Menolak Lamaran

"Akhir tahun nanti, kita mau mendaki gunung lagi, kalian mau ikut?"

Ajak Arjuna pada Rinjani dan Maya ketika mereka sudah sampai di basecamp dan bersiap untuk pulang kerumah masing-masing.

"Ayoo aja..siapa takut!"

Jawab Rinjani antusias. Sedangkan Maya hanya bisa bergidik ngeri, wanita itu mengedikkan bahunya sembari membayangkan betapa sulitnya jalur pendakian di gunung yang akan mereka lewati nanti.

"Kami pulang duluan ya, terima kasih atas bantuannya selama di pendakian. Maaf kita terlalu banyak merepotkan kalian"

Pamit Rinjani kepada teman satu tim pendakiannya.

Sedangkan Maya masih terlihat lesu dan tak banyak bicara seperti biasanya. Sekujur tubuhnya terasa sakit, sepertinya ini akan menjadi pendakian gunung yang pertama sekaligus yang terakhir dalam hidup wanita 23 tahun itu.

"Apa kalian mau aku antar pulang?"

Arjuna menawarkan diri untuk mengantar pulang kedua wanita itu.

"Gak usah, kita pulang sendiri aja. Kita bawa kendaraan sendiri kok"

Jawab Rinjani diiringi dengan senyuman.

"Ah sial! Kenapa aku tidak menyuruh Maya naik kendaraan umum saja saat berangkat kesini? Jadi aku bisa antar Rinjani pulang kan!"

Gumam Arjuna di dalam hatinya, hilang sudah kesempatannya untuk menghabiskan waktu lebih lama dengan Rinjani.

Usai berpamitan sekedarnya, Rinjani dan Maya berlalu meninggalkan Arjuna dan kawan-kawannya yang lain.

Arjuna terus menatap sosok Rinjani yang berjalan semakin jauh meninggalkannya, namun terasa semakin dekat dengan hatinya.

***

***

Beberapa hari kemudian...

Rinjani menghentikan motornya di halaman rumah. Namun ada yang berbeda, sore itu suasana rumahnya terlihat lebih ramai dari biasanya.

"Sepertinya sedang ada tamu."

Tebak Rinjani saat melihat ada mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

Seusai jam kerjanya berakhir, Rinjani langsung tancap gas menuju rumah.

Tak dihiraukannya ajakan Mila dan Maya untuk sekedar jajan bakso terlebih dahulu sebelum pulang kerumah.

Rinjani ingin segera pulang kerumah agar bisa segera bertemu dengan Alena. Seharian tidak bertemu dengan bayi menggemaskan itu, memunculkan kerinduan yang begitu mendalam dihati ibu satu anak itu.

"Rinjani.. akhirnya kamu pulang juga nak."

Ucap bu Dewi setengah berbisik dari pintu samping rumahnya.

"Iya bu, Alena mana bu?"

Tanya Rinjani sembari berjalan menuju pintu utama.

"Eh tunggu-tunggu! Jangan masuk lewat pintu depan Rin, sini lewat pintu samping saja"

Ucap bu Dewi lagi, Rinjani pun menurut saja dengan permintaan ibunya yang random itu.

"Lagi ada tamu ya bu?"

Tanya Rinjani seusai mencium punggung tangan sang ibu.

"Iya, ada tamu penting. Sana kamu mandi dulu ya dan jangan lupa dandan yang cantik. Setelah itu temui tamu kita dan bersikaplah dengan baik!"

Titah bu Dewi.

"Males ah bu, aku cape. Alena mana? Aku mau main sama dia aja"

Rinjani sangat malas jika harus menemui tamu itu. Dipikirannya sekarang hanya ada putri kecilnya saja.

"Ish! Jangan membantah ibu! sana mandi dulu!"

Perintah bu Dewi memaksa.

"Emang siapa sih tamu penting itu? Gak tau apa kalau orang lagi capek baru pulang kerja. Malah di suruh menemui tamu juga!"

Gerutu Rinjani setelah bu Dewi pergi.

Dengan terpaksa Rinjani pun menuruti perintah bu Dewi walau dengan wajah yang ditekuk. Percuma membantah juga, dia tidak akan pernah menang jika harus berdebat dengan ibunya sendiri.

