Lilin-lilin kecil berulir warna pelangi ditata sangat rapi, membingkai tepi kue ulang tahun bundar kecil bertema unicorn merah jambu. Api-api mungil masih menyala di pucuk sumbu, bergoyang pelan saat hawa dingin dini hari bertiup dari sela jendela tinggi yang sengaja dibuka Raya saat bersandar di balkon kamarnya di lantai dua.
Raya sudah mematung di sana selama satu jam. Mati rasa sambil memandang gerbang putih raksasa di seberang halaman berbunga yang sama sekali tak terbuka sepanjang hari--bahkan hingga lewat tengah malam seperti ini.
Sambara Bumi tak datang hari ini.
Padahal Raya dan Rona sudah sangat menantikannya. Raya terbangun sangat pagi, berusaha memastikan semua rencana perayaan ulang tahun untuk Rona hari itu yang sudah disusunnya secara ulang dan mendadak akan berjalan sempurna.
Tak ada yang berubah dari kue dan gaun untuk Rona. Raya hanya mengubah sedikit dekorasi dan menu yang tersaji untuk pesta kecil hari itu.
Di bawah balon-balon huruf warna-warni yang sengaja ditata menempel di dinding ruang keluarga membentuk tulisan "Happy Birthday, Rona!" Raya sengaja menyusun balon-balon huruf tambahan dengan tulisan "Welcome Home, Ayah!"
Ia juga sudah memesan katering menu dewasa berupa set lengkap steak dan anggur premium. Menu favorit Sam. Ia bahkan memesan hadiah tambahan untuk Rona--sebuah mainan berupa kuda-kudaan elektrik besar berbentuk unicorn, yang Raya dambakan akan dibuka Rona dengan sangat gembira, dan Sam akan menunggangi mainan itu bersama Rona keliling mansion untuk pertama kalinya, keduanya berpelukan hangat dan bahagia.
Ya, ia sudah menyiapkan segalanya untuk Rona dan Sam di hari yang harusnya jadi hari paling bahagia Rona.
Namun hingga hari berganti tanggal, Sam tak pernah datang.
"Bunda... Ayah mana?"
"Tunggu, ya... Ayah pasti datang sebentar lagi."
Rona di hari ulang tahunnya begitu ceria. Ia berlarian dengan gaun merah muda berendanya, berkali menatap halaman depan dari ruang tamu dengan penuh harap.
Namun hingga pukul delapan malam, tak ada tanda kehadiran Sam. Raya sibuk mengutak-atik ponselnya. Wajahnya berubah pucat. Bibirnya mengatup geram. Bahunya gemetar karena berusaha keras mencegah air matanya tumpah di depan Rona.
Pantang menangis di depan Rona. Pantang.
"Bunda... Ayah mana?"
Rona masih mengenakan gaun merah mudanya. Kepalanya rebah di atas pangkuan Rona yang duduk di sofa ruang keluarga. Mata lebarnya meredup, tak lagi secerah waktu pagi hingga sore hari.
"Ayah... Ayah nggak bisa datang, Sayang...," Raya berusaha keras merangkai dusta manis kembali, meski suaranya bergetar hebat kali ini. "Ayah... Ayah dipanggil Raja Kurcaci... Raja Kurcaci butuh buah ajaib untuk putrinya yang sedang sakit... Ayah harus pergi mencari buah itu supaya Putri Kurcaci selamat... Ayah bilang menyesal dan minta maaf nggak bisa datang hari ini..."
"Oooh," entah Rona mengerti atau tidak. Tetapi sesaat ekspresi wajahnya kosong. Matanya kian sayu. Bibir mungilnya melekuk tanpa suara.
"Rona... Rona ngantuk, ya? Pengen bobo?" Raya berusaha tegar dan mengalihkan perhatian putrinya. "Sebelum bobo, tiup lilin dulu yuk? Mau buka kado dulu?"
"Tunggu Ayah dulu, Bunda..."
Rupanya Rona tidak mengerti. Air mata Raya menetes. Ia cepat-cepat menghapusnya.
"Rona, Sayang..."
Rona memejamkan matanya. Napasnya melembut. Ia tak kuat menahan kantuk dan jatuh tertidur.
Raya menangis dalam diam.
Usai membaringkan dan menyelimuti Rona di tempat tidurnya, Raya kembali ke ruang keluarga. Ia menyabet gunting yang sudah disiapkannya untuk membuka setumpuk hadiah yang masih terbungkus dan tertata rapi di dekat sofa. Raya menusuk dan memecahkan semua balon huruf bertuliskan "Welcome Home, Ayah!" hingga meledak dan menyerpih di atas karpet.
Memang brengsek kamu, Sam!
Raya mengenyakkan diri di sofa, menutupi wajah dengan kedua tangannya, tak bisa mencegah semua informasi yang dikirimkan Satria Garuda, detektif swasta yang disewanya dari agensi Garuda, berputar ulang di benaknya.
