AGEN RAHASIA

"Kamu bisa menolongku?"

Samudera sudah duduk kembali di balik kemudi mobil jeep hitamnya. Ia memangku sebuah laptop, dan sebuah alat kotak hitam aneh seperti walkie-talkie tergeletak di kursi penumpang sebelahnya. Sebuah lampu merah berkedip pelan di alat itu.

"Kamu butuh apa?"

Suara dingin itu menjawab dan menggema di telinga Samudera, melalui airpods yang dikenakannya.

"Akses penuh ke Satelit Garuda, sekarang. Aku harus melacak dan mengejar seseorang."

"Kamu mau apa?" tegur suara itu marah. "Kamu sedang tidak mengerjakan misi apapun sekarang. Kamu masih dalam masa hukuman karena kesalahan terakhir yang kamu buat. Kamu tidak boleh menggunakan fasilitas perusahaan dan mengerjakan apapun tanpa izin Kepala Garuda!"

"Tapi aku harus melakukan ini, Raka. Aku baru saja mendapatkan petunjuk bahkan penghubung penting untuk menemukan Arga Wilis--tersangka perampokan dan pembakaran Apartemen Penthouse Dewanagari dua tahun silam," sahut Samudera sambil mengetik serangkaian kode program dengan cepat di laptopnya.

"Apa?!" Raka Garuda terdengar kaget. "Lelaki itu sudah buron dan menghilang dua tahun ini. Dia sangat sulit dilacak dan ditangkap. Bagaimana kamu bisa tiba-tiba menemukannya?"

"Aku mendengarnya menghubungi Agselle Adams, mantan istrinya, lima belas menit lalu," jelas Samudera. "Aku berusaha menyadap HP Agselle sekarang. Tapi aku butuh akses penuh ke Satelit untuk melacak nomor yang digunakan Arga menelepon Agselle tadi, sekaligus menemukan lokasi persembunyiannya."

"Satria Garuda, kamu jangan sembarangan mengurus kasus seperti ini. Ini bukan ranahmu. Polisi saja sudah tutup mata dan membiarkan kasus ini terbengkalai--"

"Justru karena itu aku tidak mau berhenti," tegas Samudera. "Kamu tahu Arga Wilis salah satu anggota organisasi itu. Selama ini tak ada yang bisa menyentuh mereka karena kekuatan dan jaringan mereka yang kuat mencengkeram elit negeri ini. Tapi aku tidak mau mundur. Tidak sampai aku sendiri yang menghancurkan organisasi itu hingga akarnya."

"Hentikan, Satria! Yang kamu lakukan ini berbahaya! Kalau sampai Ayah tahu--"

"Aku melakukannya demi Ibu. Apa kamu tidak mau menegakkan keadilan atas kematian Ibu? Kamu putranya, sama sepertiku!"

Raka terdiam sejenak.

"Aku tahu kenapa kamu menghubungiku. Aku satu-satunya yang bisa membantumu. Tapi apa kamu sudah paham betul konsekuensinya jika kamu mengurus kasus ini? Kamu akan melibatkan diri dalam sesuatu yang sangat berbahaya. Kamu siap menanggung resikonya? Bukankah kamu sedang mendekati seseorang yang kamu cintai? Kamu siap kehilangan perempuan itu sewaktu-waktu?"

Giliran Samudera terdiam. Cukup lama.

"Aku bisa mengatasinya. Aku punya rencana."

"Jangan bodoh dan naif, Satria. Kamu tahu betapa berbahayanya pekerjaan kita. Kamu tidak bisa merengkuh semuanya. Antara cinta dan mengungkap kebenaran, kamu harus memilih salah satu, atau kamu akan kehilangan segalanya."

Samudera menghela napas panjang.

"Aku tahu yang kulakukan. Aku juga tak akan membahayakan orang-orang yang kucintai. Jika memang tiba saatnya memilih... aku akan memilih mengorbankan nyawaku, demi melindungi mereka, demi membawa kembali kebenaran itu terang di bawah cahaya."

Suara Raka bergetar kali ini. "Samudera..."

