" Ga inget, makanya belum ngehubungin Rio..." Kata Dewa sambil tersenyum.

" nih...." Alina mengembalikan ponsel milik Dewa. Dan kini beralih ke ponsel miliknya sendiri.

Tak berapa lama Alina pun menemukan sesuatu.

" Catet, 08xxxxxxxxxx.." kata Alina.

Dewa mengerutkan keningnya , karena Alina menyebutkan nomer ponsel. Dan Dewa masih penasaran nomer ponsel siapa itu.

" Itu nomor siapa...?" tanya Dewa.

" Rio..." Alina.

" Bagaimana bisa tahu...?" tanya Dewa.

" RHS alias Rahasia...." Alina.

Dewa pun akhirnya mencatat nomer ponsel yg disebut Alina. Kemudian berusaha untuk menghubungi nomor tersebut. Dan me load speaker panggilan tersebut.

" Nomor yg anda hubungi di luar jangkauan.."

Kata ponsel tersebut. Dan beberapa kali pun hasilnya sama. Nihil.

" Ga bisa. emang benar nomor ini...?" tanya Dewa.

Alina hanya mengangkat kedua bahunya sebagai tanda ia juga ga tahu.

" Kamu sahabatnya masa ga inget..." kata Alina.

Dewa hanya geleng geleng kepala. Sebagai tanda memang tidak tahu dan tidak ingat.

Namun tak menunggu waktu lama, ponsel dewa berdering. Ada panggilan masuk. Dan Dewa pun mengangkatnya.

" Dia telpon balik..!" kata Dewa.

" Angkat lah..." Alina.

" Kamu saja...." kata Dewa terus memberikan ponselnya ke arah Alina.

" is..."

" Halo..."

" Ya hallo. siapa ya...?" suara diseberang telepon. Suaranya adalah suara lelaki.

" Saya temannya Dewa. Om tahu dimana dewa. Beberapa hari tidak bisa dihubungi..." Alina.

" Teman dari mana. Dewa tidak mempunyai teman wanita..."

" Lhah, emang dia gay...?.nggak kan. Saya temannya yg di Jogja..." kata Alina sambil melirik Dewa.

Sementara Dewa tertawa namun ia tahan.

" Serius, Dewa tidak mempunyai teman wanita..." Jawabnya.

" Rio, Jawab jujur. Dewa kemana..." Alina.

" Kok tahu nama gw. Lo siapa sih...?" Rio.

" Temannya yg di Jogja. Saudara calon iparnya yg di Jogja..." kata Alina.

"ohhh..."

" Dimana....?" Alina.

" maaf mbak, beberapa hari saya tidak ketemu. Bahkan bengkelnya saja ngga di tengokin tiga hari ini...." Rio.

Alina mengerutkan keningnya. Ternyata Dewa mempunyai bengkel di Jakarta. Padahal Alina tadi malam menelisik tentang dewa. Namun hanya kafe yg dia dapat. Bukan bengkel.

" Lalu kemana dia...?" Alina.

" Saya ngga tahu mbak. Bahkan ponselnya tidak bisa dihubungi. Kemarin terakhir kali ia hanya pamit akan ikut acar ulang tahun di hotel. Namun setelah itu tidak ada kabar..." Kata Rio.

" Beneran ngga ada informasi...?" kata Alina.

" Bener mbak..." Jawab Rio.

Alina memberikan ponsel ke arah Dewa. Agar Dewa berbicara sendiri kepada Rio.

" Yoook...!" Dewa

" Lho Waaa...kok elu...?" Kata Rio.

" Sorry, bener ga ada info tentang gw di Jakarta...?" kara Dewa.

" kok elu ngomong gitu...?" Rio

" Yok, sebenarnya gw diculik, dan rencananya dibuang kelaut. Beruntung ada bidadari yg menolong gw. Jadi gw selamet. Makanya gw bermaksud tanya ke elu. Ada info apa di Jakarta tentang gw...." kata Dewa sambil menggoda Alina di sebelahnya.

" Bener Wa, ga ada info apa apa disini. Dan ga ada yg nyariin elu disini kecuali gw...Lu baik baik saja kan...?" Rio

" Alhamdulillah gw baik Yok. Tolong Yok , jangan kasih tahu siapapun jika gw masih hidup..." kata Dewa.

Dewa pun menceritakan rencana selanjutnya di Jakarta. yg kemungkinan ia pindah sekolah dan kontrakan. Karena tidak mungkin berada di tempat semula. Karena pasti orang akan curiga. Dewa juga minta bantuan Rio untuk mencarikan kontrakan itu. Serta sekolah untuk dirinya dan Alina.

" jadi elo berdua...?" Rio

" Iya...' Dewa.

Setelah maksud Dewa diutarakan. Akhirnya sambungan telepon pun terputus. Dan Dewa tampak lga. Namun kemudian teringat perkataan Alina tadi. Jika Alina adalah saudara calon iparnya dahulu.

" tadi kamu bilang saudara calon ipar ku...?" kata Dewa kepada Alina.

Alina mengerutkan keningnya, bibirnya sedikit terangkat.

" kan kamu tadi malam yg cerita. Jika calon kakak ipar mu dari Jogja. Yah biar Rio percaya sih..." kata Alina.

Dewa yg mendengar pun menyadarinya. Namun ia tidak curiga sama sekali tentang siapa Alina yg dihadapannya ini.

" Kenapa gw keceplosan tadi malam ya. Dan tadi malam mencoba mencari tentang Alina juga tidak dapat. Mana tertutup semua lagi..." batin Dewa

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!