AKHIR SEBUAH JANJI

"Siapa kamu sebenarnya?"

Raya kini duduk di atas kap mobil jeep hitam yang kokoh dan hangat, matanya memandang lurus gelombang laut selatan yang tak letih menggempur pesisir putih di bawah pendar lembut bulan purnama keperakan.

Seperti tujuh tahun lalu.

"Samudera Dewa nama pemberian ibuku. Satria Garuda nama pemberian ayahku--nama yang harus kusandang terutama saat aku bertugas sebagai salah satu detektif swasta di Agensi Garuda milik ayahku."

Samudera, atau Satria, menjabarkannya dengan tenang sambil menenggak bir dalam botol kaca hijau gelap, tubuhnya yang tegap bersandar di bemper depan jeep, persis di sebelah kaki Raya.

"Jadi... aku harus memanggilmu apa?"

"Apa saja boleh."

"Kamu lebih suka dipanggil apa?"

"Jujur aku lebih suka nama pemberian ibuku," Samudera tersenyum lembut. "Tapi aku tahu nama panggilan itu mirip dengan nama lelaki yang sudah menyakitimu. Barangkali membuatmu nggak nyaman. Kamu boleh memanggilku Satria kalau mau."

Raya menghela napas. "Aku akan memanggilmu Sam."

Samudera mengerjap. "Benarkah? Nggak apa-apa?"

"Memangnya cuma ada satu Sam yang hidup di bumi ini?" Raya meniru ucapan Riris di masa lalu, meski kini ia berusaha keras mengatasi getir batinnya. "Lagipula, itu nama pemberian ibumu. Dia yang mengandung dan melahirkanmu. Memanggilmu Sam berarti menghargai jerih kasih yang dia berikan... karenanya kamu lebih suka nama itu, kan?"

Samudera menatap wajah pucat Raya. Hatinya bergetar karena haru.

"Terima kasih... sudah menghargai ibuku seperti itu," gumam Samudera lirih. "Itu sangat berarti bagiku..."

"Sudah seharusnya..."

Raya menenggak birnya sendiri. Sepanjang percakapan ia masih terus memandang lautan dan bulan. Tak sekali pun ia memandang Samudera.

Namun Samudera sepenuhnya paham.

"Tentu... kamu juga seorang ibu sekarang. Kudengar, putrimu terkena kanker. Kamu pasti sangat mencemaskannya."

Raya tidak berkata apa-apa dan kembali menenggak birnya.

"Raya... apakah terlambat bagiku untuk memenuhi undanganmu sekarang?"

Raya mengerjap bingung. Akhirnya ia menoleh dan memandang Samudera.

"Undangan apa?"

"Kamu dulu selalu memintaku bertemu. Kamu selalu ingin mengobrol langsung denganku. Memastikan aku hidup dan baik-baik saja tepat di depan matamu."

Samudera menenggak birnya sejenak, ekspresinya melembut sendu.

"Dulu, aku nggak bisa memenuhi itu. Kita hanya bisa berbincang lewat pesan dan telepon. Tetapi sekarang, apa aku masih bisa memenuhi undangan itu? Apa aku masih punya kesempatan untuk menepati janjiku padamu?"

Samudera mendongak, menatap lurus wajah Raya, tulus dan lembut bagai seorang pemuja.

Wajah Raya memerah. Sesaat tak bicara.

***

Raya mengenang kembali dialognya dengan Riris sebelum meninggalkan kafe malam ini.

"Iya... gue sama Sam emang pacaran. Tapi itu kayak status aja. Sam nggak benar-benar mau jadi pacar gue, sebetulnya. Dia enggak cinta gue."

Riris sengaja mendekap tas Raya di dadanya, memaksa sahabatnya itu duduk di depan meja rias, mencegahnya pergi lebih dulu dari kafe dengan segala cara.

"Maksudnya...?" Raya tidak mengerti.

"Gue sama Sam ketemu satu setengah tahun lalu, pas gue libur kuliah. Kita ketemu di salah satu bar punya teman gue di ibukota, karena gue dan komunitas yang undang dia nyanyi buat acara privat sekaligus galang dana untuk anak-anak penderita kanker yang enggak mampu, supaya mereka bisa dirawat di rumah sakit bokapnya Sienna."