"Kamu tahu hidupku tak akan lama," kata Samudera tenang. "Aku melakukan semua ini agar sisa hidupku tidak sia-sia. Agar aku bisa menemui Ibu di alam sana dengan tenang dan bahagia. Tolonglah aku hingga saat terakhir, Kak..."

"Aku tidak akan menyerah terhadap dirimu, Sam! Aku tahu kamu masih bisa berumur panjang! Kamu jangan menyerah segampang ini! Ibu juga tak akan sudi melihatmu kalau kamu tidak mau berjuang untuk mengobati dirimu sendiri! Apa kamu tahu kenapa Ayah menghukummu vakum menjalankan misi begitu lama? Itu supaya kamu fokus pada kesehatanmu dan bisa kembali pada kami seperti dulu! Tapi kamu malah lari dan bernyanyi sesuka hati untuk menggapai hati perempuan yang kamu cintai..."

Samudera tertawa. "Apa kelihatannya seperti itu? Kamu jangan khawatir. Aku punya caraku sendiri untuk mengobati penyakitku. Kalau tidak begitu, bagaimana aku bisa bertahan dan bebas bernyanyi sampai sekarang?"

"Sementara untuk Raya... kamu tahu sendiri, dialah yang menyelamatkan hidupku bertahun-tahun lalu... hidupnya sulit sekarang... aku tak bisa membiarkannya begitu saja...," gumam Samudera murung.

"Aku tahu. Kami semua tahu. Maka dari itu, Ayah pun membiarkanmu. Kalau tidak, ia pasti akan melakukan segala cara untuk menjauhkan Raya dari hidupmu. Ayah malah berpikir, hanya Raya yang bisa membuatmu sembuh dan kembali kepada kami. Seperti dulu dia menyelamatkanmu dan membuatmu pulang ke rumah. Jika itu terjadi, Ayah akan sepenuhnya merestui pernikahan kalian. Kamu sangat beruntung dalam hal ini, kamu tahu..."

Getir suara Raka memantik iba di hati Samudera.

"Kak Rangga... kamu juga masih bisa menggapai hati perempuan yang kamu cintai kalau kamu mau..."

"Riris Sawitri? Tidak, Ayah tidak akan pernah sudi menerimanya... kamu tahu betul siapa dia, darah macam apa yang mengalir di nadinya... meski itu bukan salahnya... ia tak pernah minta dilahirkan dari orangtua seperti itu..."

Samudera terdiam sejenak.

"Akan kulakukan sesuatu untuk menolongmu, Kak... kamu sangat mencintai Riris. Akan kubantu kalian untuk bersatu. Tapi tolong bantu aku juga menuntaskan kasus ini... jangan biarkan Ayah tahu dulu. Demi Ibu."

Raka tertawa.

"Kamu tak perlu begitu. Lupakan soal aku dan Riris. Aku akan tetap membantumu, dan akan kurahasiakan pergerakanmu dari Ayah. Tapi berjanjilah untuk tidak membahayakan dirimu sendiri. Aku akan mengawasimu mulai sekarang. Kalau aku melihatmu berbuat nekat, aku akan memberitahu Ayah dan kamu tidak akan bisa lagi memburu apapun seumur hidupmu. Bahkan juga cintamu itu."

"Ancaman yang mengerikan. Tenang saja, aku tidak akan kalah dengan mudah, apalagi mati sia-sia," tukas Samudera, tak bisa menahan tawa. "Sekarang, beri aku aksesmu. Akan kulacak dan kutemukan Arga Wilis. Akan kulumpuhkan dia dan kukorek kebenaran itu darinya, sebelum kukirim dia ke penjara."

"Aku akan memberimu aksesku. Tapi berjanjilah satu hal dulu."

"Apa?"

"Jika Arga Wilis bertindak di luar batas dan membahayakan nyawamu atau orang lain, kamu harus mengeksekusinya di tempat, detik itu juga."

***

"Saya harus akui, Rona termasuk anak yang kuat. Dia cepat pulih dari efek samping proses kemoterapi pertama dua minggu lalu. Karena itu, proses kemoterapi kedua bisa dilaksanakan siang ini," kata Dokter Al setelah memberikan dan menjelaskan hasil tes darah dan pemeriksaan terbaru Rona kepada Raya.

