CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH

"Yakin ini Eastpresso Loli? Saya pesannya Eastpresso Loli lho!"

Seorang gadis kurus berkacamata dan bertampang galak membelalak di depan kasir.

"Eh... maaf, kak, boleh saya cek dulu, ya?"

Endra, salah satu barista di "Kopi Wayang", meneteskan kopi dari cup minuman pelanggan itu menggunakan sedotan ke telapak tangannya, lalu mencicipinya.

"Mm... maaf, bukan, kak...," Endra meringis.

"Makanya itu!" si gadis tampak kian gusar. "Saya pesen menu yang simple--Arabika Flores Bajawa dan Arabika Bali Kintamani, kenapa yang datang Arabika Papua Wamena dan Arabika Bali Kintamani? Ini kan Eastpresso Amba!"

"Wiih, kakak hebat! Bisa tahu lho itu Arabika Papua Wamena!" Endra bersorak girang.

"Lho, kok malah senang kamu?" gadis itu merengut. "Saya lagi komplain ini... pesanan saya keliru! Tanggung jawabmu mana?!"

"Iya... maaf yaa, kak," Endra menangkupkan kedua tangannya di depan hidung, seperti rakyat jelata ber-sendika dawuh ke keluarga raja Majapahit. "Endra ganti pesanan kakak ya... gratis!"

"Jangan sampai enggak!" gerutu si gadis. "Mana barista cewek yang bikin ini? Dia anak baru, kan? Bisa kerja nggak sih? Masa handle orderan simple gini aja keliru?!"

"Ah. Iya, maaf... anaknya lagi lanceh-brik, nanti saya sampaikan pesan kakak ya..."

"Kalau nggak bisa kerja, ya jangan kerja!" ketus si gadis. "Lagian jam segini lunch break... lunch break apaan? Ini udah jam setengah tujuh malam!"

"Eh... maksudnya brikpes kak..."

"Dinner, maksudmu?!" si gadis melotot.

Endra meringis. "Iya... ituu! Dinner!"

Setelah berhasil membuatkan kopi baru sesuai pesanan si gadis, mumpung belum ada pelanggan yang memesan lagi ke konter bar, Endra melesat masuk ke ruangan dalam khusus karyawan kafe.

Tapi baru sampai ambang pintu, ia bertemu Riris, bahkan hampir menabraknya.

"Aduh!"

"Ngapain lo?" Riris mengerutkan alis. "Mau ke mana lo?"

"Eh... ke dalam bentar, Nyai," gumam Endra.

Semua karyawan Riris di kafe Kopi Wayang diwajibkan Riris untuk memanggilnya Nyai. Tak ada alasan khusus, selain supaya terkesan lebih menjiwai konsep tradisional yang diusung kafe eksentriknya.

"Kebelet pipis?" tanya Riris.

"Eh... enggak, Nyai."

"Kebelet boker?"

"Enggak, Nyai..."

"Ambil bahan yang habis di gudang? Emang udah ada yang habis di konter dan etalase?"

"Eh... belum sih..."

"Lah terus? Ngapain lo ninggalin konter bar kalau bukan buat semua itu?" Riris mendelik.

"Itu...," Endra meringis. "Ada pelanggan ketiga komplain sejak sore ini Nyai... semuanya di-hambel Mbakyu Raya..."

"Handle," koreksi Riris sebal. "Komplain kenapa?"

"Pesanannya keliru semua... ini kayak barusan, ada yang pesan Eastpresso Loli, dikasihnya Eastpresso Amba..."

Riris menghela napas panjang.

"Ya udah, biar gue yang urus. Lo tetap jaga konter. Awas jangan tinggalin konter kosong lagi, kecuali lo mau ke toilet, itu pun ngomong dulu ke gue! Intinya jangan sampai konter nggak ada yang jaga. Pantang! Ngerti lo?!"

Endra cemberut. "Iya, Nyai..."

Riris menggeleng dan masuk ke dalam.

Di sudut kecil yang disekat sebagai ruang istirahat karyawan, persis di sebelah pantry, Raya duduk di meja makan kecil sambil melamun. Seporsi mie goreng pangsit pedas yang dipesan Riris di katering langganannya sebagai menu untuk karyawan yang mengisi shift malam itu nyaris utuh di depannya. Tangan Raya memainkan sumpit tanpa selera.

