Audrey pulang ke rumah dengan wajah masam, sang Mama sedang menunggu putri kandungnya pulang. Audrey menghiraukan keberadaan sang Mama, terus berjalan ke arah kamar besarnya berada di lantai atas.
"Ada apa? Kenapa lagi? Nathan bikin ulah lagi?"
Audrey duduk di pinggir ranjang, sang Mama bernama Amara langsung ikut duduk lalu memeluk putrinya yang masih berwajah kesal.
"Emang ya, dasar laki-laki nggak berguna. Kalau bukan karena surat wasiat antara Kakek Nathan dan Kakek Audrey yang harus menikahkan cucu pertama mereka atau warisan itu gugur... aku nggak bakal mau nikah sama laki-laki nggak peka itu!"
Audrey yang bernama asli Aurel itu melempar bantal ke sembarang arah dan mengenai lampu di atas nakas.
Lampu terjatuh ke lantai dan menimbulkan bunyi pecahan keras.
"Sttt! Papa mu baru saja tidur! Kau juga tau beberapa tahun ini, Papamu itu selalu teringat istri pertama dan putrinya yang sudah diusir! Kamu bisa menjadi Audrey asli karena keberadaan mereka sudah nggak diketahui dimana. Jangan membuat ulah!" tegur Amara.
"Memangnya aku mau menjadi pengganti Audrey, Mah! Sejak kecil aku harus berganti identitas menjadi orang lain! Kenapa Mama harus merahasiakan kalau aku anak kandung Mama dan Mama malah ber-cosplay menjadi Ibu tiriku yang baik hati...!!!" Aurel tantrum dia berteriak-teriak dengan keras.
"Aurel...!!! Diam!" Amara membentak putrinya.
Pintu kamar terbuka, Papa Aurel menatap dingin ibu dan anak itu.
"Kau membuat ulah lagi? Apa yang terjadi di keluarga Adhitama?!" tanya Papa Aurel dengan intonasi tinggi.
"Ng-nggak kok, Pah. Tadi makan malam nya sangat nyaman, hanya saja pesanan gaun untuk pertunangan ku ada masalah jadi aku marah-marah." Jawab Aurel sedikit gagap.
"Ingat...! Jangan mengacaukan segalanya atau kebusukan kita semua akan terbongkar! Keluarga Adhitama hanya ingin menjalin ikatan pernikahan dengan cucu asli dari keluarga Abimanyu yaitu keluarga istri pertamaku! Sedangkan kau hanyalah keturunanku dan Ibumu ini!" Tunjuk Tuan Damar pada istri keduanya, yang dulunya adalah pelakor yang berhasil merebut Tuan Damar dari istri pertamanya bahkan dengan tega mereka mengusir istri pertama Tuan Damar beserta putri mereka, Audrey asli.
"Kau bahkan nggak ada hubungan darah dengan keluarga Abimanyu! Jangan sampai semua orang tau! Pikat Nathan dan nikmati warisan yang seharusnya menjadi milik putriku Audrey di keluarga Abimanyu! Kau paham, Aurel?!" bentak sang Papa.
Aurel mengangguk, dia sebenarnya merasa berat menikah dengan Nathan karena laki-laki itu seharusnya menjadi suami dari Audrey asli dan dia bisa kembali merebut Arkan dari Belvina. Bahkan karena cintanya pada Arkan, lima tahun lalu dengan tekad gila dia menabrak Belvina.
Sampai saat ini Aurel berpikir jika Belvina masih hidup setelah dia menabraknya, bahkan hidup bahagia bersama Arkan. Hingga mau tak mau, sekarang dia harus menurut pada orang tuanya menikah dengan Nathan lelaki yang tidak dicintainya dan juga tidak pernah mau mencintai dirinya.
Malam itu menjadi malam panjang bagi semua orang dengan segala problematika hidup mereka.
.
.
Pagi hari di kediaman Arkan, suara keras Devana terdengar di ambang pintu kamar Asha.
"Daddy...!!!"
Mendengar suara putrinya, mata Arkan dengan perlahan terbuka. Laki-laki itu mencoba menggerakkan tangan namun lengannya terasa berat.
"Umm..." gumam Asha dalam tidurnya.
Arkan menoleh ke samping dan tercengang, Asha masih berada dalam pelukannya dengan kepala Asha berbaring di lengannya. Dia mencoba melepaskan kepala Asha sebelum wanita itu terbangun dan bertanya yang tidak-tidak namun mata Asha terlanjur terbuka.
"Arkan...?"
Kini mata mereka berdua bertemu, ada keterkejutan juga rasa malu.
"Mom, Dad. Kalian tidur bersama dan membuat adik bayi untuk kami, ya?" Devano masuk ke kamar mendekati ranjang dimana Arkan masih memeluk tubuh Asha, diikuti Devana berjalan di belakang nya.
Asha yang masih belum tersadar sepenuhnya mengedipkan mata, seolah anaknya sedang melempar lelucon. Namun setelah akal sehat menyerbunya, mata Asha terbelalak lebar.
"Arghhhhttt...!!" Asha mendorong kuat tubuh Arkan, padahal tubuh lelaki itu sudah menempel di pinggir ranjang alhasil tubuh tinggi besar Arkan terpelanting ke bawah ke atas lantai.