Tatapan Riris menerawang, senyumnya mengembang.

"Lo tahu gue fans berat dia. Gue betul-betul bahagia bisa ketemu dia langsung malam itu. Apalagi itu acara privat. Gue bisa mendengar nyanyian indahnya langsung, menatap dia dari jarak sangat dekat, kenalan bahkan ngobrol sama dia setelah dia selesai pentas. Itu salah satu momen terindah dalam hidup gue."

Riris memejamkan mata. Rona wajahnya betul-betul bahagia.

"Dia bahkan mau tukeran nomor HP. Gak keberatan menjawab chat gue atau mengangkat telepon gue di saat dia enggak sibuk. Dia memperlakukan gue dengan baik seperti seorang teman. Ramah dan rendah hati, meski dia seorang bintang yang bersinar."

Riris membuka mata dan nyengir kuda kali ini.

"Cuma ya dasarnya gue aja yang bucin dan gak tahu diri. Dikasih hati minta jantung. Gue gak tahan dan semakin agresif. Gue kejar dia dengan segala cara. Rayu dia. Muncul di depan apartemennya sambil membawa hadiah. Dan akhirnya gue nyatain perasaan gue dan minta dia jadi pacar gue."

Raya diam saja. Riris mulai tertawa.

"Tolol banget sih kalau diingat. Jangankan Sam, cowok baik-baik mana pun juga bakal kabur dan keder kalau dipepet seagresif itu sama cewek yang doyannya pake kemben dan punya tampang kayak soang--pengen nyosor aja bawaannya. Kecuali cowok mesum. Pasti seneng digituin.

"Tapi Sam enggak. Dia tetap sopan dan menghargai gue sebagai wanita. Dia tolak gue dengan halus. Bukannya nyadar, gue malah makin menjadi. Kayak kesambet setan. Heran juga dia nggak bawa gue ke dukun buat disembur."

Raya meringis kecil, jujur bingung harus bereaksi apa. Sahabatnya ini memang sifat eksentriknya sudah sampai atmosfer matahari galaksi tetangga--penuh ledakan yang mengejutkan dan di luar jangkauan siapa saja.

"Saat gue nembak dia yang ketiga kalinya... dengan ancaman gue bakal bunuh diri kalau dia nolak gue lagi, akhirnya dia terima dan mau jadi pacar gue."

"Riris!" seru Raya kaget.

"Iya, sorry, gue emang idiot banget waktu itu. Tapi gue nggak benar-benar pengen bunuh diri kok. Cuma gue sempet mikir kalau emang ditolak lagi ya udah... gue tinggal di Aussie aja selamanya. Gak bakal balik ke Indonesia. Bakal mengubur semua masa lalu gue di negeri ini, dan memulai lembar baru di negeri kangguru itu.

"Akhirnya kita jadian. Tapi gue masih harus lanjutin kuliah di Aussie. Sam harus menjalani hidupnya sebagai penyanyi--manggung dari satu kota ke kota lain. Kita LDR-an, jadi ya nggak ada kesempatan buat mesra-mesraan."

Riris menarik napas sejenak.

"Setelah lulus kuliah, gue balik ke ibukota. Kita tetep jarang ketemu, karena dia sibuk banget. Lama-lama gue berasa hubungan ini hambar dan boring. Gue sama dia statusnya pacaran, tapi rasa hubungannya kayak teman. Dia selalu baik sama gue--tapi nggak pernah bisa mesra dan romantis. Jarang punya waktu bareng gue. Gue sempat stress sih--terus pergi ke pulau ini.

"Awalnya niat gue cuma buat healing. Tapi lama-lama gue nyaman dan suka tinggal di sini. Nggak seramai ibukota. Udaranya lebih bersih. Alamnya lebih cantik dari kota kita ketemu pertama kali dan sekolah bareng dulu. Gue akhirnya kepikiran pengen tinggal di sini aja sambil buka usaha kecil-kecilan.

