WORKSHOP KOPI

"Udah siap jual diri hari ini?"

Raya yang sibuk menyisir dan menguncir rambutnya agar rapi dan tak mengganggu saat ia bekerja meracik kopi, tak tahan untuk tidak memutar bola matanya.

"Ya," sahut Raya, pasrah mengikuti permainan kata Riris. "Tapi bayaranku double ya... aku jual diri dengan extra service hari ini."

Riris tertawa.

"Good. Plus-plus itu selalu bikin enak banyak pihak," timpal Riris riang. "Calon penjual diri bakal datang satu jam lagi. Jadi lo bantu handle customer dulu ya."

Raya mengangguk.

"Selamat datang di Kopi Wayang, kakak! Mau pesan apa?"

Endra tampak bersemangat tapi juga kewalahan saat melayani sejumlah customer yang mengular di depan konter bar.

"Tiga Ice Eastpresso Loli, yang dua double-shot, normal sugar... yang satu less sugar... cropat yang filling cokelat satu, egg custard satu, matcha satu..."

"Ice Eastpresso Amba Kelapa satu, ya... pakai gula aren, dong..."

"Hot Kopi Luwak Murni satu ya... Hot Cappuccino juga satu..."

Raya dengan sigap membantu dan meracikkan semua pesanan itu sesuai urutan nota yang dicetak terlebih dulu.

"Terima kasih ya, Raya..."

"Trims. Nyanyianmu keren kemarin."

"Terima kasih, kamu ternyata sudah menyelamatkan nyawa Samudera di masa lalu..."

Customer-customer itu menerima pesanan mereka langsung dari tangan Raya, sambil mengucapkan terima kasih dengan tulus, bahkan memuji nyanyian dan perbuatannya yang menyelamatkan Samudera bertahun lalu.

Raya tak jemu tersenyum dan membalas sopan, "Kembali kasih..."

Sejak Samudera mengajaknya menyanyi dan menceritakan pertemuan mereka di masa lalu, pandangan orang-orang pada Raya mulai berubah. Mereka berterima kasih dan tak segan memuji apa yang sudah dilakukannya dulu.

Raya bahkan berani membuka topengnya sekarang. Memperlihatkan wajahnya di hadapan semua orang. Meski tentu masih ada saja yang memandangnya sinis dan sebelah mata. Namun Raya tak begitu memedulikannya sekarang.

Ia tahu tak bisa mengubah masa lalu. Ia tak bisa menyenangkan semua orang. Tapi ia tak punya waktu dan energi untuk mengurus hal-hal tak penting.

Hidup Raya sekarang hanya untuk memenuhi janjinya dengan Samudera. Tak akan lari lagi. Menyelamatkan hidup dan hati Rona apapun yang terjadi.

"Kak Riris ada?"

Endra dan Raya mendongak. Seorang gadis kurus berkacamata dengan tampang galak dan rambut tipis sebahu menatap tajam keduanya.

"Eh... Kakak yang tempo hari protes pesanannya tertukar, kan? Yang separt banget bisa nebak itu Eastpresso Amba, bukan Loli?" seru Endra cerah.

"Separt...?" gadis itu memandang Endra bingung.

"Iya itu... Bahasa Inggrisnya pintar..."

"Smart!" tukas gadis itu dan Raya serentak.

"Kamu kalau nggak bisa Bahasa Inggris, nggak usah sok pakai Bahasa Inggris," ketus gadis itu. "Terus kamu! Barista macam apa yang keliru kasih pesanan kopi ke pelanggan? Bisa kerja nggak sih?"

Gadis itu menuding Raya, membuatnya tertegun.

"Eh... yah... maaf..."

"Lo jangan galak gitu sama guru lo, Mirah."

Riris muncul dari dalam ruang karyawan, melenggang tenang ke balik konter bar sambil tersenyum menatap si gadis kurus yang seketika tampak gusar.

