Hari itu adalah jadwal pemeriksaan, mau tidak mau Nathan pergi ke rumah sakit Sejahtera. Rumah sakit yang menangani dirinya sejak lima tahun lalu, saat dirinya kecelakaan.
"Halo, Pak Nathan. Saya senang Anda datang sesuai jadwal," ucap Dokter Toni.
"Ya, Dok."
"Kita mulai periksa ya, Pak. Silahkan ikuti perawat, saya akan menyusul."
Nathan mengangguk, dia hanya menginginkan hidup lebih lama lagi jadi berusaha kontrol sesuai jadwal. Dia keluar dari ruangan periksa Dokter Toni menuju ruangan pemeriksaan untuk kepala.
Tak lama Dokter Toni datang, Nathan sudah dibantu oleh perawat dipasangi elektroensefalogram. Butuh beberapa waktu untuk pemeriksaan memakai EEG yaitu salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak. Tindakan ini menggunakan sensor khusus yaitu elektroda yang dipasang di kepala dan dihubungkan melalui kabel menuju komputer.
Kini Dokter Toni sudah duduk di ruangan nya kembali, membaca setiap hasil tes milik Nathan dengan mimik serius.
"Bagaimana hasilnya, Dok." Nathan pun sudah duduk di hadapan Dokter Toni.
Dokter Toni menghela nafas iba, hasil tes Nathan sangat buruk.
"Maaf, Pak Nathan. Kerusakan pada saraf di kepala Anda semakin parah, apa ekstensi sakit nya semakin sering?" tanya Dokter Toni.
"Semakin sering, Dok. Apalagi jika saya terkena syok atau stres berlebih, kepala saya seolah mau pecah. Apa bahaya, Dok?"
"Sangat berbahaya, saya sudah katakan hindari stres dan istirahat yang cukup. Anda harus operasi secepatnya." Kata Dokter Toni.
"Tapi saya masih ada urusan, Dok. Berapa lama lagi saya bisa bertahan tanpa operasi?"
"Pak..." Dokter Toni memang sering bertemu dengan pasien yang keras kepala termasuk Nathan.
"Tidak apa-apa, Dok. Katakan saja," Nathan berusaha kuat mendengar kenyataan pahit yang akan dikatakan Dokter.
"Begini, Pak Nathan. Sebenarnya melakukan operasi pun persentase keberhasilan nya sangat besar sekitar 80% berhasil, jadi hindari pikiran negatif jika Anda tidak akan selamat saat operasi berlangsung. Saya memang tidak berani menjamin, tapi jika berhasil saya jamin Anda akan sehat kembali. Apa Anda mengenal Dokter Ramdan dari Wijaya Hospitals Group, Beliau juga merangkap seorang Direktur?"
Nathan mengangguk, tentu saja lelaki itu sangat mengenal Dokter Ramdan yang dulu merawat Asha.
"Jika Anda melakukan operasi ini, Dokter Ramdan lah yang akan menjadi Dokter Kepala dalam mengoperasi. Sepak terjang nya tidak perlu diragukan lagi, persentase Beliau dalam operasi otak bisa dikatakan selalu sukses. Pasien yang pernah di operasi olehnya, bisa bertahan dan sembuh total."
Nathan nampak memikirkan saran dari Dokter Toni, seketika hatinya bimbang.
"Saya akan menelepon Dokter Ramdan dan memberikan hasil tes Anda padanya, Pak Nathan. Saya akan menghubungi Anda setelah Beliau nantinya ingin bertemu dan memeriksa Anda secara langsung. Bagaimana?"
"Saya__"
"Pak Nathan, jangan menyerah dalam menghadapi penyakit Anda. Dokter memang bukan Tuhan atau Dewa, tapi kami selalu berusaha semaksimal mungkin dan bagi pasien yang percaya akan keajaiban... maka keajaiban itu akan selalu terjadi."
Setelah beberapa waktu menimbang, akhirnya Nathan setuju.
"Baik, Dok. Saya menunggu kabar dari Anda, saya bersedia di operasi."
Dokter Toni tersenyum, ada suatu kepuasan bagi seorang Dokter jika pasiennya mempunyai harapan tinggi dan ingin terus berjuang.
Setelahnya Nathan pamit pergi.
.
.
.
Di Mansion Arkan sedang terjadi kegaduhan juga kegembiraan.
Bagaimana tidak gembira istri yang sudah ditunggu kesadarannya selama bertahun-tahun dan akhirnya Belvina membuka matanya!
"Sayang, kamu akhirnya bangun..." Arkan menciumi wajah pucat Belvina, istri sah-nya.
"Mmm, si-siapa ka-mu?" lirih wanita yang baru terbangun dari koma selama lima tahun lamanya dengan ucapan terputus-putus.
"Sayang...!" mata Arkan terbelalak.
"Sebentar Tuan Arkan, biar saya periksa kembali." Ujar Dokter pribadi.
Arkan yang duduk di tepi ranjang langsung menyingkir, wajahnya terlihat cemas.
"Nyonya, lihat jari saya. Ini berapa?" tanya Dokter mengacungkan tiga jari.
"Ti-ti... ga..."
"Siapa nama Anda?" tanya Dokter kembali.
Belvina menggeleng.
"Baik, pelan-pelan ya."
Dokter lalu mendekati Arkan.
"Tuan Arkan jangan khawatir, ini hal biasa bagi pasien yang telah koma selama lima tahun lamanya untuk kehilangan ingatan. Apalagi akibat kecelakaan, kepala Nyonya terbentur sangat keras dan sempat di operasi karena ada gumpalan darah dalam kepalanya. Kita terus observasi ya, Tuan."
"Peralatan medis di Mansion ini sudah lengkap, Anda bisa datang setiap hari Dok." Ujar Arkan bisa menerima penjelasan Dokter dengan tenang.
"Bagaimana jika saya merekomendasikan rekan saya, dia Dokter handal Tuan. Saya ada seminar di London tentang obat kanker terbaru paling mutakhir selama seminggu lamanya dan saya harus pergi besok," tawar Dokter Romi.
"Baik, tapi Anda tau kan ini adalah rahasia dan Anda sudah menandatangani perjanjian. Apa Dokter Romi bisa menjamin Dokter yang Anda rekomendasikan bisa menjaga kerahasiaannya?"
"Kami para Dokter sudah disumpah untuk profesional, Tuan. Apalagi terikat perjanjian tentang kerahasiaan, jadi saya bisa menjamin nya."
"Baik, kalau begitu. Saya tunggu besok, Dokter pengganti Anda harus sudah datang kesini."
"Baik, Tuan."
Diluar pintu Asha juga ikut bahagia, akhirnya Arkan bisa bersama istrinya lagi dan bisa kembali hidup bahagia. Selama ini Asha memang menyayangi Arkan namun sebatas sayang sebagai saudara apalagi Ibu mereka adalah sahabat dulunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
HNF G
dr ramdan lagi kah? 🙄🤔
2024-12-05
0
Dian Rahmawati
Wah Asha apakah akan kembali nantinya sama Nathan
2024-04-08
1
Yunia Afida
takutnya arkan serakah ingin miliki asha juga
2024-04-08
2