"Tiba-tiba, Sam muncul di hadapan gue. Katanya kangen dan kebetulan lagi ada kerjaan di sini. Dia ajak gue nge-date, lalu ngusulin gue buka kafe di sini, dengan konsep unik kesukaan gue, dan resep kopi kesukaan gue yang dia tahu itu racikan elo."

Raya mengerutkan alis.

"Sam tahu...? Gimana bisa...?"

"Gue pernah cerita. Gue ceritain segalanya tentang gue. Termasuk cerita mengenai elo, sahabat yang sangat gue sayang, yang entah gimana terjerat skandal dan tiba-tiba menghilang dari hidup gue. Jujur gue nangis pas ceritain elo ke dia. Gue pernah bilang gue pengen ketemu elo sekali lagi aja sebelum mati. Gue belum sempet balas budi atau berterima kasih karena elo pernah nyelametin hidup gue waktu itu..."

Mata Raya berkaca-kaca. "Riris..."

"Somehow, Sam ngerti... dan dia bantu gue. Dia bantu gue mendirikan kafe ini. Bantu gue cari suplai bahan terbaik ke Koh Ahwie. Sam bilang, pas dia di sini, dia pernah lihat seseorang mirip lo masuk beli kopi di toko Koh Ahwie. Dia bilang ke gue, kalau gue buka kafe kayak gini dan rajin pergi ke Kedai Kopi, ada kemungkinan gue bakal ketemu elo lagi. Dia bahkan menunjukkan bukti pernah melihat elo di Kedai Kopi, dengan memperlihatkan foto lo ada di sana sambil ngobrol sama Koh Ahwie."

Raya terkejut. Riris tersenyum sambil menggeleng.

"Iya, gue tahu itu terlalu aneh buat disebut kebetulan. Kayak stalker aja dia kan, bisa tahu lo di mana, lagi apa, bahkan ambil foto lo di saat tepat. Gue curiga. Jadinya gue balik nyelidikin dia diam-diam.

"Suatu malam gue ajak dia dinner di villa gue sambil bahas konsep kafe. Gue kasih obat cuci perut di jusnya. Dia sakit perut dan ngabisin waktu lama di toilet. Gue cek HP-nya. Gue kaget... ternyata dia punya banyak foto lo beraktivitas di kota ini. Beneran kayak penguntit. Dan pas gue cek aplikasi dan semua chat-nya... ternyata dia itu Satria Garuda, salah satu detektif swasta yang bekerja di Agensi Garuda--perusahaan jasa intelijen swasta terbaik dan satu-satunya di negeri ini."

Riris menghela napas panjang.

"Pas dia keluar toilet, gue konfrontasi dia. Maksud semua ini apa? Dia akhirnya ngaku kalau dia punya dua nama dan pekerjaan. Nyanyi itu hobinya, sementara detektif itu karir utamanya karena dia harus berpartisipasi dalam agensi yang didirikan ayahnya.

"Gue tanya, kenapa dia nguntit elo? Katanya, dia pengen nolong elo. Dia pengen balas budi karena elo pernah nyelametin hidupnya dulu, seperti elo pernah nyelametin hidup gue... dia juga bilang, lo dulu pernah pakai jasanya sewaktu masih nikah sama Sambara. Dia tahu elo ditelantarkan. Dia tahu hidup elo susah setelah elo cerai. Dia pengen bantu, tapi nggak tahu caranya.

"Makanya pas tahu gue itu alumni SMA Bintang Bumi sama kayak elo, dia mau tukeran nomor HP sama gue, mau temenan sama gue. Akhirnya ya mau jadian sama gue... modus ternyata. Biar dia bisa ngedeketin lo dan nolongin lo di saat yang tepat. Dasar buaya darat berkualitas tinggi. Baik kalau ada maunya, demi satu-satunya perempuan yang dia cintai."

Raya memandang Riris, dan bertanya dengan suara gemetar, "Maksud lo apa, Ris...?"