"Ra!"

Raya tidak menoleh.

"RAYA!"

Raya tersentak dan mendongak.

"Eh... kamu udah dateng, Ris?"

Riris mendecak kesal, lalu duduk di seberang Raya.

"Gue udah dateng dari tadi! Udah nyapa lo juga pas lewat! Budek atau pikun lo?"

Raya mengerjap. "Masa? Kok aku nggak nyadar?"

Riris memutar bola mata.

"Lo kalau capek, nggak sanggup ambil dua shift, jangan ngoyo gini!" tegur Riris. "Mending pulang. Istirahat. Atau jagain Rona. Lo sering lembur akhir-akhir ini. Nggak diprotes lo sama anak lo?"

Raya terdiam.

"Kerjaan lo nggak beres tahu kalo lo maksain diri gini. Lo tahu nggak udah tiga customer komplain dari tadi sore gara-gara lo keliru bikinin pesenan mereka?"

Mata Raya melebar sejenak, kaget. "Aku... aku keliru lagi?"

"Makanya itu!" Riris menyandarkan punggungnya di kursi sambil melipat lengannya jengkel. "Kalo lo ngarepin dapat lemburan tapi caranya kayak gini, ya sorry, nggak bakal gue kasih. Yang ada lo gue kasih SP--Surat Peringatan!"

Raya menunduk. Matanya berkaca-kaca. "Maafin aku, Ris..."

Melihat sahabatnya hampir menangis, membuat hati Riris melunak.

"Hei...," Riris mencondongkan tubuhnya ke depan sambil memegang tangan Raya di atas meja. "Lo nggak apa-apa?"

Raya menghapus air matanya yang jatuh sambil menggeleng.

"Lo kenapa sih, Ra? Kalau ada masalah, cerita..."

Raya bungkam. Riris mendesah.

"Masalah Rona? Lo nggak perlu khawatir. Dia dirawat Sienna dan tim-nya sekarang. Gue jamin anak lo bakal sembuh. Asal lo tahu, cabang rumah sakit bokapnya Sienna di sini itu rumah sakit khusus anak terbaik ketiga di dunia. Dunia! Lo nggak perlu jauh-jauh ke luar negeri buat nyembuhin anak lo. Di sini udah ada fasilitas yang bagus banget. Masa lo nggak yakin sama rekomendasi gue sih?"

"Aku yakin kok, Ris...," gumam Raya pelan.

"Terus?"

Raya menarik napas dalam-dalam.

"Ya... aku nggak bisa aja nggak kepikiran Rona..."

Riris mengerutkan alis.

"Kalau gitu, kenapa akhir-akhir ini lo lebih sering ambil lembur ketimbang jagain anak lo?"

Raya menunduk. Terdiam lagi.

"Segitunya lo butuh duit?" Riris menatap tajam Raya. "Pengobatan Rona kan udah ditanggung asuransi! Tunggakan lo udah beres semua! Kenapa lagi sekarang?"

"Bukan itu...," kata Raya lirih. "Aku... aku nggak sanggup menghadapi Rona..."

Riris melongo. "Hah?!"

"Kamu benar... Sienna dan timnya merawat Rona dengan sangat baik di sana... dia juga senang punya teman-teman baru yang sama-sama dirawat di bangsal khusus itu... tapi... sejak melihat teman-temannya dijaga kedua orangtuanya, dia mulai bertanya... di mana ayahnya... kenapa ayahnya nggak datang buat jagain dia..."

"Jadi karena itu?" Riris menghela napas panjang. "Ya lo tinggal bilang aja ayahnya jualan buah kurcaci itu kan, atau lagi manicure kuku naga, atau apa kek... bilang udah mati sekalian juga nggak apa... mending gitu sih... bilang udah mati aja dari lama, jadi Rona gak bakal nanya lagi..."

Raya menggeleng sedih. "Nggak bisa..."

"Kenapa? Lo masih ngarep Sam beneran balik buat lo dan Rona?" Nada suara Riris meninggi satu oktaf.

