Bicara dari hati ke ulu hati ( Sabar )

Dewa masih berada di ruang tamu sendirian. Ruang tamu yg hanya sebuah ruangan sederhana. Tanpa hiasan maupun pajangan yg tertempel didinding. Rumah sederhana dari kayu kayu jati tersusun rapi. Meja dan bangku pun terbuat dari kayu jati yg tersusun rapi. Di ujung ruangan terdapat lemari kayu besar. Namun entah berisi apa. Dewa mengamati satu per satu.

Seorang perempuan tua berjalan perlahan mendekati dewa. Tongkat kayu mengetuk ketuk lantai sebagai pertanda kedatangan eyang Rumini yg terbungkuk. Melangkah perlahan mendekati Dewa. Dewa tersenyum sambil menundukkan kepala. Tangan Dewa bertepuk jadi satu di dada sambil menunduk.

Eyang Rumini tersenyum tipis menerima sambutan tangan Dewa yg mencium punggung tangannya. Dewa dipersilahkan duduk kembali. Eyang Rumini pun turut duduk di depan Dewa.

" Siapa namamu cah bagus...?" tanya eyang Rumini.

" Nama saya Dewa Angkasa Nek..." jawab Dewa.

Eyang Rumini tersenyum sambil memperhatikan wajah Dewa. Wajahnya mirip dengan Angkasa, papanya. Sehingga membuat eyang tampak bahagia. Namun semua hanya disimpan dalam hati.

Dewa mencoba berbicara dengan eyang Rumini. Terutama tentang Alina yg saat ini sudah menjadi istrinya. Dan Dewa juga menceritakan kisah kejadian yg baru menimpanya. Eyang putri Rumini pun tampak terkejut. Walaupun sebenarnya ia sudah tahu. Namun mimik mukanya ditunjukkan kepada Dewa yg seakan akan baru mengetahuinya.

Dewa pun menceritakan jika dirinya dari Jakarta. Bahkan ia pun menceritakan tentang keluarganya. Sehingga eyang putri Rumini tampak begitu sedih mendengarnya. Bagaimanapun juga, cerita itu mengingatkan cucunya yg bernama Aqila. Sementara Dewa tidak tahu siapa yg ada dihadapannya ini.

" Nek..." Dewa mencoba membuyarkan lamunan eyang putri Rumini.

" Eh , iya.... panggil eyang putri cah bagus...saya adalah eyangnya Alina. Dan kamu sudah jadi cucu menantu eyang.." kata Eyang putri.

" Baik nek.., eh eyang..." Dewa tampak gugup.

" Lalu bagaimana rencana ke depan untuk kalian...?" tanya Eyang putri.

" Boleh tahu eyang, terutama tentang keluarga Alina istri saya...?" tanya Dewa.

Karena memang sejak tadi belum mengetahui ataupun menceritakan keluarga Alina.

" Alina anak ke dua dari Budiawan dan Dila putriku. Kedua orang tuanya menjadi TKI di luar negeri. Dan orang orang disini tahunya seperti itu. Alina sudah bersama eyang selama 5 tahun disini...." kata eyang putri.

Dewa mengangguk angguk mendengarkan cerita eyang putri. Namun cerita yg tidak detail ini membuat penasaran Dewa. namun ketika akan menanyakan sesuatu yg lebih pribadi, seseorang datang duduk disebelah eyang putri.

" Eyang, ...." Alina duduk sambil mengambil tangan eyang putrinya . Kemudian duduk di bangku bersebelahan dengan eyang putri.

" Kamu ini, sudah punya suami bukannya mengenalkan kepada eyang. Malah keluyuran kemana mana...." kata eyang putri sambil menepuk paha Alina.

" Hehe..." Alina cengengesan.

" Nduk cah ayu. Kamu sekarang sudah menjadi seorang istri. Dan....."

Eyang putri Rumini memberikan petuah dan nasihat kepada Alina dan juga Dewa. Dari hal sepele dan juga hal yg paling pribadi. Dewa mengangguk angguk. Sementara Alina tampak cuek saja. Alina seringkali membantah bahkan seringkali berdebat jika dengan eyang putrinya ini. Sejatinya adalah gadis yg penurut. Namun alasan alasan yg tidak masuk akal menjadikan Alina di bilang membantah. Sementara jika dengan Daddy-nya , Alina akan sering bertengkar. Namun hanya sebatas kata kata. Yang akhirnya Alina menurut apa yg dikatakan oleh Daddy dan eyangnya.

" Dan rencana Dewa selanjutnya adalah ingin membawa Alina ke Jakarta. Karena kami harus melanjutkan sekolah. Dan Alina pindah sekolah ke sana. Selain itu, Dewa disana juga ada kerjaan yang mungkin sebagai awal dari tanggung jawab Dewa menjadi kepala rumah tangga...." kata Dewa perlahan.

Dewa masih khawatir, jika eyang dari Alina akan melarang atau mengekang keduanya.

" Ya memang harus seperti itu. Jadilah kepala rumah tangga yg bijak kepada istrimu. Dan kelak bagi anak anakmu. Karena itu merupakan tanggung jawab seorang suami. Memberikan nafkah secara lahir dan batin..." jawab eyang putri Rumini.