"Dia cinta elo, Raya. Dari dulu sampai sekarang. Perasaannya nggak pernah berubah. Karena itu dia berbuat sejauh ini untuk menjangkau elo. Iya dia pengen balas budi. Tapi lebih dari itu... dia pengen nyelametin hidup lo. Itu keinginan dari hati terdalamnya. Lebih dari sekadar janji."

Riris menghela napas panjang. Raya terdiam, gundah.

"Jujur gue jatuh cinta sama dia. Tergila-gila, malah. Tapi... seiring hambarnya hubungan, gue juga ngerasa cinta dan kegilaan gue ke dia berkurang. Apa ini beneran cinta? Bukannya kalau emang gue cinta dia, perasaan itu nggak bakal berubah apapun yang terjadi? Sementara gue lihat, cintanya ke elo sama sekali nggak berubah... meskipun kalian nggak pernah ketemu. Meskipun elo mendadak hilang dari hidupnya. Di saat itulah, gue mengakui kekalahan gue. Gue akhirnya minta putus."

Raya menekap mulutnya dengan sedih. "Ris, aku..."

"Lo nggak perlu sedih. Nggak ada yang perlu disesali. Gue bahagia sempat merasakan cinta itu ke dia, meski cuma sesaat. Toh ternyata cinta gue lapuk juga pada akhirnya. Nggak apa-apa. Mungkin ini jalan yang terbaik. Supaya dia bisa memenuhi janji dan keinginan hatinya. Supaya elo bisa hidup dengan baik di bawah cahaya matahari, seperti dulu lagi. Buktinya, malam ini dia bisa mengubah pandangan orang-orang ke elo. Melihat kebaikan lo dari sudut mata hati yang jernih. Gue percaya, cuma Sam yang bisa nolong elo sekarang. Itu pun, kalau elo izinkan..."

Raya hampir menangis lagi.

"Sekarang, temuin dia gih. Dia udah nunggu elo di mobil jeep-nya di depan. Ini pertama kalinya kalian ketemu setelah sekian lama. Pasti banyak yang perlu kalian bicarakan, dari hati ke hati."

Raya menunduk, tampak bimbang.

"Please, Ra," pinta Riris, dengan lembut menggenggam tangan Raya. "Beri kami kesempatan untuk nolong elo kali ini. Temui Samudera. Bicaralah dengannya. Demi gue juga."

Raya menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk.

"Oke..."

Riris tersenyum bahagia.

***

Debur ombak dan deru angin malam membuyarkan kenangan Raya.

Samudera dengan sabar menanti jawabannya.

Raya menarik napas dalam-dalam. Perih. Sesuatu di kedalaman dirinya masih direngkuh pedih. Membuatnya dilanda muram, ketakutan, dan tak sanggup memandang mata Samudera yang begitu tulus dan jernih.

Samudera menegakkan punggungnya saat melihat Raya tiba-tiba menggigil dan menangis.

"Raya..."

Raya menguatkan hatinya.

"Maaf, Sam. Tak ada kesempatan lagi. Semua sudah berakhir. Kita selesai di sini."

...***...

Terpopuler

Comments

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

😱😱😱😱 tp salut sm Riris, 👍😂

2024-06-08

1

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

😂😂😂😂😂 masa nyamain dirimu soang sih Ris😱

2024-06-08

1

Teteh Lia

Teteh Lia

Riris.... terbuat dari apa hatimu ?