Raya mulai merasa ganjil dan tak enak saat jam dinding menunjukkan pukul tiga sore. Sam sudah sangat terlambat. Raya sudah mengirimi ratusan pesan Whatsapp hingga mencoba meneleponnya sejak pagi. Tak ada respon sama sekali.
Bahkan nomornya berada di luar jangkauan.
Frustasi dan marah, Raya langsung mengontak Satria, memintanya melacak keberadaan Sam saat itu, mencari informasi apa yang sedang dilakukannya, dan melaporkannya kepada Raya secepatnya.
Dan semua hasil penelusuran Satria, yang selalu disertai bukti valid, diterima Raya melalui pesan Whatsapp pada pukul delapan malam.
Dalam pesan itu, Satria menunjukkan lokasi terkini Sam yang ternyata sudah kembali dari New York--dan sekarang berada di mansion-nya di sudut lain kota.
Satria mengirimkan bukti berupa pin lokasi hasil pelacakan ponsel Sam dengan metode khusus ala agensi Garuda, dan juga foto-foto dan video yang diretas dari sistem CCTV di mansion Sam.
Sam sampai di mansion-nya pukul satu siang. Ia mengurus beberapa hal di ruang kerjanya, melakukan banyak rapat dan pembicaraan melalui zoom dan telepon.
Menjelang petang, ia mandi lalu duduk di kamarnya, minum anggur hanya dengan berbalut handuk sambil mengetik sesuatu di ponselnya, yang ternyata aktif sepanjang hari.
Tak lama kemudian, sebuah mobil Bentley Flying Spur hitam mengkilat meluncur masuk ke garasi mansion Sam. Sesosok perempuan sangat cantik berambut pirang panjang keluar dan berjalan anggun memasuki mansion--langsung menuju kamar Sam di lantai dua tanpa bimbang.
Raya sangat mengenal perempuan itu, meski tak pernah bertemu langsung dengannya. Renatta Sunrise. Jodoh pilihan keluarga besar Bumi untuk suaminya, Sam.
Begitu Rena memasuki kamarnya, Sam tampak sumringah. Ia berdiri dan memeluk Rena, lalu mereka berciuman lama. Panas. Sam menarik Rena ke ranjang besarnya. Melepas semua pakaiannya. Menjelajah penuh sekujur tubuhnya yang seindah pualam.
Mereka bercinta seakan tak pernah melakukannya selama bertahun-tahun. Penuh gairah dan menggetarkan.
Dada Raya sangat sakit dan sesak saat melihatnya.
Kamu lebih memilih bercinta dengan perempuan itu meski kamu sudah berjanji akan datang di hari ulang tahun Rona? Kamu lebih memilih memuaskan nafsu birahimu daripada membahagiakan anak kandungmu sendiri?
Bangsat jahanam kamu Sam!
Malam sudah bergulir dini hari. Raya tak lagi membatu di beranda kamarnya. Ia sudah membulatkan tekadnya kali ini. Semua mimpi buruk ini harus berakhir. Ia harus menyelamatkan apa yang wajib diselamatkan.
Dan itu adalah Rona. Bukan pernikahannya yang sudah hancur sejak awal janji suci terucap, sudah mati membusuk oleh racun pengabaian dan pengkhianatan bertahun-tahun.
Rona tak boleh menderita karena kelakuan Sam yang biadab. Jika saja Raya tak ingat bahwa ia masih harus terus ada untuk Rona, mungkin saat ini ia sudah meluncur ke mansion Sam, dan membunuh pasangan jahanam itu dengan kedua tangannya sendiri.
Jika Raya tak punya siapa-siapa dalam hidup, ia akan melakukan apa saja untuk melampiaskan dendamnya. Dalam hal ini, Raya mewarisi sisi gelap dan darah hitam itu dari ayahnya, yang dihukum mati sepuluh tahun lalu karena telah menghabisi nyawa seorang laki-laki.
Raya bersyukur masih ada Rona dalam hidupnya. Matahari kecilnya. Gravitasi buminya. Pelangi indahnya. Setidaknya, Raya bisa melakukan sesuatu dengan benar sekarang, sedalam apapun luka batinnya, sehancur apapun hidupnya.
Ia masih punya cahaya dan asa.
Raya mengambil dua buah koper besar dan mulai mengemasi beberapa pakaian miliknya dan Rona, beberapa mainan kesukaan Rona, dan beberapa dokumen penting seperti akte kelahiran dan polis asuransi kesehatan Rona.
Raya duduk sejenak di sofa. Sibuk dengan ponselnya. Memulai dan menuntaskan beberapa hal terpenting dalam hidupnya saat ini.
Pertama, ia menghubungi nomor pengacara spesialisasi pernikahan yang sudah dipilihnya kemarin. Raya mengirim pesan permintaan agar pengacara itu mengurus perceraiannya dengan Sam sampai tuntas.
Kedua, Raya mengirim pesan kepada Dayana, ibu mertuanya. Ini kali pertama dan terakhir mereka berkomunikasi sejak Raya menikah dengan putranya yang berhati keji sepertinya.
