RONA DAN HARAPAN

Kenapa tidak ada yang bilang, rasanya sesakit ini?

Raya melolong dan mencengkeram pinggiran besi ranjang pesakitan kuat-kuat. Rasa sakitnya luar biasa. Seperti kram nyeri haid, tapi dikalikan seribu. Mungkin sejuta. Perutnya seperti ditikam pedang dan dilindas truk. Dan Raya tak bisa lari dari sensasi mengerikan itu yang dimulai sejak berjam-jam lalu.

"Ayo, Bun, sedikit lagi... kepalanya sudah terlihat..."

Napas Raya terputus. Air matanya mengalir deras. Keringat menguyupi pakaian birunya padahal hawa ruang bersalin sudah diatur sedemikian rupa hingga sedingin puncak gunung.

"Jangan nyerah, Bun... ayo, tarik napas dalam-dalam sekali lagi... dorong lagi... jangan biarkan adek kelamaan di dalam, ketuban Bunda sudah pecah dari tadi lho... ayo...!"

Kata-kata bidan itu menyentak kesadaran Raya.

Anakku harus lahir dengan selamat!

"Aaarrrggghhh!!!"

"Oeeee!"

Tangisan pertama itu pecah dengan nyaring di udara. Rasa sakit itu terbang entah ke mana. Hanya ada lega dan bahagia di hati Raya.

"Sayangku... sayangku..."

Raya menangis saat bidan meletakkan bayi perempuan yang sudah dibersihkan itu ke dadanya. Sangat cantik. Kulitnya pucat seperti sinar bulan. Rambut hitam tebal memahkotai kepala mungilnya. Bibir merahnya bergerak-gerak lucu saat secara naluri mulai mencari air susu di dada ibunya.

"Selamat ya, Bunda, bayinya cantik dan sehat," bidan itu tersenyum. "Mau diberi nama siapa?"

"Rona," sahut Raya lirih. "Rona Purnama."

Bidan itu terdiam sejenak.

"Maaf bukannya saya lancang... hanya ingin memastikan saja, soalnya ini akan langsung dibuatkan akte kelahiran... sungguhan nggak pakai nama belakang ayahnya, Bumi?"

Raya menghela napas panjang.

"Keputusan saya sudah final ya. Rona Purnama. Jangan tanya lagi."

"Baik... maaf ya, Bunda..."

Raya dan Rona dipindahkan ke kamar perawatan VIP. Kamar yang sangat luas, mewah, berfasilitas lengkap, lebih mirip hotel bintang lima daripada kamar rumah sakit.

Hanya ada Raya dan Rona di kamar itu, serta perawat dan dokter yang datang mengecek secara rutin. Raya tak bisa berhenti menggendong dan memeluk bayinya, yang hampir selalu tidur di balik kantong tidur lembutnya.

Bahkan setelah dua hari Raya melahirkan, ia tetap sendirian di kamar itu, hanya dengan Rona. Bayi manis yang hampir tak pernah rewel. Cantik. Sehat. Dan sudah pintar menyusu langsung dari Raya, yang ASI-nya langsung keluar lancar dua puluh empat jam setelah melahirkan.

Tak ada tanda-tanda siapa pun datang menjenguk. Apalagi mendampingi.

Terutama ayah kandung Rona, Sambara Bumi. Ia benar-benar seperti lenyap ditelan bumi sejak malam pertama pernikahannya dengan Raya, tiga bulan sebelum kelahiran Rona.

Raya menghela napas panjang. Ia sudah tak bisa menangis lagi. Hatinya sudah lelah untuk rasa marah dan terluka. Segalanya terasa kebas sekarang.

Sam sangat menepati kata-katanya untuk tidak menjalankan hidupnya bersama Raya.

Padahal selama ini Raya tahu persis di mana Sam berada, atau apa yang Sam lakukan.