"Bukan itu... tapi semua orangtua dan anak di bangsal itu tahu siapa ayah kandung Rona... mereka tahu setelah melihatku menjaga Rona di sana... dan anak-anak itu juga yang dengan polosnya bertanya kenapa ayahnya nggak pernah datang... ada orangtua salah satu anak juga yang bilang ke Rona siapa ayahnya... Rona tahu ayahnya adalah Sambara Bumi sekarang..."

Riris sangat kaget mendengarnya. Ekspresinya berubah geram.

"Minta ditabok atau dijejelin sambal apa mulut orang-orang itu! Kenapa bisa bilang kayak gitu ke Rona! Kenapa suka banget sih ikut campur urusan orang lain!"

Raya menghela napas panjang. "Resiko hidupku, Ris... mau gimana lagi... cuma aku nggak tahu harus gimana lagi bilang ke Rona... mau bohong lagi juga nggak bisa... mau jujur juga nggak mungkin..."

Riris terdiam sejenak.

"Kalau setengah jujur gimana?"

Raya mengerjap.

"Hah?"

"Ya lo bilang aja apa adanya, kalau lo dan Sam udah nggak sama-sama lagi. Cuma nggak perlu bilang alasan sebenarnya kalau lo cerai gara-gara Sam nggak peduli kalian sama sekali. Bilang aja, iya ayahnya Sam, dan Sam nggak bisa nengok dan nemuin dia karena sibuk kerja di luar kota sampai luar negeri... jualan buah kurcaci buat diekspor, apa kek... kasih pengertian aja pelan-pelan..."

Raya hampir menangis lagi.

"Jujur aku nggak tega lihat dia selalu nanyain dan ngarepin ayahnya... kalo aku bilang kayak gitu, apa dia mau ngerti...?"

"Ya mau gimana lagi? Lo juga udah nggak bisa bohong lagi soal Sam gara-gara mulut-mulut comberan itu!" gerutu Riris. "Gue bakal lapor ke Sienna masalah ini buat nertibin para orangtua yang besuk atau jagain anaknya biar nggak sembarangan lagi ngusik Rona, terutama soal ayahnya!"

Raya menghapus air matanya yang jatuh lagi.

"Maafin aku ya Ris... aku ngerepotin kamu terus..."

"Nggak lah, santai," Riris melambaikan tangannya. "Tapi lo benerin kinerja lo mulai sekarang ya! Gue susah payah bangun kafe ini supaya maju. Jangan sampai pelanggan gue kabur gara-gara lo keliru mulu racik kopi. Padahal kan itu resep lo!"

Raya mengangguk. "Sorry ya Ris..."

"It's okay," Riris melambaikan tangannya. "Mending lo pulang abis ini deh. Lo udah nggak sanggup kerja kayaknya. Istirahat aja di rumah. Besok nggak usah lembur lagi ya!"

"Kamu yakin nggak perlu dibantu? Ini malam minggu, Ris... bakalan rame banget... dan stafmu yang jaga cuma Endra..."

"Gue bisa handle berdua dia. Tenang aja."

"Kamu butuh karyawan lagi, Ris... apalagi dua barista selain Endra udah resign juga... nggak nyari lagi?"

"Udah. Belum dapet. Minta Koh Ahwie juga belum dapet," Riris mendengus kesal. "Orang-orang di luar banyak ngeluh nyari kerja susah. Giliran ada lowongan gini malah nggak ada yang apply!"

"Mungkin karena skill sebagai barista nggak banyak orang bisa kuasain, Ris...," Raya termenung sejenak. "Gimana kalau kamu bikin workshop aja?"

"Workshop?" Riris tertegun.

"Iya... kamu buka kelas pelatihan... pasti ada aja yang mau join, apalagi kalau gratis dan dengan iming-iming kalau lulus bisa langsung kerja di sini... jadi mereka pede karena akhirnya memenuhi kualifikasi, dan kamu dapat karyawan baru..."

Wajah Riris seketika berubah cerah.

"Bener juga lo! Kenapa gue nggak kepikiran, ya? Tumben ih lo cerdas gini! Jadi makin sayang gue sama lo!"

Raya tertawa pelan.