***

Sekitar 30 menit lamanya, Rinjani baru selesai dengan aktifitasnya membersihkan dirinya.

sedari tadi bu Dewi sudah memanggil namanya berkali-kali.

"Rin, cepetan! Jangan lupa dandan yang cantik ya"

Titah bu Dewi pada Rinjani.

"Iya bu sebentar lagi"

Sahut Rinjani yang sedang bersolek di depan meja riasnya.

Rinjani memakai dress terusan warna cream, Rinjani juga merias wajahnya tipis-tipis sesuai dengan titah sang Ibu.

Sedangkan rambut panjangnya yang sedikit basah sengaja ia biarkan tergerai begitu saja, namun hal itu justru membuatnya terlihat seperti seorang gadis remaja saja. Orang yang tidak mengenalnya dengan baik tidak akan menyangka kalau Rinjani adalah janda beranak satu.

"Masya Allah... cantiknya"

Puji seorang wanita paruh baya ketika melihat Rinjani datang, wanita itu tengah asik menggendong Alena yang nampak anteng dalam dekapannya.

Rinjani mengedarkan pandangannya mengitari seisi ruang tamu yang cukup luas itu.

Seorang pemuda dengan jenggot tipisnya, tersenyum ke arah Rinjani.

"Mas Yanto?"

Rinjani mengernyitkan dahinya saat mengetahui siapa orang yang menjadi tamu mereka.

Yanto adalah duda tanpa anak yang nasibnya hampir sama dengan Rinjani, sama-sama dikhianati pasangan mereka masing-masing.

"Ada apa ini bu?"

Tanya Rinjani heran sembari menatap ke arah bu Dewi.

"Sini duduk dulu, nak Rinjani?"

Ajak wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya Yanto.

Kali ini dia sudah pindah posisi duduk di sofa yang cukup panjang. Tangannya menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya, seolah memberi kode agar Rinjani duduk di tempat itu.

Rinjani melangkah gontai sembari tersenyum datar. Ia mendaratkan tubuhnya yang sebenarnya sangat lelah tepat di sebelah Ibunya Yanto.

"Begini nak Rinjani, maksud kedatangan kami kesini sebenarnya memiliki niat yang baik"

Ucap pak Umar kepala desa yang rambutnya sudah hampir memutih semua itu. Pria itu adalah ayahnya Yanto.

"Maksudnya? niat baik apa ya pak Kades?"

Tanya Rinjani penasaran.

"Maksud kedatangan kami kesini untuk melamar nak Rinjani agar menjadi istrinya Yanto" 

Ujar pak Umar mengutarakan maksudnya.

Rinjani menatap datar ke arah lawan bicaranya itu, batinnya sudah bisa menerka sebelumnya. Karna ini adalah lamaran kesekian kali yang datang kepadanya setelah Rinjani resmi menjadi seorang janda.

"Tapi. aku bel.."

"Wah terimakasih pak Kades, kami sangat tersanjung dengan maksud dan tujuan kedatangan kalian"

Belum juga Rinjani menyelesaikan ucapannya, wanita yang sudah melahirkan Rinjani ke dunia itu memotong perkataan sang putri.

Rinjani memandang gusar ke arah ibunya.

"Jadi nak Yanto, menyukai Rinjani?"

Tanya bu Dewi dengan lembut.

"Iya bu, sejak kami masih sekolah dulu saya sudah menyukai Rinjani. Tapi saya tidak punya keberanian untuk mengungkapkannya"

Jawab Yanto lugas.

"Tapi maaf sebelumnya pak kades, bu kades, mas Yanto juga. Saat ini aku belum punya niat untuk menikah lagi!"

Ucap Rinjani lantang, Ia tak ingin memberi harapan palsu pada Yanto dan berharap semua drama di hadapannya akan segera berakhir.

Rinjani mengambil Alena yang ada dalam gendongan bu kades dan berlalu pergi menuju kamarnya.

"Rin, Rinjani! Tunggu!"

Bu Dewi tak menyangka anaknya akan bertingkah seperti itu.

Begitupun dengan Yanto dan kedua orang tuanya.

Karna selama ini Rinjani dikenal ramah oleh semua orang. Tidak pernah berbicara tanpa sopan-santun seperti tadi.

Tanpa basa-basi Rinjani menolak maksud baik mereka dan pergi begitu saja tanpa permisi.