Setelah menikah, Sam tidak lagi bersekolah di SMA Bintang Bumi, sama seperti Raya. Tetapi ia mengambil kelas international home schooling. Sam mulai terjun mengurus bisnis raksasa keluarganya, hampir selalu berada di sisi Dayana dalam setiap rapat penting perusahaan dan urusan lainnya sehari-hari. Selepas petang, ia akan pulang ke mansion lain yang letaknya jauh dari mansion yang dihuni Raya. Sesekali, ia akan berkunjung ke kediaman Renatta Sunrise, putri pemilik perusahaan raksasa Sunrise Enterprise, yang sudah dijodohkan dengan Sam sejak mereka dilahirkan tujuh belas tahun lalu.

Raya tahu semua ini karena ia sengaja menyewa detektif untuk menyelidiki dan memantau keseharian suaminya yang tak pernah pulang dan menengoknya.

Sejak menikah, Raya tinggal di mansion mewah milik Sam di tengah kota dengan pelayanan dan penjagaan lengkap, dan juga setiap bulan rutin mendapat transferan dana yang jumlahnya mencapai dua digit.

Tetapi itu semua tidak membuat Raya bahagia. Justru ia makin terluka dan menderita.

Untuk apa punya istana dan seisinya, uang melimpah, jika aku tak dicintai dan dihargai suamiku dan keluarganya? Bahkan mereka memenjarakanku di sini! Aku tak pernah boleh meninggalkan tempat ini!

Ya, Raya dilarang meninggalkan mansion sejak menikah dengan Sam. Ia dijaga ketat oleh security team bersenjata dua puluh empat jam. Tak ada jalan keluar.

Untungnya, mansion itu sangat luas dan berfasilitas lengkap, ada taman dan kebun pribadi, lapangan tenis, kolam renang, gym, spa, salon, bioskop mini, karaoke, bahkan bar pun tersedia. Raya tak kekurangan hiburan, dan ia tetap bisa bersosialisasi meski hanya dengan pelayan-pelayan dan penjaga-penjaga yang bekerja di sana. Mereka semua menghormatinya dan memperlakukannya dengan baik.

Namun, tetap saja, itu tidak bisa menutupi luka dan kekosongan hati Raya karena diabaikan sepenuhnya oleh suaminya. Bahkan suaminya itu kini lebih sibuk menjalin kasih dengan jodohnya daripada memerhatikan bayi mereka yang sudah lahir ke dunia...

Putrimu sudah lahir. Cantik. Sehat. Mirip kamu. Namanya Rona.

Raya hendak mengirim pesan Whatsapp ke Sam, dengan unggahan foto-foto Rona yang sangat memikat hati.

Kapan kamu ke sini? Dia anakmu. Dia butuh kamu, ayah kandungnya.

Rona menekan opsi 'kirim' dan pesan itu sampai kepada Sam.

Hingga Raya membawa Rona pulang ke mansion, tak ada tanda-tanda Sam muncul.

***

"Ma... apa aku cerai aja ya?"

Suatu hari, Raya tak tahan lagi. Ia mengambil ponsel dan menelepon ibunya, yang sekarang tinggal sangat jauh di kota kecil di pulau seberang.

"Pikirkan lagi baik-baik, Nak," nasihat ibunya begitu lirih dan lembut. "Kamu sudah berjuang keras sampai sekarang agar Rona punya ayah sah dan kehidupan yang baik. Kalau kamu cerai, apa kamu sudah siap dengan konsekuensinya? Gimana dengan Rona? Gimana kalau dia nanti mencari ayahnya?"

"Justru aku mikirin Rona, Ma," suara Raya bergetar, tapi air matanya sudah tak bisa mengalir lagi. "Gimana perasaan Rona kalau dia harus terus tumbuh terkurung di tempat ini? Dia punya ayah, tapi nggak sekalipun ayahnya datang dan ada buat dia! Ini sudah hampir tiga tahun, Ma! Mau sampai kapan Raya dan Rona hidup kayak gini? Mending cerai aja sekalian!"

"Sabar, Nak, kita nggak tahu ke depannya gimana... siapa tahu Sam akan berubah..."

"Nggak akan!" Raya tertawa getir. "Dia laki-laki paling brengsek yang pernah Raya kenal. Raya menyesal sudah melakukan semua itu... tapi nasi udah telanjur jadi bubur... Raya gak bisa mengubah apapun di masa lalu. Atau berharap apapun. Kalau mau ada yang berubah, ya Raya sendiri yang harus mengubahnya sekarang. Raya harus cerai dan keluar dari sini, sebelum semuanya jadi lebih buruk lagi buat Rona!"