"Kemo ini sampai berapa kali ya, Dok?" tanya Raya sembari menatap murung kertas-kertas dengan tabel angka dan istilah yang tidak dia mengerti, namun intinya kondisi Rona belum mengalami banyak kemajuan. "Apa efek sampingnya akan semakin buruk jika terapi semakin banyak dilakukan?"

"Tergantung kondisi tubuh pasien, dan jenis kankernya. Rona mengidap leukemia limfoblastik akut, bersumber dari sumsum tulang belakangnya yang memproduksi terlalu banyak limfosit yang tidak sempurna," jawab Dokter Al. "Ledakan limfosit ini yang disebut kanker, karena menyebabkan sel-sel darah lain tidak dapat diproduksi dan berfungsi secara normal, dan dapat merusak sumsum tulang belakang itu sendiri jika tidak diobati. Kemoterapi dilakukan untuk menghancurkan sel-sel kanker dan mencegah kerusakan sumsum tulang belakang terjadi--untuk waktunya bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun."

Sekujur tubuh Raya terkulai lemas di kursi.

"Tapi Rona akan sembuh, kan, Dok...?" Raya hampir menangis lagi. "Atau ada cara lain agar ia lebih cepat sembuh, selain dengan kemoterapi...?"

"Rona akan sembuh."

Dokter Al menatap Raya lekat dan lembut. Ekspresi wajahnya penuh tekad dan kesungguhan.

"Sembilan puluh persen anak sembuh dari leukemia, asal ditangani dan dirawat dengan tepat. Peluang pulih Rona sangat besar. Saya berjanji, bahwa saya akan menyelamatkan hidup Rona dengan segenap kemampuan saya, apapun yang terjadi. Saya bersumpah akan menjaga dan merawatnya sampai sembuh."

Raya terdiam. Air matanya menetes.

"Terima kasih, Dok..."

Dokter Al tersenyum.

"Kembali kasih, Raya."

Entah mengapa, sesuatu dalam dada Raya bergetar saat menatap mata tulus dan senyum lembut itu.

"Saya yakin kemoterapi beberapa kali saja cukup untuk membersihkan sel kanker di tubuh Rona," kata Dokter Al. "Tetapi kita tetap harus memantau perkembangannya ke depan. Jika ternyata sumsum tulang belakangnya memang bermasalah dan tak bisa pulih seiring bertambahnya usia Rona, maka mau tak mau tindakan transplantasi sumsum tulang belakang dari pendonor yang tepat harus dilakukan untuk menyelamatkan Rona, agar sel kankernya tak muncul lagi ke depannya."

"Kalau itu, saya siap mendonorkan sumsum tulang belakang saya, Dok... saya rela memberikan apa saja agar Rona tetap hidup," kata Raya penuh kesungguhan.

"Soal itu, biasanya donor sumsum tulang belakang dari orangtua tidak akan banyak membantu. Peluang kecocokan dan kesembuhannya hanya 0,5%," tukas Dokter Al pelan.

Raya terperangah. "Apa?"

"Biasanya, transplantasi sumsum tulang belakang dilakukan dengan mengambil donor dari saudara kandung. Peluang kecocokan dan kesembuhannya sangat besar, dan itu sudah terbukti dalam banyak kasus kanker di seluruh dunia."

Rasanya reruntuhan tak kasat mata itu kembali menimpa Raya. Terasa kelam dan lara.

Rona hanya bisa menjalani transplantasi dengan donor sumsum tulang belakang dari saudara kandungnya? Itu artinya, sebagai ibunya, aku harus...

Raya bahkan tak sanggup melanjutkan suara hatinya. Batinnya terguncang berat.

Dokter Al sepertinya memahami kondisi psikis Raya. Ia tetap memandang Raya lembut dan tenang seraya berkata, "Tetapi itu adalah pilihan terakhir. Masih terlalu dini menyimpulkan Rona perlu menjalani transplantasi. Kita masih bisa berupaya Rona sembuh tanpa harus dioperasi sama sekali."