"Barista payah ini? Dia guru workshop hari ini? Yang bener aja kamu Ris!"

"Nyai kenal dia?" Endra bertanya, kepo. "Eh, dia nyariin Nyai juga sih..."

"Ya, dia Mirah Pradnya, adik sepupu gue," jawab Riris kalem. "Dia salah satu peserta workshop hari ini."

"Eeh?" Endra melongo. "Adik sepupu Nyai bakal kerja di sini juga?"

"Harus," Riris menyeringai. "Hutangnya banyak ke gue. Ya harus dia bayar dengan cara kerja di sini."

Mirah melotot.

"Itu gara-gara kamu jebak aku, Ris!"

Riris tertawa.

"Yang penting gue dapat apa yang gue mau."

Mirah mendengus.

"Kalau kayak gitu, kamu mirip ayah dan kakak kembarmu..."

Riris meninju meja konter bar, membuat semua orang di kafe itu terlonjak dan memandangnya.

"Jangan bahas itu sembarangan! Atau gue potong lidah lo! Gue serius!"

Raya tak paham apa yang terjadi. Ia tak pernah ingin tahu urusan orang lain. Tapi percakapan barusan sungguh-sungguh mengguncangnya, dan mau tak mau menimbulkan tanya di hatinya.

Ayah Riris masih hidup...? Dia punya kakak kembar...?

Selama ini, Raya hanya tahu Riris adalah putri kedua Siwi Sawitri, penulis dan sutradara terkenal. Ia tahu karena Riris sendiri yang bilang. Riris juga cerita ayahnya dan kakaknya sudah lama meninggal karena kecelakaan, sejak ia masih bayi.

Riris hanya sekali itu menceritakan keluarganya. Setelah itu ia tidak membahasnya lagi. Raya juga tak pernah bertanya atau mengungkitnya.

Namun siang ini, tiba-tiba fakta baru seputar keluarga Riris terungkap, tak terduga sama sekali. Mirah memiliki sifat ceplas-ceplos seperti Riris, namun jelas ia sudah melewati batas.

Raya belum pernah melihat Riris semarah itu hingga menggebrak meja. Wajah dan matanya merah. Ada hawa panas menguar di sekitar tubuhnya, auranya begitu menakutkan, membuat Endra mundur dan menciut di pojokan, dan pengunjung kafe mengalihkan pandang, enggan berurusan.

Raya bertahan di tempat, meski darahnya berdesir tak nyaman. Mirah menunduk, wajahnya pucat dan ia mundur perlahan.

"Aduh!"

Mirah menabrak seseorang, membuatnya nyaris terjengkang.

"Hei... kamu nggak apa-apa?"

Seorang lelaki tinggi dan tampan menangkap Mirah sebelum jatuh ke lantai. Rambut ikalnya gondrong sebahu. Raut wajah dan tatapannya lembut.

"Ma-maaf," Mirah menegakkan punggungnya, panik dan menyesal.

"Lain kali hati-hati," kata lelaki itu lembut. Ia lalu maju ke konter bar tanpa ragu. "Kak Riris, ya?"

Riris menarik napas dalam beberapa kali, sebelum akhirnya berhasil menenangkan diri dan tersenyum kembali.

"Ya. Kamu Arjuna Wicaksana, kan?"

"Panggil Juna saja," timpalnya tenang. "Workshop-nya dimulai pukul dua, kan?"

Riris mengangguk. "Tunggu sebentar lagi, ya. Masih ada satu peserta lagi yang belum datang. Duduk aja dulu di situ. Nanti gue panggil."

Juna mengangguk. Ia sempat menatap Raya, tersenyum hangat, lalu beringsut ke meja lesehan di sudut yang ditunjuk Riris.

"Pesertanya berapa orang, Ris?" tanya Raya dengan nada datar, berpura-pura seakan tak ada peristiwa tak mengenakkan terjadi.

