Keluarga Adhitama adalah sebuah keluarga besar. Ada Kakek Nathan, Ayah Nathan beserta paman-paman dan para sepupu Nathan. Termasuk para wanita yang adalah Ibu kandung Nathan dan Ibu dari para sepupu Nathan.
Makan malam begitu hening seperti biasa, Kakek Nathan tidak menyukai kebisingan saat di meja makan. Namun malam itu ternyata spesial, karena ada calon tunangan Nathan yang dua bulan ke depan akan resmi menjadi istri Nathan.
"Kakek, makan yang banyak." Ujar Audrey, putri dari pengusaha ternama, calon tunangan Nathan yang sudah dijodohkan sejak 7 tahun lalu sebelum Nathan mengenal Asha.
"Menantu cucuku ini sangat perhatian, selain kamu juga seorang pebisnis wanita muda. Tidak salah menantuku memilihmu untuk cucuku, Nathan."
Nyonya Eva, Mama dari Nathan merasa bangga karena disanjung sang Ayah mertua.
"Tentu saja, Ayah. Audrey ini selain wanita karir, dia juga cantik dan perhatian. Setiap hari meneleponku hanya mengingatkan agar aku menjaga kesehatan, dan juga mengingatkanku agar tidak lupa memberikan obat untuk Ayah." Nyonya Eva adalah menantu pertama, dia selalu bisa mengambil hati Ayah mertuanya.
Dua menantu lain hanya mencibir melihat Nyonya Eva selalu menjilaat mertua mereka dengan kata-kata manis. Apalagi sekarang berhasil menyatukan kembali Nathan dengan Audrey yang sempat terputus karena Nathan memilih diusir daripada bertunangan dengan Audrey. Meskipun butuh lima tahun untuk Audrey dekat kembali dengan Nathan, namun semua itu tidak sia-sia.
"Acara untuk tiga hari lagi sudah rampung?" tanya Kakek Farid Adhitama.
"Beres, Ayah." Jawab Nyonya Eva tersenyum senang.
"Setelah bertunangan, kalian tinggallah bersama di Apartemen atau rumah hadiah dariku... sampai kalian berdua menikah dua bulan lagi. Setelah menikah beberapa bulan, baru tinggal disini." Kakek Farid menatap Nathan yang sejak tadi sibuk dengan makanan, sepenuhnya cuek dengan pembahasan di meja makan.
"Nathan!" tegur sang Mama saat melihat anaknya diam.
Nathan menghela nafas kasar, mengangkat wajah lalu menatap sang Kakek dengan tatapan sinis. "Baik, Kek. Asal Kakek tidak lupa dengan perjanjian kita, jangan selalu ingkar janji."
Kakek Farid mendengus kasar.
"Cukup, Nathan! Jaga perilaku dan bahasamu pada Kakekmu!" bentak Papa Nathan.
Trankkk!
Nathan melempar garpu dan pisau ke atas piring, lalu bangkit dari duduknya dan pergi berlalu begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi.
"Anak itu!" geram Papa Nathan, tubuhnya setengah berdiri ingin menyusul anaknya dan ingin memberikan pelajaran.
Namun Nyonya Eva menahan lengan suaminya, "Biarkan saja Pah, dia sudah mau menikah dengan Audrey pun itu sebuah kemajuan. Jangan pancing lagi emosi anak kita, kamu mau dia pergi lagi seperti gelandangan seperti lima tahun lalu... saat dia mencari kesana kemari mantan istrinya yang hamil setelah kebakaran itu!" bisik Mama Nathan.
"Susah payah kita bisa menyadarkan nya yang hampir gila selama 2 tahun, terus menerus membawanya ke psikiater. Dia akhirnya seperti orang normal kembali dan mau pergi kuliah... lalu akhirnya bekerja selama setahun ini dan membuat Perusahaan semakin maju bahkan mengalahkan para sepupunya. Papa harus bangga padanya," lanjutnya pada sang suami masih sambil berbisik karena tidak ingin di dengar yang lainnya.
Memang benar, meskipun selalu terlihat harmonis oleh orang luar namun nyatanya keluarga Adhitama saling menusuk karena perebutan harta apalagi Perusahaan semakin berkembang besar dan bisnis-bisnis yang sudah mendarah daging.
Papa Nathan menghela nafas pelan, dia mengangguk. "Maafkan kami, Ayah. Kami belum belum bisa mendidik anak kami dengan baik."
"Sudahlah, sekarang makan!" Kakek Farid hanya menggeleng melihat kelakuan cucu pertamanya.
"Orang seperti itu yang kalian jadikan penerus Perusahaan, bahkan aku lebih baik darinya." Sepupu Nathan berbeda satu tahun - Darel.
Papa Darel yang adalah adik dari Papa Nathan menyikut lengan putranya, namun Darel yang kadung kecewa karena Kakeknya pilih kasih masih ingin mengeluarkan uneg-uneg nya.
"Aku juga bisa menikah dengan Audrey, jika itu syarat yang harus aku lakukan demi menjadi penerus!" cebik Darel.
"Tapi Audrey maunya dengan Nathan, kau tidak lihat betapa Audrey mencintai kakak sepupumu!" balas Mama Nathan dengan sama ketusnya.
"Kata siapa Audrey sangat mencintai Nathan? Anak kalian bahkan pernah kabur saat akan ditunangkan, menurut Tante dan Paman... Audrey masih mau dengan Nathan? Kalian tidak tau saja bagaimana sekarang sifat asli wanita yang akan kalian nikahkan dengan anak kalian itu! Ck!"
Tanpa menunggu bantahan dan balasan lagi, Darel berdiri melempar serbet ke atas meja lalu pergi dengan wajah marah.