Raya menarik napas dalam-dalam, berusaha keras menguatkan diri.

"Ya, tentu... terima kasih banyak, Dokter Al. Saya berhutang budi banyak pada Anda, sungguh..."

"Tidak perlu merasa begitu," sergah Dokter Al. "Sudah kewajiban saya sebagai dokter di sini untuk menyelamatkan pasien saya. Terus terang, saya sangat menyayangi Rona. Maaf jika saya lancang, tapi saya sudah menganggapnya seperti putri saya sendiri..."

Dokter Al menarik napas dalam-dalam. Sesaat ekspresinya terluka.

"Putri kandung saya meninggal dua tahun lalu. Jujur saya masih sangat berduka... tapi bersama Rona, entah bagaimana, pedih itu rasanya terobati. Saya berjuang menyembuhkan Rona, tapi justru dia yang perlahan menyembuhkan hati saya."

Senyuman lembut kembali terukir di wajah Dokter Al, raut wajahnya sedikit bercahaya.

"Kamu memiliki putri yang luar biasa, Raya. Dia akan sembuh karena kita semua berjuang untuknya. Jangan sedih dan jangan menyerah," kata Dokter Al lembut.

Raya menghapus sisa air matanya, tersenyum dan mengangguk.

"Ya... tentu. Sekali lagi terima kasih, Dokter Al."

"Kembali kasih, Raya."

***

"Kamu akan pergi?"

Raya memandang Samudera saat lelaki itu mengantarnya dan Arum ke kafe Kopi Wayang selepas tengah hari.

"Ya... ada pekerjaan di luar kota. Jadi maaf sementara aku nggak bisa antar jemput kamu atau mendampingi Rona di rumah sakit."

Ekspresi Samudera tampak sangat menyesal. Raya tak bisa menyalahkannya. Samudera punya urusan dan tanggung jawab sendiri dalam hidupnya. Namun entah mengapa, hatinya merasa sedikit kecewa.

"Kapan kamu kembali?"

Samudera menatap Raya. Ia bisa melihat kesenduan di raut wajah cantik perempuan yang dicintainya itu, dan tanpa bisa dicegah, sedikit sinar harapan terbit di relung sunyi hatinya.

Apakah kamu akan merindukanku, Raya...?

"Akan kuusahakan secepatnya," janji Samudera.

"Kamu akan baik-baik aja, kan?"

Entah mengapa, kata-kata itu meluncur dari bibir Raya. Raya sendiri kaget mendengarnya.

Samudera hanya akan pergi bekerja di luar kota beberapa hari. Namun, Raya merasa ada yang bergeliat aneh dan menimbulkan sensasi tak enak di hatinya.

Seperti sebuah firasat.

"Aku akan baik-baik aja," Samudera meyakinkan Raya dengan ekspresi penuh kesungguhan. "Aku janji akan pulang ke sisimu dan Rona dengan selamat. Tolong jaga Rona, dan jaga dirimu baik-baik, selama aku pergi. Aku pasti segera kembali."

Raya terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk.

"Hati-hati, ya..."

Samudera tersenyum dan mengangguk. Ia melambai dan dalam sekejap sudah meluncur pergi dengan jeep-nya.

"Mau sampai kapan berdiri di situ? Nggak sekalian aja jual diri jadi pemutar papan iklan buat narik pelanggan?" Riris keluar kafe dan menegur Raya yang masih mematung di pinggir jalan lima menit kemudian.

"Ah... sorry, Ris..."

Riris memandang tajam Raya.

"Lo kenapa galau gitu?"

"Enggak kok... kata siapa galau," Raya berusaha menutupi perasaannya sambil berjalan memasuki kafe.

"Gimana kondisi Rona?"

"Jam sebelas siang tadi Rona menjalani kemoterapi yang kedua. Rona rewel sedikit karena nggak enak badan dan mual. Tapi ada Dokter Al yang menjaganya sekarang, jadi dia bakal baik-baik aja. Nanti malam aku ke rumah sakit lagi, nemenin Rona sampai besok siang."