"Tapi itu berarti lo juga kudu siap jadi guru workshop-nya ya... karena nanti yang mereka racik kan resep lo juga!"

"Nggak masalah," Raya mengangguk.

"Oke... problem solved!" Riris mengambil ponsel di sakunya dan mengetik sesuatu dengan cepat. "Sekarang tinggal pasang pengumuman aja soal workshop ini di sosmed... gue bikin desain posternya dulu deh... eh..."

Ponsel Riris tiba-tiba bergetar.

"Halo!"Riris mengangkat telepon itu, wajahnya cerah sekaligus memerah. "Lo jadi dateng kan malam ini? What? Udah di depan? Aaa... finally! Wait, gue ke sana!"

Raya tidak tahu siapa yang bicara dengan Riris di telepon itu. Ia seperti biasa juga tidak ingin ikut campur atau mencari tahu, meski ia sedikit penasaran siapa orang yang bisa membuat Riris merona dan sebahagia itu.

Pacarnya?

"Lo abisin makan lo. Terus lo boleh pulang. Hati-hati pulangnya ya!" kata Riris sambil tersenyum lebar. "Gue mau sambut secret guest star yang bakal manggung di sini malam ini. Excuse me!"

Setiap Sabtu malam, Riris memang selalu mengundang penyanyi atau band baik lokal maupun nasional yang dirahasiakan identitasnya untuk manggung di Kopi Wayang. Strategi ini cukup jitu untuk menarik customer menjejali kafenya di malam minggu. Kalau beruntung, mereka bisa bertemu penyanyi idola mereka secara gratis yang jadi secret guest star malam itu.

Tak ada yang tahu siapa secret guest star yang menyanyi di Kopi Wayang setiap malam minggu--pastinya selalu penyanyi yang berbeda. Hanya Riris yang tahu, karena dia yang mengundang dan mengatur mereka datang.

Raya menuruti Riris untuk menghabiskan makanannya. Ia juga mulai memikirkan rangkaian kalimat yang tepat untuk disampaikan kepada Rona saat menjenguknya di rumah sakit besok pagi.

Rasanya pedih ketika membayangkan ia harus mengatakan setengah kebenarannya pada Rona. Tapi Riris benar. Ia tak punya pilihan sekarang.

Cepat atau lambat, Rona pasti tahu juga. Dan lebih baik Rona tahu dari mulutnya, daripada dari mulut orang lain yang berpotensi lebih menyakiti hati Rona...

Walau berat, aku harus bisa bertahan...

Terdengar denting gitar di kafe depan dan suara riuh orang bersorak.

Pesta malam minggu akan segera dimulai.

Melodi yang tak asing mengalun. Suara yang lembut, merdu, menggetarkan hati itu terdengar jelas sampai telinga Raya.

Nyanyian yang tak asing, dan pernah menerbitkan rasa cinta di hati Raya.

"Cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan..."

Raya tersentak. Ia sangat familiar dengan suara itu.

Tanpa sadar ia sudah berdiri dan menghambur ke depan.

Sam!

...***...

Terpopuler

Comments

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

🍃🦂 Nurliana 🦂🍃

Banyak resep pecinta kopi 😁

2024-06-18

1

Esther Lestari

Esther Lestari

jadi belajar nama2 kopi nih.