Ibu Raya menghela napas panjang.

"Terserah kamu, Nak... Mama akan selalu mendukung dan menyayangimu, apapun keputusanmu... kalau kamu keluar dari sana, dan kamu belum tahu mau ke mana, pintu rumah Mama selalu terbuka untukmu dan Rona... sampai kapanpun, rumah Mama adalah rumah kalian..."

Raya menutup telepon sambil menghela napas panjang. Dalam hati, ia bersyukur ibunya mau mendukungnya, selalu ada untuknya, meski mereka terpisah jarak. Meski Raya selalu mengecewakannya, belum bisa sepenuhnya berbakti dan membahagiakan orangtuanya yang tinggal satu-satunya di dunia itu...

Maafin Raya, Ma..., Raya memandang langit-langit sejenak. Nanar.

Tiga tahun lalu, perbuatannya begitu menghancurkan hati ibunya, hingga ibunya jatuh sakit dan terpaksa pindah ke tempat yang jauh karena tidak tahan mendengar tudingan dan bisikan, mulai dari saudara, tetangga, teman, bahkan orang-orang asing yang berpapasan dengannya di jalan.

Meski sudah sehancur itu, ibunya tak pernah marah, tak pernah membencinya. Bahkan setia mendukung apapun keputusannya. Dan kini, bersedia menerimanya pulang meski kehadiran Raya dan Rona nanti mungkin hanya akan menambah beban hidup ibunya yang semakin renta.

Benar kata orang. Kasih ibu bagai matahari. Hangat dan tulus, abadi.

Raya pun membulatkan tekad. Ia mencari data dan kontak pengacara spesialisasi pernikahan yang ada di internet, menentukan satu nama yang dinilainya meyakinkan, dan bersiap menghubunginya.

Tiba-tiba sebuah panggilan video masuk ke ponselnya.

Sam.

Raya terpana.

Aku nggak mimpi, kan?

Dengan gemetar, Raya menekan opsi 'terima panggilan'.

"Mana Rona? Mana anakku?"

Wajah Sam yang tampan dan merah padam muncul di layar ponsel Raya, membuat Raya kaget dan sejenak membisu.

Sam menyeringai. Cegukan. Matanya tak fokus.

"Raya... kamu dengar aku? Haloo! Mana Rona?"

Dia mabuk, pikir Raya. Sampai detik ini, Raya masih rutin menerima laporan intelijen tentang suaminya itu dari detektif yang disewanya, meski belakangan Raya sudah ogah-ogahan membukanya. Namun ia tahu Sam saat ini sedang di New York untuk keperluan bisnis.

Sekarang sudah larut malam di sana. Entah bagaimana, Sam mabuk berat dan menghubunginya, minta bertemu secara maya  dengan Rona.

"Kamu mabuk, Sam!" bentak Raya. Ini pertama kalinya mereka bertatap muka dan bicara setelah malam pernikahan yang menyakitkan itu, meski tidak secara langsung. Perasaan Raya campur aduk. "Kenapa kamu tiba-tiba mencari Rona? Kamu sudah mengabaikannya selama ini--"

"Aku tahu. Aku bersalah pada kalian..."

Raya membeku. Dia bilang apa?

"Aku pengen pulang, pengen ketemu Rona... tapi aku nggak bisa..."

Mata Sam berkaca-kaca. Hati Raya bergetar hebat saat melihatnya.

"Kamu mabuk, Sam!" bentak Raya lagi. Ia tak mau percaya, tak mau hatinya kembali terluka.

"Justru karena aku mabuk, aku bisa sejujur ini...," air mata Sam menetes. "Kamu nggak tahu betapa sulitnya jadi aku selama ini..."

Sam, apa yang kamu katakan? Apa sebenarnya yang terjadi? 

Setelah tiga tahun kamu mencampakkanku dan Rona, kenapa kamu kembali muncul dengan cara seperti ini? Apa sebenarnya maumu?