"Aww!!" Arkan mengaduh, sikut lengannya terbentur lantai terasa tersetrum.
"Daddy!" kedua bocah itu berlarian menghampiri sang Ayah dengan wajah panik, padahal Arkan hanya terkejut dan rasa sakitnya hanya sebentar.
"Dimana yang sakit, Dad?" tanya Devano penuh perhatian.
"Maaf, aku... aku..." Asha kebingungan.
"Mommy, kenapa jahat sama Daddy..." rengek Devano, bahkan mata bocah laki-laki itu sudah berkaca-kaca. Devano memang lebih dekat dengan Arkan daripada ibu kandungnya Asha.
"Sayang, Mommy... Mommy--"
"Hiksss..." kini Devana yang malah menangis.
"Hei hei... para kesayangan Daddy, lihatlah! Mommy tiupin tangan Daddy yang sakit," cepat-cepat Arkan bangun dari lantai dan berdiri di samping ranjang menjulurkan sikutnya ke arah Asha agar ditiup.
Bagai satu kesatuan, Asha bekerja sama dengan Arkan. Selama lima tahun menjadi orang tua bagi anak mereka membuat pikiran Arkan dan Asha selalu cepat konek.
"Husshhhhh..." Asha benar-benar meniup sikut Arkan, dan Arkan menahan tawanya yang akan menyembur melihat tingkah kocak mereka berdua hanya demi anak-anak mereka.
"Sudah enakan, terima kasih Mommy-nya si kembar yang cantik jelita..." Ucap Arkan menggoda seraya mengedipkan sebelah mata pada Asha.
Eh! Asha kicep, tumben-tumbenan Arkan bertingkah genit padanya. Padahal biasanya meski di depan anak-anak, Arkan hanya tersenyum dan hanya berusaha berbicara lembut.
Arkan pun terkejut dengan tingkahnya sendiri, dia mengusap tengkuknya yang tiba-tiba gatal lalu memalingkan wajah karena malu.
"Benelan... Daddy udah ndak cakit?" Devana menarik tangan Ayahnya lalu meniup-niup jari Arkan dengan sayang.
"Iya. Ini sudah pagi ya, kalau begitu mari siap-siap sarapan. Kamu juga, Mommy..." Ujar Arkan pada Asha, dia sudah berani menatap Asha kembali.
Panggilan mereka berdua di depan anak-anak adalah Mommy-Daddy seperti hal nya anak-anak memanggil mereka berdua.
"Kalian berdua pergi lebih dulu dengan Daddy ya, tubuh Mommy lengket. Mommy mau cuci wajah dan sikat gigi sebentar." Asha merasa tubuhnya lengket, dia bahkan tidak tau jika semalaman dirinya demam.
"Oke!!" serentak kedua anak itu lalu Devano menarik tangan Arkan sebelah kiri dan Devana sebelah kanan.
Tak berapa lama setelah ketiganya pergi, ART masuk untuk memanggil Asha agar segera ke meja makan untuk sarapan bersama.
"Nyonya?"
"Ya, Bik. Sebentar lagi saya selesai." Jawab Asha dari dalam kamar mandi.
Pintu kamar mandi terbuka, wajah Asha sudah segar.
"Nyonya ditunggu Tuan di meja makan."
"Iya, Bik."
"Saya pergi, Nyah."
"Bik, tunggu!" cegah Asha.
"Ya, Nyah?"
"Apa bibik tau kenapa semalam Tuan tidur disini dan saya lihat ada botol obat demam. Tuan demam?"
Bibik ART menggeleng, "Semalam Nyonya yang demam, saya panggil Tuan dan Tuan Arkan kesini lalu merawat Nyonya semalaman."
Deg
"Merawat saya semalaman? Jadi Tuan memeluk saya semalaman, Bik?"
"Iya, Nyah. Tuan bahkan membantu Nyonya minum obat agar tertelan," jelas si Bibik.
"Mem-membantu gimana maksudnya...?" Asha cengo.
"Sebenarnya saya yang memberi usul, Nyah. Tuan kebingungan bagaimana Nyonya minum obat karena Nyonya tak sadar. Jadi saya bilang, Tuan kunyah saja obatnya di mulut Tuan lalu berikan pada Nyonya."
"Hah? Maksud Bibik dari dalam mulut Tuan, obat itu masuk ke mulut saya... gitu?"
"Ya, Nyah." Bibik ART mengangguk.
"Bibirnya menempel pada bibir saya, Bik?"
"Iya begitu, Nyah."
"Padahal bisa digerus lebih dulu obatnya di sendok, lalu kasih air. Udah gitu masukin mulut saya, Bik! Nggak usah pake mulut segala."
"Saya__" si Bibik menunduk, jadi tidak enak hati karena ide semalam itu darinya.
"ARKAN... !!!!!!"
Dengan wajah memerah, Asha berjalan cepat menuju meja makan.
____
Nah loh, kena kau... Arkan!😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ira Rachmad
halah... halah... halahhh....
ih gemes...pengen tak cubit deh ginjalnya
2025-02-10
0
HNF G
kan..... kan..... 😄😄😄😄😄😄😄
2024-12-05
0
yashandinur
laaaahhhh...
2024-10-04
0