2024-05-19

1

lihat semua
Episodes
1 AYAH RONA
2 AWAL PERNIKAHAN
3 RONA DAN HARAPAN
4 AKHIR PERNIKAHAN
5 REUNI DI KEDAI KOPI
6 KOPI WAYANG
7 DOKTER SIENNA
8 CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9 SAMUDERA DEWA
10 PENYELAMAT HIDUP
11 KENANGAN MANTAN
12 AKHIR SEBUAH JANJI
13 CALON AYAH
14 ALAM SEMESTA
15 PERJANJIAN BARU
16 WORKSHOP KOPI
17 PENCARIAN
18 AGEN RAHASIA
19 HILANG
20 MIMPI BURUK
21 CODE BLUE
22 KENANGAN CINTA
23 KENANGAN LUKA
24 DI BAWAH HUJAN
25 KESEMPATAN KEDUA
26 NAIK RANJANG
27 JODOH
28 ABSURD
29 TAK TERDUGA
30 DEMI RONA
31 PERTEMUAN KEMBALI
32 KEINGINAN SAMBARA
33 HADIAH TERINDAH
34 PULANG
35 ANITA JENKINS
36 PENGKHIANAT
37 CERITA CINTA
38 KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39 KEJUTAN
40 REALITA
41 LAMARAN
42 PENYERANGAN
43 PELARIAN
44 MARKAS RAHASIA GARUDA
45 KELUARGA GARUDA
46 MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47 MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48 MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49 MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50 MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51 MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52 RUMAH
53 BULAN DI ATAS LAUTAN
54 SITUASI TERBURUK
55 TIGA PUTRI ALHAMBRA
56 RUJUK
57 JANJI DUA SEJOLI
58 RAYUAN SAMBARA
59 GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60 KRITIS
61 MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62 MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63 MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64 MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65 MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66 MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67 MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68 MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69 KEKUATAN DUA HATI
70 RAHASIA ALHAMBRA
71 ARUS DERAS
72 MISI TERAKHIR
73 PENGORBANAN
74 KETURUNAN GONZALES
75 PERANG DI ALHAMBRA
76 EVAKUASI
77 KEKALAHAN
78 TAK PERNAH PERGI
79 JANJI SANG PENCINTA
80 KATA-KATA CINTA
81 MASA KINI
82 WASIAT
83 IBU EMPAT ANAK
84 KEJUTAN MENYENANGKAN
85 JANJI SUCI
86 CERITA BONUS
87 Ungkapan Hati Penulis
Episodes

Updated 87 Episodes

1
AYAH RONA
2
AWAL PERNIKAHAN
3
RONA DAN HARAPAN
4
AKHIR PERNIKAHAN
5
REUNI DI KEDAI KOPI
6
KOPI WAYANG
7
DOKTER SIENNA
8
CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9
SAMUDERA DEWA
10
PENYELAMAT HIDUP
11
KENANGAN MANTAN
12
AKHIR SEBUAH JANJI
13
CALON AYAH
14
ALAM SEMESTA
15
PERJANJIAN BARU
16
WORKSHOP KOPI
17
PENCARIAN
18
AGEN RAHASIA
19
HILANG
20
MIMPI BURUK
21
CODE BLUE
22
KENANGAN CINTA
23
KENANGAN LUKA
24
DI BAWAH HUJAN
25
KESEMPATAN KEDUA
26
NAIK RANJANG
27
JODOH
28
ABSURD
29
TAK TERDUGA
30
DEMI RONA
31
PERTEMUAN KEMBALI
32
KEINGINAN SAMBARA
33
HADIAH TERINDAH
34
PULANG
35
ANITA JENKINS
36
PENGKHIANAT
37
CERITA CINTA
38
KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39
KEJUTAN
40
REALITA
41
LAMARAN
42
PENYERANGAN
43
PELARIAN
44
MARKAS RAHASIA GARUDA
45
KELUARGA GARUDA
46
MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47
MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48
MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49
MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50
MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51
MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52
RUMAH
53
BULAN DI ATAS LAUTAN
54
SITUASI TERBURUK
55
TIGA PUTRI ALHAMBRA
56
RUJUK
57
JANJI DUA SEJOLI
58
RAYUAN SAMBARA
59
GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60
KRITIS
61
MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62
MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63
MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64
MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65
MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66
MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67
MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68
MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69
KEKUATAN DUA HATI
70
RAHASIA ALHAMBRA
71
ARUS DERAS
72
MISI TERAKHIR
73
PENGORBANAN
74
KETURUNAN GONZALES
75
PERANG DI ALHAMBRA
76
EVAKUASI
77
KEKALAHAN
78
TAK PERNAH PERGI
79
JANJI SANG PENCINTA
80
KATA-KATA CINTA
81
MASA KINI
82
WASIAT
83
IBU EMPAT ANAK
84
KEJUTAN MENYENANGKAN
85
JANJI SUCI
86
CERITA BONUS
87
Ungkapan Hati Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!