2024-06-18

2

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

Jangan lupa undang aku jadi secret guest nya 🙃🙃🙃

2024-06-06

0

lihat semua
Episodes
1 AYAH RONA
2 AWAL PERNIKAHAN
3 RONA DAN HARAPAN
4 AKHIR PERNIKAHAN
5 REUNI DI KEDAI KOPI
6 KOPI WAYANG
7 DOKTER SIENNA
8 CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9 SAMUDERA DEWA
10 PENYELAMAT HIDUP
11 KENANGAN MANTAN
12 AKHIR SEBUAH JANJI
13 CALON AYAH
14 ALAM SEMESTA
15 PERJANJIAN BARU
16 WORKSHOP KOPI
17 PENCARIAN
18 AGEN RAHASIA
19 HILANG
20 MIMPI BURUK
21 CODE BLUE
22 KENANGAN CINTA
23 KENANGAN LUKA
24 DI BAWAH HUJAN
25 KESEMPATAN KEDUA
26 NAIK RANJANG
27 JODOH
28 ABSURD
29 TAK TERDUGA
30 DEMI RONA
31 PERTEMUAN KEMBALI
32 KEINGINAN SAMBARA
33 HADIAH TERINDAH
34 PULANG
35 ANITA JENKINS
36 PENGKHIANAT
37 CERITA CINTA
38 KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39 KEJUTAN
40 REALITA
41 LAMARAN
42 PENYERANGAN
43 PELARIAN
44 MARKAS RAHASIA GARUDA
45 KELUARGA GARUDA
46 MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47 MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48 MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49 MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50 MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51 MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52 RUMAH
53 BULAN DI ATAS LAUTAN
54 SITUASI TERBURUK
55 TIGA PUTRI ALHAMBRA
56 RUJUK
57 JANJI DUA SEJOLI
58 RAYUAN SAMBARA
59 GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60 KRITIS
61 MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62 MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63 MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64 MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65 MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66 MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67 MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68 MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69 KEKUATAN DUA HATI
70 RAHASIA ALHAMBRA
71 ARUS DERAS
72 MISI TERAKHIR
73 PENGORBANAN
74 KETURUNAN GONZALES
75 PERANG DI ALHAMBRA
76 EVAKUASI
77 KEKALAHAN
78 TAK PERNAH PERGI
79 JANJI SANG PENCINTA
80 KATA-KATA CINTA
81 MASA KINI
82 WASIAT
83 IBU EMPAT ANAK
84 KEJUTAN MENYENANGKAN
85 JANJI SUCI
86 CERITA BONUS
87 Ungkapan Hati Penulis
Episodes

Updated 87 Episodes

1
AYAH RONA
2
AWAL PERNIKAHAN
3
RONA DAN HARAPAN
4
AKHIR PERNIKAHAN
5
REUNI DI KEDAI KOPI
6
KOPI WAYANG
7
DOKTER SIENNA
8
CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9
SAMUDERA DEWA
10
PENYELAMAT HIDUP
11
KENANGAN MANTAN
12
AKHIR SEBUAH JANJI
13
CALON AYAH
14
ALAM SEMESTA
15
PERJANJIAN BARU
16
WORKSHOP KOPI
17
PENCARIAN
18
AGEN RAHASIA
19
HILANG
20
MIMPI BURUK
21
CODE BLUE
22
KENANGAN CINTA
23
KENANGAN LUKA
24
DI BAWAH HUJAN
25
KESEMPATAN KEDUA
26
NAIK RANJANG
27
JODOH
28
ABSURD
29
TAK TERDUGA
30
DEMI RONA
31
PERTEMUAN KEMBALI
32
KEINGINAN SAMBARA
33
HADIAH TERINDAH
34
PULANG
35
ANITA JENKINS
36
PENGKHIANAT
37
CERITA CINTA
38
KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39
KEJUTAN
40
REALITA
41
LAMARAN
42
PENYERANGAN
43
PELARIAN
44
MARKAS RAHASIA GARUDA
45
KELUARGA GARUDA
46
MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47
MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48
MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49
MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50
MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51
MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52
RUMAH
53
BULAN DI ATAS LAUTAN
54
SITUASI TERBURUK
55
TIGA PUTRI ALHAMBRA
56
RUJUK
57
JANJI DUA SEJOLI
58
RAYUAN SAMBARA
59
GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60
KRITIS
61
MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62
MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63
MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64
MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65
MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66
MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67
MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68
MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69
KEKUATAN DUA HATI
70
RAHASIA ALHAMBRA
71
ARUS DERAS
72
MISI TERAKHIR
73
PENGORBANAN
74
KETURUNAN GONZALES
75
PERANG DI ALHAMBRA
76
EVAKUASI
77
KEKALAHAN
78
TAK PERNAH PERGI
79
JANJI SANG PENCINTA
80
KATA-KATA CINTA
81
MASA KINI
82
WASIAT
83
IBU EMPAT ANAK
84
KEJUTAN MENYENANGKAN
85
JANJI SUCI
86
CERITA BONUS
87
Ungkapan Hati Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!