"Tiga orang," sahut Riris sambil mengecek ponselnya, lalu menelepon seseorang. "Hmm... kok nggak diangkat? Serius gak sih nih orang ikutan workshop hari ini?"

Lima menit kemudian, Riris mengambil keputusan.

"Ya udah lah. Kita mulai aja workshop-nya sekarang. Udah jam dua lewat lima menit ini juga. Lo siap, Ra?"

Raya mengangguk.

"Juna, Mirah, yuk!"

Riris mengajak Juna dan Mirah memasuki ruang makan karyawan di dalam kafe yang sudah disulap jadi ruang workshop mini--dengan proyektor, laptop, beberapa toples biji kopi, beberapa sample bubuk kopi, dan coffee drip pot ditata rapi di atas meja.

"Nanti praktek roasting, grinding, brewing, pake mesin di depan aja--sekalian handle satu dua customer juga gak apa, biar bisa nunjukin contoh langsung ke para peserta," tukas Riris kepada Raya. "Gue ke depan dulu. Bantuin Endra."

Raya mengangguk.

"Silakan duduk, kawan-kawan. Perkenalkan, saya Raya, barista Kopi Wayang, sekaligus yang akan menjadi mentor kawan-kawan dalam workshop kopi hari ini," kata Raya sopan. "Juna dan Mirah, ya? Boleh saya panggil nama singkat saja supaya akrab?"

"Tentu, Raya," jawab Juna ramah.

Mirah mengangguk. Ekspresinya dingin.

"Sebelum mulai, saya boleh tahu dulu ya... apa alasan kalian ikut workshop hari ini dan kenapa kalian minat bergabung sebagai barista di Kopi Wayang?" tanya Raya.

"Memang itu penting?" celetuk Mirah sinis.

Raya mengangguk. "Buat saya penting."

"Kenapa?"

"Karena itu akan mempengaruhi rasa kopi yang kalian buat."

Mirah tertegun. Juna tampak paham dan tersenyum.

"Saya pencinta kopi. Jujur saya sudah belajar beberapa hal mendasar tentang kopi secara otodidak," aku Juna. "Namun saya ingin belajar lebih dalam lagi dengan ahlinya. Saya senang saat tahu Kopi Wayang membuka workshop secara gratis dan memberi kesempatan menjadi barista di sini.

"Jujur, signature coffee di sini sangat khas, tidak bisa ditemukan di tempat lain... jadi saya pikir ini kesempatan emas bagi saya untuk tahu rahasia di balik pembuatan racikan kopi unik dan lezat itu, dan suatu kehormatan bagi saya bisa berkesempatan menjadi salah satu peraciknya di sini suatu hari nanti."

Raya mengangguk, tersenyum hangat.

"Alasan yang bagus. Saya percaya rasa kopi yang kamu buat akan menakjubkan. Nah... kalau kamu, Mirah?"

"Aku suka kopi," sahut Mirah. "Lidahku juga punya pengecapan rasa sempurna, kamu tahu. Sekali aku merasakan satu hal, aku akan tahu dan ingat rasa itu selamanya. Dan bagiku, rasa paling menakjubkan yang pernah dikecap lidahku adalah signature coffee di kafe kakak sepupuku ini. Dia gila, tapi entah bagaimana bisa menyajikan kopi terenak di kota ini... dan karena dia sudah menjebakku untuk ikut workshop dan kerja di sini, ya apa boleh buat..."

"Jadi kamu menyesal ikut workshop ini?" tanya Raya pelan.

Mirah tampak ragu sejenak.

"Aku suka kopi... tapi aku nggak suka diperintah dan dibentak Riris."

Raya tak bisa menahan tawa. Meski galak dan lugas, Mirah ternyata memiliki sifat penakut dan kekanakan. Ia jelas gentar digertak Riris seperti tadi. Sementara Raya tahu betul, Riris tak pernah takut apapun--ada bom meledak di depan hidungnya sekalipun mungkin ia cuma akan mengumpat.