Wajah Audrey sudah memerah karena dikata-katai oleh Darel, laki-laki yang dulu katanya sangat mencintai dirinya. Namun karena terus ditolak oleh Audrey, kini Darel berbalik membenci nya.
.
.
Lain lagi dengan kericuhan dan kerenggangan di keluarga Adhitama, di restoran seafood sebuah keluarga begitu terlihat hangat jika terlihat oleh mata orang lain.
"Mom, aauu cuapin..." Devana membuka mulutnya.
"Oke, pesawat siap ke landasan... aaaa..." Asha mencapit makanan kesukaan Devana ke dalam mulut mungil gadis kecil itu.
"Enak?" tanya Asha seraya mengelus kepala Devana.
"Enyakkkk... Vano coba!" Devana berseru pada Devano.
Devano menggeleng, dia tidak suka makanan itu. "Daddy, mau udang!" Devano malah menunjuk udang.
"Mau udang ya jagoan, oke!" seru Arkan tak kalah seru dengan Asha dan Devana, laki-laki dewasa itu menyuapkan udang pada Devano setelah memisahkan udang dari kulitnya.
"Makasih, Daddy. I Love You Daddy!" gumam Devano dari sela-sela mengunyahnya.
"Ishhhh! Napa coba aku ndak cuka udang! Vano ndak cuka escalgot... kecukaan akuhh! Padahal kica berdua saudala kembal...!" celoteh Devana seraya mengedipkan matanya penuh keheranan, anak sekecil itu ternyata sudah kritis dan peka jika Devano bukanlah saudara kembarnya.
"Ituh... emmm... karena Devano kan sering sakit. Vana udah dikasih penjelasan oleh Bu Dokter kalo Vano nggak boleh makan sembarangan." Asha mencoba menjelaskan meskipun ucapan nya semakin membuat lipatan di dahi gadis kecil itu semakin dalam.
"Pokoknya, kalian berdua memang berbeda selera sayang meskipun anak kembar. Jadi, nggak usah memaksakan semuanya pada saudaramu, ya." Arkan mengelus kepala Devana, memang dia akui otak putrinya itu terkadang bisa melebihi usianya.
"Oooohh, ciap Daddy!" jawab Devana dengan suara imutnya.
Mereka akhirnya tertawa bersama, benar-benar terlihat sebagai satu keluarga sempurna.
Malam itu... Asha tidur sendirian karena kedua anaknya ingin tidur di kamar mereka masing-masing. Asha meminum obat tidur yang selama ini selalu diminum nya setiap malam untuk membantunya tidur nyenyak karena dia menderita insomnia. Namun anehnya malam itu, Asha bermimpi buruk. Mimpi saat dirinya diceraikan secara sepihak dan api menyambar padanya.
"Mas, kenapa kamu tega menceraikan ku...? Masss... aku mohon jangan tinggalkan kami..."
"Uuhhhh, artghttt... hhh... panassss... mass Nathan... hiksss... arrghtt wajahku terbakar masss... tolonggggg...!"
"Tolonggg!!!!"
Suara teriakan Asha terdengar sampai keluar, seorang Art segera berlari ke kamar Tuan mereka.
"Tuan! Tuan! Nyonya berteriak histeris!"
Brakkk!
Pintu kamar Arkan terbuka.
"Ada apa, Bik!"
"Nyonya terus berteriak meminta tolong dan merintih kesakitan... saya tidak berani masuk."
Arkan berlari dengan tergesa-gesa menuju kamar Asha, dia merasa dejavu. Lima tahun lalu setiap malam setelah dia membawa Asha dari rumah sakit, wanita itu akan terus berteriak-teriak karena bermimpi buruk dan trauma.
Brakkk!!!
Arkan masuk ke kamar Asha tanpa ijin, dia berlari ke arah ranjang.
"Sha! Bangun!" Arkan menepuk-nepuk pipi Asha.
"Tolonggggg... Massss Nathan... ja... ngan tinggalkan aku... panasss Mas..." Asha mengigau masih dengan mata tertutup, air mata sudah membasahi wajah merahnya bahkan rambut wanita itu sudah basah oleh keringat.
Arkan naik ke atas ranjang, dia menarik tubuh Asha ke dalam dekapan. Laki-laki itu memeluk tubuh Asha yang bergetar hebat.
"Bik! Bawa kompres dan obat panas, tubuhnya demam," pinta Arkan pada Art.
"Ya, Tuan."
Tak lama Bibik Art membawa kompresan dan obat panas. Akan tetapi Arkan kebingungan memasukkan obat ke dalam mulut Asha, karena wanita itu masih tidak mau membuka mata.
"Tuan, kunyah saja obatnya lalu masukkan dari mulut Tuan Arkan ke mulut Nyonya." Bibik Art yang memahami kebingungan Arkan memberikan usulan.
Merasakan panas tubuh Asha semakin tinggi, akhirnya Arkan mengunyah pil pereda demam di dalam mulutnya sendiri lalu menempelkan bibirnya ke bibir Asha dan memindahkan obat panas dari mulutnya. Tak lupa dia meneguk air putih dan memasukkan air itu seperti cara tadi melalui mulut ke mulut.
Aku nggak mengkhianati istriku, ini hanya untuk mengobati Asha! Maafkan aku... Belvina! Aku hanya menempelkan bibirku padanya, aku nggak menciumnya! Teriak Arkan dalam hati merasa bersalah pada istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
yashandinur
padahal tinggal di haluskan kaya puyer tuang disendok campur air sedikit trus masukin deh ke mulutnya... gitu aja repot...
2024-10-02
1
Helen Nirawan
msh mikirin mantan suami , isshh , suami apaan model gt , gk.mutu
2024-05-26
0
Siti Fatimah
ehh kirain itu ungkapan nathan
2024-04-01
2