Mulai hari ini, aku, Raya Purnama, memutuskan bercerai dengan Sambara Bumi.
Aku sudah menghubungi seorang pengacara dan ia akan mengatur segalanya sampai tuntas. Hak asuh Rona akan jatuh sepenuhnya padaku--lagipula kalian nggak pernah peduli padanya selama ini. Jadi jangan coba ganggu gugat soal ini di pengadilan nanti.
Aku akan meninggalkan mansion tanpa membawa apapun selain pakaianku dan mainan Rona. Aku nggak akan menuntut harta gono-gini apapun. Aku nggak butuh harta kalian.
Mulai sekarang aku dan Rona bukan lagi bagian dari keluarga Bumi. Kami akan menghilang dari kota ini. Jangan cari kami, atau kamu dan keluargamu akan merasakan penderitaan yang sama seperti tiga tahun lalu. Aku masih sanggup menghancurkan kalian jika aku mau. Tapi kamu boleh memegang janjiku. Aku nggak akan mengusik kalian selama kalian nggak mengusikku dan anakku.
Selamat tinggal.
Lima menit setelah pesan Whatsapp itu terkirim, Dayana membalas.
Oke.
Raya mengatupkan bibir. Wanita itu masih terjaga selarut ini. Dan tak ragu mengabulkan keinginan Raya.
Raya menghela napas. Menguatkan hati. Raya anggap itu adalah kunci emas kebebasan dan kebahagiaan Rona. Hadiah terbaik yang bisa diberikan Dayana untuk cucu kandungnya yang tak pernah ditemuinya sampai detik ini.
Ketiga, Raya mengecek dan memesan tiket pesawat dengan jadwal terpagi menuju kota kecil tempat ibunya tinggal. Raya langsung mendapat dua tiket kelas ekonomi dengan jadwal keberangkatan pukul tujuh pagi.
Keempat, Raya mengirim pesan Whatsapp untuk ibunya, mengabari bahwa Raya sudah memutuskan bercerai dan akan menginjakkan kaki bersama Rona di teras rumahnya beberapa jam lagi.
Maafin Raya ya, Ma...
Setelah mengakhiri pesan dengan kalimat yang membuat mata Raya berkaca-kaca lagi, Raya menekan opsi 'kirim'. Ibunya akan membaca pesan ini begitu ia bangun subuh nanti.
Semoga aku nggak melukai hatinya. Ini semua demi kebaikan dan kebahagiaan Rona.
Kelima, Raya mentransfer sejumlah uang sebagai bayaran atas jasa agensi Garuda, berikut tip pribadi untuk Satria. Raya juga menandatangani surat pemberitahuan bahwa ia sudah selesai menggunakan jasa agensi Garuda, lalu mengirimnya ke alamat email Satria dan website resmi Garuda.
Keenam, Raya mengorder taksi online menuju bandara. Tiga puluh menit kemudian, taksi online itu sudah berada di luar gerbang mansion.
Raya menggendong Rona yang masih tertidur nyenyak, dan sempat membangunkan Arum untuk membantunya membawakan dua koper ke depan gerbang.
"Nyonya Raya, Nyonya beneran mau...," mata Arum berkaca-kaca, terkejut dan tak menyangka Raya memutuskan bercerai dan pergi meninggalkan mansion saat itu juga.
"Ya," sahut Raya pelan, tak mau membangunkan Rona. "Aku berterima kasih kamu sudah tulus dan baik sama Rona selama ini. Aku minta maaf harus mengakhiri semuanya secara mendadak seperti ini. Aku udah transfer uang gajimu dan kompensasi pembatalan kontrak kerja mendadak ke agensi. Aku juga udah transfer bonus ke rekening pribadimu. Kuharap setelah ini kamu bisa mendapat tempat kerja yang lebih baik dan juga sukses. Dan kalau kita ketemu lagi di luar sana, kita tetap menyapa dan jadi teman baik ya... walau nantinya aku bukan nyonya kaya dan bukan lagi siapa-siapa..."
"Nyonya...," Arum menangis. Raya hampir meneteskan air mata lagi saat memeluknya.
Untuk pertama kalinya sejak Raya menikahi Sambara Bumi, gerbang mansion itu terbuka untuknya. Security mempersilakan Raya melangkah keluar tanpa ragu. Dayana pasti langsung menghubungi mereka setelah membalas pesan Raya tadi.
Mulai sekarang, Raya dan Rona bukan lagi tahanan di penjara mewah itu.
Raya memeluk erat Rona, bersiap menyongsong dunia luar, seiring terbit fajar dengan hembusan angin sedingin es.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
sean hayati
buat apa hidup di sangkar mas kalau gak bahagia
2024-09-28
0
Hera Puspita
kamu berhak bahagia raya
2024-07-23
0
Esther Lestari
kamu & Rona berhak bahagia Raya, daripada tinggal di mansion mewah tapi bagai burung dalam sangkar emas
2024-06-18
1