"Syukurlah... semoga Rona lekas sembuh. Gue yakin bakalan sembuh kalau ditangani dokter sehebat Al atau Sienna," gumam Riris.

Mereka memasuki ruang karyawan. Riris mengambil segelas air dingin untuk melepas dahaga. Raya membuka lokernya untuk mengambil kemben dan jarik sebagai atribut yang wajib dikenakan pegawai kafe Kopi Wayang saat 'menjual diri'.

"Oh ya, bukannya tadi lo diantar Sam? Mana dia?" Riris meletakkan gelasnya yang sudah kosong sambil memandangi Raya.

"Udah pergi. Katanya ada urusan kerjaan," sahut Raya pelan.

"Sopan bener nggak nyapa atau pamit gue," decak Riris kesal. "Segitunya diburu kerjaan apa gimana? Dia bilang ada kerjaan apa?"

Raya memandang Riris bingung.

"Sam bilang ada kerjaan di luar kota. Paling manggung, kan..."

"Yakin lo dia nyanyi? Di acara apa? Atau jangan-jangan dia lagi ada misi?" cecar Riris dengan tatapan tajam.

Raya berhenti melangkah menuju bilik ganti. Ia berputar dan memandang Riris dengan wajah pucat.

"Misi...?"

"Lo lupa? Dia juga Satria Garuda. Agen Rahasia dan Detektif Swasta dari Agensi Intelijen Swasta Garuda."

Raya paham sekarang, mengapa ia merasakan firasat aneh dan tak mengenakkan batin saat melepas kepergian Samudera.

Secepat kilat Raya merogoh HP di saku celana jeans-nya, dan menghubungi nomor Samudera.

"Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi..."

...***...

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

Raka / Rangga kakak Samudra suka sama Riris ?

Ayah Riris berlawanan dgn ayah Samudra ?

Arga suami dokter Agselle yg menyebabkan kebakaran di apartemen dokter Al ?

Samudra sakit ?

teka teki nya banyak nih....penasaran baca nya

2024-06-18

1

🌞MentariSenja🌞

🌞MentariSenja🌞

🌹🌹 + 3 iklan buat author

2024-06-08

1

Teteh Lia

Teteh Lia

apa ? kenapa dengan samudra?

2024-05-23

0

lihat semua
Episodes
1 AYAH RONA
2 AWAL PERNIKAHAN
3 RONA DAN HARAPAN
4 AKHIR PERNIKAHAN
5 REUNI DI KEDAI KOPI
6 KOPI WAYANG
7 DOKTER SIENNA
8 CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9 SAMUDERA DEWA
10 PENYELAMAT HIDUP
11 KENANGAN MANTAN
12 AKHIR SEBUAH JANJI
13 CALON AYAH
14 ALAM SEMESTA
15 PERJANJIAN BARU
16 WORKSHOP KOPI
17 PENCARIAN
18 AGEN RAHASIA
19 HILANG
20 MIMPI BURUK
21 CODE BLUE
22 KENANGAN CINTA
23 KENANGAN LUKA
24 DI BAWAH HUJAN
25 KESEMPATAN KEDUA
26 NAIK RANJANG
27 JODOH
28 ABSURD
29 TAK TERDUGA
30 DEMI RONA
31 PERTEMUAN KEMBALI
32 KEINGINAN SAMBARA
33 HADIAH TERINDAH
34 PULANG
35 ANITA JENKINS
36 PENGKHIANAT
37 CERITA CINTA
38 KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39 KEJUTAN
40 REALITA
41 LAMARAN
42 PENYERANGAN
43 PELARIAN
44 MARKAS RAHASIA GARUDA
45 KELUARGA GARUDA
46 MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47 MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48 MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49 MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50 MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51 MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52 RUMAH
53 BULAN DI ATAS LAUTAN
54 SITUASI TERBURUK
55 TIGA PUTRI ALHAMBRA
56 RUJUK
57 JANJI DUA SEJOLI
58 RAYUAN SAMBARA
59 GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60 KRITIS
61 MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62 MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63 MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64 MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65 MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66 MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67 MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68 MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69 KEKUATAN DUA HATI
70 RAHASIA ALHAMBRA
71 ARUS DERAS
72 MISI TERAKHIR
73 PENGORBANAN
74 KETURUNAN GONZALES
75 PERANG DI ALHAMBRA
76 EVAKUASI
77 KEKALAHAN
78 TAK PERNAH PERGI
79 JANJI SANG PENCINTA
80 KATA-KATA CINTA
81 MASA KINI
82 WASIAT
83 IBU EMPAT ANAK
84 KEJUTAN MENYENANGKAN
85 JANJI SUCI
86 CERITA BONUS
87 Ungkapan Hati Penulis
Episodes