Dewa tidak menyangka jika dirinya diterima dengan baik oleh eyang putri Rumini. Yang tak lain adalah eyangnya Alina. Bahkan perasaannya kepada Alina pun belum bisa di ungkapkan. Karena memang baru bertemu dan terikat dalam pernikahan. Namun Dewa ingin mempertanggungjawabkan semua yg terjadi. Bahkan dalam hatinya tidak akan melepaskan Alina. Dan Dewa menganggap itu sebuah takdir yg harus dijalani.

" Kalian istirahatlah terlebih dahulu. Kalian pasti lelah. Jadi untuk ke Jakarta nya besok atau lusa...."

" Alin, antar suamimu ke kamar..." kata eyang Putri.

Alina hanya melirik saja ketika dipanggil oleh eyang putrinya. Namun ia kemudian berdiri mengajak Dewa menuju kamar tamu. Dewa mengikuti Alina menuju kamar tamu. Sebuah kamar sederhana dan hanya terdapat balai dan kasur kapuk di dalamnya. Ada sebuah bantal dan guling. Tidak ada lemari maupun barang lainnya.

" Sana tidur. Istirahat...!" kata Alina ketus.

Alina kemudian beranjak pergi. Namun Dewa menarik tangannya masuk ke dalam bilik kamar tamu.

" Gw ingin bicara..." kata Dewa.

" Ya udah ngomong..." jawab Alina.

Dewa menghela nafas panjangnya. Karena tingkah dari Alina di hadapannya ini. Alina berbeda jauh ketika berada di luaran sana. Dan ketika berada di rumah eyangnya. Di luaran sana sangat cerewet dan banyak drama. Namun kali ini sangat berbeda. Dewa memakluminya. Karena mungkin Alina berada di kandangnya ratu tawon.

Dewa terdiam sejenak. Karena memang harus merangkai kata kata. Namun ia tidak terbiasa dengan kata kata manis.

" Gw sudah banyak bercerita dengan eyang putri. Dan gw ingin kita ke Jakarta. Dan elu juga harus ikut. Bagaimanapun juga pernikahan kita adalah sakral. Dan gw hanya ingin sekali menikah seumur hidup. Jadi mari kita mulai pernikahan ini dengan sebaik baiknya. Gw belum mengenal elu sepenuhnya. Mari kita awali dengan kita saling berteman dan bertukar pikiran. Dan gw juga akan menjaga elu sepenuhnya. Elu tanggung jawab gw sekarang. Dan gw pingin meminta restu dari kedua orang tua elu....." kata Dewa panjang lebar.

Alina hanya terbengong dengan perkataan Dewa. Apalagi panjang lebar begini. Biasanya ketus dan songong menurut Alina.

" Oh..." jawab Alina singkat.

Dewa terbengong dengan jawaban Alina yg singkat. Kemudian geleng geleng kepala. Bagaimana Alina yg cerewet ini tiba tiba hanya menjawab singkat, padahal dirinya sudah panjang lebar menjelaskan dan merencanakan kedepannya.

" Gitu doang..." Dewa.

" Lha terus jawab apa...udah sono tidur...!" jawab Alina ketus kemudian keluar dari ruangan kamar tamu, tempat dewa berada.

Dewa pun merebahkan tubuhnya di balai ber kasur kapuk itu. Kemudian memejamkan matanya. Dewa berencana mencari kontrakan untuk dirinya dan Alina. Namun kembali ingat. Jika dirinya pasti tidak diperbolehkan satu kamar ataupun satu kos kosan. Sebab surat pernikahannya belum terbit. Dan masih secara siri. Dewa kemudian berfikir untuk mengesahkan pernikahan itu secara hukum. Namun lagi lagi, itu harus bisa bertemu dengan orang tua dari Alina sendiri.

Dewa tidak mungkin membawanya pulang ke rumah papanya. Sebab disana ada ibu tirinya yg selalu menganggapnya bukan siapa siapa. Terlebih setelah kakaknya Dewa yg bernama Dimas meninggal. Dan papanya mengalami stroke. Dan ibu kandungnya sendiri sudah lama meninggal. Namun entah berada dimana makamnya, Dewa pun belum diberi tahu. Kisah itu selalu di dengung dengungkan oleh mama tirinya, jika ibu kandung Dewa sudah meninggal. Dan disebut pelakor oleh mama tiri Dewa.

Sementara mama tiri Dewa tidak mempunyai anak dari pernikahannya dengan papanya Dewa. Sehingga saat ini hanya berdua saja di rumah papanya Dewa. Mama tirinya lah yg merawat papanya itu. Dewa sempat mencurigai mama tirinya itu. Jika papanya sakit keras karena ulah mama tirinya.

Namun bukti belum Dewa dapatkan. Bahkan cctv di rumahnya pun telah dimatikan. Sehingga tidak bisa di akses oleh Dewa. Art di rumahnya pun tidak ada yg berani memberitahu kejadian kejadian di rumah papanya Dewa.

Dewa memang lebih baik hidup mandiri, dan beruntung semasa kakaknya masih ada. Ia selalu di beri uang lebih. Dan kini Dewa mempunyai sebuah bengkel dan kafe di kota Jakarta. Sementara perusahaan milik papanya. Saat ini dikelola oleh mama tirinya beserta adik laki lakinya.

Mata Dewa terpejam karena rasa kantuk dan lelah yg dijalani hari ini. Sehingga saat ini, tidur adalah obat yg paling mujarab.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!