"Kamu masih bisa membuat kopi yang enak--apalagi indera perasamu sempurna," Raya mengangguk dan tersenyum. "Kalau kopi buatanmu oke dan nggak ada pelanggan komplain, Riris nggak akan membentakmu. Dia nggak pernah membentak, sebetulnya. Asal jangan kelewatan mengulik urusan pribadinya, atau melakukan sesuatu yang dia benci di depan matanya."

Wajah Mirah memerah. Ia menunduk dan diam saja.

"Kita belajar dari dasar dulu ya mengenai biji kopi dan jenis-jenisnya..."

Ketika Raya menampilkan slide materi biji kopi yang sudah disiapkannya semalam, tiba-tiba Riris masuk dan membuyarkan konsentrasinya.

"Ra, yang telat akhirnya datang, nih!"

Raya menoleh. Di belakang Riris, seorang gadis bertubuh mungil, berparas manis, dengan kulit sawo matang dan rambut panjang yang dicepol di puncak kepala, menatap Raya dengan sorot mata campuran antara rindu dan malu-malu.

Raya menekap mulutnya, tak percaya dan hampir menangis rasanya.

"Arum?!"

...***...

Catatan Istilah:

Ice Eastpresso Loli: minuman es kopi terbuat dari campuran biji kopi Arabika Flores Bajawa dan Arabika Bali Kintamani.

Ice Eastpresso Amba: minuman es kopi terbuat dari campuran biji kopi Arabika Papua Wamena dan Arabika Bali Kintamani.

Double-shot: takaran bubuk kopi sebanyak 14-18 miligram dalam satu sajian minuman.

Less sugar: takaran gula lebih sedikit, sekitar 75% dari takaran gula normal.

Normal sugar: takaran gula normal.

Cropat: singkatan Croissant Ketupat--pastry renyah berlapis yang memiliki bentuk unik dan motif seperti jalinan kulit ketupat.

Filling: isian.

Egg custard: krim yang terbuat dari telur.

Matcha: teh hijau.

Cappuccino: minuman kopi susu khas Italia dengan komposisi espresso, susu steam, dan foam susu yang merata.

Workshop: pelatihan atau seminar kerja.

Coffee drip pot: teko khusus penyaring kopi.

Roasting: istilah untuk memanggang biji kopi.

Grinding: istilah untuk menggiling biji kopi jadi bubuk.

Brewing: istilah untuk menyeduh kopi.

Signature Coffee: menu kopi yang unik dan spesial, yang menjadi ciri khas atau hanya bisa ditemukan di tempat tertentu.

***

Terpopuler

Comments

Teteh Lia

Teteh Lia

jutek amat ya...

2024-05-23

0

Teteh Lia

Teteh Lia

yang sinis, cuekin aja..

2024-05-23

0

👑Кιкαη Αqυєєη👑

👑Кιкαη Αqυєєη👑

siapa arum?