Apakah kamu masih mencintaiku? Apa sebenarnya selama ini kamu menyayangi Rona?

Tapi... kenapa?

Pertanyaan demi pertanyaan membanjiri benak Raya. Membuatnya sesak. Dan setelah sekian lama, air matanya kembali mengalir.

"Aku mau ketemu Rona... biarkan aku melihat anakku sekali saja... please..."

Raya menggigil, padahal udara tidak dingin. Ponsel yang di tangannya ikut bergetar. Raya tahu ia tidak berhak melarang Sam menyapa Rona. Mereka adalah ayah dan anak kandung, seburuk apapun peristiwa yang terjadi, ikatan darah dan batin mereka tak akan terpisahkan.

Dengan lunglai, Rona beranjak dari sofa di sudut kamarnya. Ia berjalan, masih gemetar, menuju kamar Rona yang terletak persis di sebelah kamarnya.

Gadis kecil itu sedang asyik bermain dengan Arum, baby sitter yang sudah membantu Raya mengasuh Rona sejak Rona lahir.

Arum gadis muda dari desa yang polos, sederhana, namun sangat telaten dan penyayang. Mungkin karena sejak kecil ia sudah harus membantu kedua orangtuanya mengurus adiknya yang banyak, ia jadi sangat terampil dalam mengurus bayi dan anak kecil.

Raya sendiri yang memilih dan mempekerjakannya setelah melihat profilnya di salah satu agensi penyalur jasa baby sitter dan asisten rumah tangga. Raya bersyukur, pilihannya sangat tepat.

Rona sangat senang setiap bersama Arum.  Bahkan Raya bisa melihat Rona tertawa riang saat ia masuk ke kamar Rona yang berdekorasi unicorn dan dipenuhi mainan mahal. Ia dan Arum sedang asyik melukis dan mengecap tangan dengan kertas dan cat yang terbuat dari pewarna makanan alami.

"Eh, Rona... ada Bunda tuh," kata Arum sambil menunjukku.

"Bundaaa!" Rona melonjak ceria. Sekujur tubuhnya belepotan pewarna.

"Arum, bisa tolong keluar sebentar?" pinta Raya dengan suara gemetar.

Arum menatap Raya sejenak. "Baik, Nyonya..."

Setelah Arum pergi, Raya bersimpuh di sisi Rona dan berkata, "Sayang... ini ada Ayah mau bicara..."

Binar mata Rona melebar. "Ayah...?"

Selama ini, Rona sudah beberapa kali menanyakan sosok ayahnya. Ia belum begitu paham, namun kepolosan dan keingintahuannya selalu muncul setiap kali dibacakan dongeng atau menonton animasi yang ada cerita atau karakter orangtua dan anak.

"Ayah Lona mana...? Itu punya ayah... punya Lona mana...?" tanya Rona, cadel dan terbata.

"Ayah sedang bekerja di hutan, Nak. Mencari dan menjual buah ajaib untuk para kurcaci. Jadi belum bisa pulang dulu," jawab Raya lembut. Walau dalam hati ia merasa remuk.

"Ooh... ayah jual buah... buat caci... ya, ya...," Rona selalu mengangguk polos setiap mendengar kebohongan Raya yang manis.

Dan kini, untuk pertama kalinya, Sam dan Rona bertatap muka, meski hanya lewat layar ponsel.

"Ayaaah!"

Rona melonjak dan bersorak. Air mata Raya membanjir.

Sam juga menangis.

"Halo, Rona Sayang... iya ini Ayah... Rona sehat, Nak? Rona lagi apa?"

"Lagi maiiin... ini bikin buah... walnain buah... kayak Ayah jual buah buat caci, hihihi!" Rona cekikikan sambil melambaikan kertas hasil lukisan dan cap absurdnya ke kamera.

Sam sejenak tampak bingung. Jelas ia tidak mengerti apa maksud Rona. Namun ia kemudian tertawa.

"Anak Ayah pintar ya... gambarnya bagus!"

"Iyaa doong!" sahut Rona ceria. "Ayah... kapan pulang? Lona kangen..."