Updated 87 Episodes

1
AYAH RONA
2
AWAL PERNIKAHAN
3
RONA DAN HARAPAN
4
AKHIR PERNIKAHAN
5
REUNI DI KEDAI KOPI
6
KOPI WAYANG
7
DOKTER SIENNA
8
CINTALAH YANG MEMBUAT DIRI BETAH
9
SAMUDERA DEWA
10
PENYELAMAT HIDUP
11
KENANGAN MANTAN
12
AKHIR SEBUAH JANJI
13
CALON AYAH
14
ALAM SEMESTA
15
PERJANJIAN BARU
16
WORKSHOP KOPI
17
PENCARIAN
18
AGEN RAHASIA
19
HILANG
20
MIMPI BURUK
21
CODE BLUE
22
KENANGAN CINTA
23
KENANGAN LUKA
24
DI BAWAH HUJAN
25
KESEMPATAN KEDUA
26
NAIK RANJANG
27
JODOH
28
ABSURD
29
TAK TERDUGA
30
DEMI RONA
31
PERTEMUAN KEMBALI
32
KEINGINAN SAMBARA
33
HADIAH TERINDAH
34
PULANG
35
ANITA JENKINS
36
PENGKHIANAT
37
CERITA CINTA
38
KEKACAUAN SEBELUM PESTA
39
KEJUTAN
40
REALITA
41
LAMARAN
42
PENYERANGAN
43
PELARIAN
44
MARKAS RAHASIA GARUDA
45
KELUARGA GARUDA
46
MASA LALU SAMUDERA: ISI HATI
47
MASA LALU SAMUDERA: AKSI BERANI
48
MASA LALU SAMUDERA: MENANG DAN HILANG
49
MASA LALU SAMUDERA: JEBAKAN
50
MASA LALU SAMUDERA: TRAGEDI
51
MASA LALU SAMUDERA: KEMBALI
52
RUMAH
53
BULAN DI ATAS LAUTAN
54
SITUASI TERBURUK
55
TIGA PUTRI ALHAMBRA
56
RUJUK
57
JANJI DUA SEJOLI
58
RAYUAN SAMBARA
59
GAGAK HITAM: ALAM SEMESTA
60
KRITIS
61
MASA LALU SAMBARA: SANG PEWARIS
62
MASA LALU SAMBARA: SANG PENDOSA
63
MASA LALU SAMBARA: SANG PENCINTA
64
MASA LALU SAMBARA: BENIH HARAPAN
65
MASA LALU SAMBARA: SKENARIO DRAMA
66
MASA LALU SAMBARA: BENIH RAHASIA ALVARO
67
MASA LALU SAMBARA: MALAM PANJANG
68
MASA LALU SAMBARA: RENCANA BESAR
69
KEKUATAN DUA HATI
70
RAHASIA ALHAMBRA
71
ARUS DERAS
72
MISI TERAKHIR
73
PENGORBANAN
74
KETURUNAN GONZALES
75
PERANG DI ALHAMBRA
76
EVAKUASI
77
KEKALAHAN
78
TAK PERNAH PERGI
79
JANJI SANG PENCINTA
80
KATA-KATA CINTA
81
MASA KINI
82
WASIAT
83
IBU EMPAT ANAK
84
KEJUTAN MENYENANGKAN
85
JANJI SUCI
86
CERITA BONUS
87
Ungkapan Hati Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!