2024-05-17

0

lihat semua
Episodes
1 AYAH RONA
2 AWAL PERNIKAHAN
3 RONA DAN HARAPAN
4 AKHIR PERNIKAHAN
5 REUNI DI KEDAI KOPI
6 KOPI WAYANG
7 DOKTER SIENNA
8 CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9 SAMUDERA DEWA
10 PENYELAMAT HIDUP
11 KENANGAN MANTAN
12 AKHIR SEBUAH JANJI
13 CALON AYAH
14 ALAM SEMESTA
15 PERJANJIAN BARU
16 WORKSHOP KOPI
17 PENCARIAN
18 AGEN RAHASIA
19 HILANG
20 MIMPI BURUK
21 CODE BLUE
22 KENANGAN CINTA
23 KENANGAN LUKA
24 DI BAWAH HUJAN
25 KESEMPATAN KEDUA
26 NAIK RANJANG
27 JODOH
28 ABSURD
29 TAK TERDUGA
30 DEMI RONA
31 PERTEMUAN KEMBALI
32 KEINGINAN SAMBARA
33 HADIAH TERINDAH
34 PULANG
35 ANITA JENKINS
36 PENGKHIANAT
37 CERITA CINTA
38 KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39 KEJUTAN
40 REALITA
41 LAMARAN
42 PENYERANGAN
43 PELARIAN
44 MARKAS RAHASIA GARUDA
45 KELUARGA GARUDA
46 MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47 MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48 MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49 MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50 MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51 MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52 RUMAH
53 BULAN DI ATAS LAUTAN
54 SITUASI TERBURUK
55 TIGA PUTRI ALHAMBRA
56 RUJUK
57 JANJI DUA SEJOLI
58 RAYUAN SAMBARA
59 GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60 KRITIS
61 MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62 MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63 MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64 MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65 MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66 MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67 MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68 MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69 KEKUATAN DUA HATI
70 RAHASIA ALHAMBRA
71 ARUS DERAS
72 MISI TERAKHIR
73 PENGORBANAN
74 KETURUNAN GONZALES
75 PERANG DI ALHAMBRA
76 EVAKUASI
77 KEKALAHAN
78 TAK PERNAH PERGI
79 JANJI SANG PENCINTA
80 KATA-KATA CINTA
81 MASA KINI
82 WASIAT
83 IBU EMPAT ANAK
84 KEJUTAN MENYENANGKAN
85 JANJI SUCI
86 CERITA BONUS
87 Ungkapan Hati Penulis
Episodes

Updated 87 Episodes

1
AYAH RONA
2
AWAL PERNIKAHAN
3
RONA DAN HARAPAN
4
AKHIR PERNIKAHAN
5
REUNI DI KEDAI KOPI
6
KOPI WAYANG
7
DOKTER SIENNA
8
CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9
SAMUDERA DEWA
10
PENYELAMAT HIDUP
11
KENANGAN MANTAN
12
AKHIR SEBUAH JANJI
13
CALON AYAH
14
ALAM SEMESTA
15
PERJANJIAN BARU
16
WORKSHOP KOPI
17
PENCARIAN
18
AGEN RAHASIA
19
HILANG
20
MIMPI BURUK
21
CODE BLUE
22
KENANGAN CINTA
23
KENANGAN LUKA
24
DI BAWAH HUJAN
25
KESEMPATAN KEDUA
26
NAIK RANJANG
27
JODOH
28
ABSURD
29
TAK TERDUGA
30
DEMI RONA
31
PERTEMUAN KEMBALI
32
KEINGINAN SAMBARA
33
HADIAH TERINDAH
34
PULANG
35
ANITA JENKINS
36
PENGKHIANAT
37
CERITA CINTA
38
KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39
KEJUTAN
40
REALITA
41
LAMARAN
42
PENYERANGAN
43
PELARIAN
44
MARKAS RAHASIA GARUDA
45
KELUARGA GARUDA
46
MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47
MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48
MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49
MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50
MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51
MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52
RUMAH
53
BULAN DI ATAS LAUTAN
54
SITUASI TERBURUK
55
TIGA PUTRI ALHAMBRA
56
RUJUK
57
JANJI DUA SEJOLI
58
RAYUAN SAMBARA
59
GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60
KRITIS
61
MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62
MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63
MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64
MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65
MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66
MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67
MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68
MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69
KEKUATAN DUA HATI
70
RAHASIA ALHAMBRA
71
ARUS DERAS
72
MISI TERAKHIR
73
PENGORBANAN
74
KETURUNAN GONZALES
75
PERANG DI ALHAMBRA
76
EVAKUASI
77
KEKALAHAN
78
TAK PERNAH PERGI
79
JANJI SANG PENCINTA
80
KATA-KATA CINTA
81
MASA KINI
82
WASIAT
83
IBU EMPAT ANAK
84
KEJUTAN MENYENANGKAN
85
JANJI SUCI
86
CERITA BONUS
87
Ungkapan Hati Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!