Jantung Raya serasa berhenti berdetak.

"Hmm.... kapan yaa?" Sam mengerutkan bibirnya sejenak. "Gimana kalau besok?"

"Besok?" Rona melongo. Raya pun terlonjak.

"Iya besok, pas ulang tahun Rona. Rona besok ulang tahun kan?"

Raya membeku. Dia ingat hari lahir Rona?

"Iya! Yaaay Ayah pulang besok! Yaaay!"

"Sam!" Raya menegurnya. "Apa kamu serius...?"

"Iya aku serius. Aku akan datang ke ulang tahun Rona besok. Dia anakku," Sam terdengar sangat tegas, meski pipinya semerah tomat. "Rona tunggu Ayah, ya... besok kita ketemu, dan tiup lilin sama-sama ya..."

"Iya! Yaaay!" Rona menepuk pipinya saking senangnya. "Lona sayang Ayaaah!"

Sam tersenyum lembut. "Ayah juga sayang Rona. Sampai ketemu, Nak."

Panggilan video itu berakhir. Sama mendadaknya seperti kemunculan notifikasinya di ponsel Raya.

Benarkah itu? Benarkah Sam akan datang besok?

Raya menyerahkan Rona kembali ke pengasuhan Arum, sementara ia berlari ke kamarnya, menangis sejadinya.

Kenapa? Kenapa di saat aku memutuskan akan pergi, kamu malah kembali?

Ke mana saja hati dan pikiranmu selama ini? Kenapa baru sekarang kamu ingin pulang, berkumpul kembali denganku dan Rona?

Jawab aku, Sam!

Raya tak tahu berapa lama ia tersedu, memukuli dada kirinya yang ngilu bagai ditikam sembilu.

Namun setelah luapan emosinya mereda, Raya menghentikan tangisnya dan menarik napas dalam-dalam. Ia duduk tegak kembali, menguatkan hati. Menata pikirannya menjadi jernih.

Jika Sam akan pulang besok, Raya harus mempersiapkan segalanya dengan baik. Besok adalah ulang tahun Rona yang ketiga. Sebelum ini, perayaan ulang tahun Rona selalu sederhana. Hanya tiup lilin berdua dan membuka beberapa hadiah mainan baru untuk Rona.

Besok, untuk pertama kalinya, mereka akan meniup lilin dan membuka hadiah bertiga.

Sam, Raya, Rona. Tepat di hari ulang tahun Rona yang ketiga.

Bukankah itu momen yang indah? Bukankah itu yang selama ini diimpikannya?

Membayangkannya, Raya merasa batinnya perlahan dipenuhi harapan.

Semua demi Rona. Jika Sam akan kembali untuk Rona... maka aku juga akan bertahan demi Rona. Barangkali, apa yang terkoyak di antara kami, perlahan dapat terajut kembali... tak ada salahnya memulai kembali dari awal, kan?

Senyum sendu, raut asa, perlahan terbit di wajah basah Raya.

Ia tak sabar menunggu esok tiba.

***

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

sebahagia itu Rona melihat & bicara dgn ayahnya utk pertama kali.

2024-06-18

2

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

kenapa ya ? jadi ibu itu membahagiakan sekaligus menyedihkan 😭

2024-06-03

2

Teteh Lia

Teteh Lia

sangkar emas yang merebut kebebasan raya.

2024-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 AYAH RONA
2 AWAL PERNIKAHAN
3 RONA DAN HARAPAN
4 AKHIR PERNIKAHAN
5 REUNI DI KEDAI KOPI
6 KOPI WAYANG
7 DOKTER SIENNA
8 CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9 SAMUDERA DEWA
10 PENYELAMAT HIDUP
11 KENANGAN MANTAN
12 AKHIR SEBUAH JANJI
13 CALON AYAH
14 ALAM SEMESTA
15 PERJANJIAN BARU
16 WORKSHOP KOPI
17 PENCARIAN
18 AGEN RAHASIA
19 HILANG
20 MIMPI BURUK
21 CODE BLUE
22 KENANGAN CINTA
23 KENANGAN LUKA
24 DI BAWAH HUJAN
25 KESEMPATAN KEDUA
26 NAIK RANJANG
27 JODOH
28 ABSURD
29 TAK TERDUGA
30 DEMI RONA
31 PERTEMUAN KEMBALI
32 KEINGINAN SAMBARA
33 HADIAH TERINDAH
34 PULANG
35 ANITA JENKINS
36 PENGKHIANAT
37 CERITA CINTA
38 KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39 KEJUTAN
40 REALITA
41 LAMARAN
42 PENYERANGAN
43 PELARIAN
44 MARKAS RAHASIA GARUDA
45 KELUARGA GARUDA
46 MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47 MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48 MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49 MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50 MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51 MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52 RUMAH
53 BULAN DI ATAS LAUTAN
54 SITUASI TERBURUK
55 TIGA PUTRI ALHAMBRA
56 RUJUK
57 JANJI DUA SEJOLI
58 RAYUAN SAMBARA
59 GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60 KRITIS
61 MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62 MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63 MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64 MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65 MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66 MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67 MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68 MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69 KEKUATAN DUA HATI
70 RAHASIA ALHAMBRA
71 ARUS DERAS
72 MISI TERAKHIR
73 PENGORBANAN
74 KETURUNAN GONZALES
75 PERANG DI ALHAMBRA
76 EVAKUASI
77 KEKALAHAN
78 TAK PERNAH PERGI
79 JANJI SANG PENCINTA
80 KATA-KATA CINTA
81 MASA KINI
82 WASIAT
83 IBU EMPAT ANAK
84 KEJUTAN MENYENANGKAN
85 JANJI SUCI
86 CERITA BONUS
87 Ungkapan Hati Penulis
Episodes

Updated 87 Episodes

1
AYAH RONA
2
AWAL PERNIKAHAN
3
RONA DAN HARAPAN
4
AKHIR PERNIKAHAN
5
REUNI DI KEDAI KOPI
6
KOPI WAYANG
7
DOKTER SIENNA
8
CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9
SAMUDERA DEWA
10
PENYELAMAT HIDUP
11
KENANGAN MANTAN
12
AKHIR SEBUAH JANJI
13
CALON AYAH
14
ALAM SEMESTA
15
PERJANJIAN BARU
16
WORKSHOP KOPI
17
PENCARIAN
18
AGEN RAHASIA
19
HILANG
20
MIMPI BURUK
21
CODE BLUE
22
KENANGAN CINTA
23
KENANGAN LUKA
24
DI BAWAH HUJAN
25
KESEMPATAN KEDUA
26
NAIK RANJANG
27
JODOH
28
ABSURD
29
TAK TERDUGA
30
DEMI RONA
31
PERTEMUAN KEMBALI
32
KEINGINAN SAMBARA
33
HADIAH TERINDAH
34
PULANG
35
ANITA JENKINS
36
PENGKHIANAT
37
CERITA CINTA
38
KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39
KEJUTAN
40
REALITA
41
LAMARAN
42
PENYERANGAN
43
PELARIAN
44
MARKAS RAHASIA GARUDA
45
KELUARGA GARUDA
46
MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47
MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48
MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49
MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50
MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51
MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52
RUMAH
53
BULAN DI ATAS LAUTAN
54
SITUASI TERBURUK
55
TIGA PUTRI ALHAMBRA
56
RUJUK
57
JANJI DUA SEJOLI
58
RAYUAN SAMBARA
59
GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60
KRITIS
61
MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62
MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63
MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64
MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65
MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66
MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67
MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68
MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69
KEKUATAN DUA HATI
70
RAHASIA ALHAMBRA
71
ARUS DERAS
72
MISI TERAKHIR
73
PENGORBANAN
74
KETURUNAN GONZALES
75
PERANG DI ALHAMBRA
76
EVAKUASI
77
KEKALAHAN
78
TAK PERNAH PERGI
79
JANJI SANG PENCINTA
80
KATA-KATA CINTA
81
MASA KINI
82
WASIAT
83
IBU EMPAT ANAK
84
KEJUTAN MENYENANGKAN
85
JANJI SUCI
86
CERITA BONUS
87
Ungkapan Hati Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!