"Sepertinya nak Rinjani menolak maksud baik kami, kalau begitu kami pulang saja. Maaf sudah mengganggu waktu kalian"

Ucap pak Kades dengan nada kecewa.

"Aduh, maafin tingkah laku anak saya ya pak kades"

Jawab bu Dewi, ia merasa malu karna merasa gagal mengajarkan tata krama pada anak semata wayangnya itu.

Pak Sarif yang sedari tadi ada diantara mereka hanya diam saja sambil sesekali menyeruput kopi hitam kesukaannya. Ia menyerahkan saja semua keputusan pada Rinjani karna ingin melihat putrinya bahagia.

"Bapak itu bagaimana sih! kok malah diem aja?"

Umpat bu Dewi kesal.

Bu Dewi memiliki kebiasaan, kalau dia sedang kesal akan memarahi siapa saja orang yang ditemuinya. Walaupun orang itu sebenarnya tak bersalah.

"Ya sudahlah bu, jangan maksain kehendak. Rinjani itu sudah dewasa, biarkan dia melakukan apa yang dia mau"

Jawab pak Sarif dengan nada santainya, membuat amarah bu Dewi semakin menjadi saja.

***

Senja sudah berganti menjadi malam. Alena kini sudah tertidur lelap disamping Rinjani.

Sedangkan Rinjani merasa sangat kacau hari ini hingga ia kesulitan untuk tidur.

Di tambah lagi sejak kejadian tadi, bu Dewi tidak datang untuk menemuinya lagi.

Padahal biasanya wanita paruh baya itu akan mengomel habis-habisan jika ada hal yang membuatnya marah.

"Huhf...ibu pasti marah banget sama aku sampe gak mau ngomong sama aku lagi"

Sikap dingin bu Dewi menandakan bahwa saat ini ia sedang marah besar dan perang dingin di antara ibu dan anak itu pasti akan segera di mulai.

Rinjani memainkan ponselnya untuk menghibur diri. Berselancar di dunia Maya untuk sekedar melihat beberapa postingan dari teman-temannya.

Ada yang upload foto keluarga. Ada yang upload foto hasil masakannya sendiri diiringi dengan caption 'masak untuk keluarga tercinta'.

Bukannya merasa terhibur saat melihat semua itu tapi perasaan Rinjani malah menjadi semakin gusar saja.

"Apa aku terima saja ya lamaran mas Yanto tadi" lirih Rinjani.

Bosan berselancar di sosial media, Ia beralih ke album foto yang tersimpan di galeri ponselnya.

Dipandanginya foto-foto saat ia mendaki gunung kemarin.

Pandangannya terhenti kala menatap foto kebersamaannya dengan Arjuna saat berada di puncak gunung.

Rinjani memperbesar tampilan foto itu hingga kini layar ponselnya dipenuhi oleh wajah Arjuna saja.

Drrrd....drrrd....

Saking terkejutnya, Hampir saja Rinjani menjatuhkan ponselnya ke atas wajahnya sendiri saat ponselnya bergetar.

"Telpon dari Arjuna?"

Mata bulat Rinjani semakin membelalak tajam saat melihat panggilan telpon itu dari Arjuna.

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

jangan di terima ya rinjani...ingat sahabatmu maya suka sama yanto..

2024-04-23

1

lihat semua
Episodes
1 Ujian Saat Hamil
2 Tujuh Bulanan
3 Ketahuan
4 Mendadak Baik
5 Melahirkan Tanpa Suami
6 pengertian
7 Susah Lepas
8 Dicampakan
9 Tetangga Kepo
10 Talak
11 Perempuan Gila
12 Pamit
13 Bertemu Sang Mantan
14 Menolak Lamaran
15 Arjuna Untuk Rinjani
16 Cinderella
17 Cincin Pernikahan
18 Aku Mencintaimu
19 Pesan Terakhir
20 Malam Pengantin
21 Salah Paham
22 Mobil Baru
23 Berpisah
24 Ryan After Divorce
25 Terlambat Datang Bulan
26 Hamil
27 Mengenalkan Dengan Seseorang
28 Tidak Pernah Jera
29 Air Susu Dibalas Air Tuba
30 Mual
31 Perhatian
32 Tak Tega
33 Laura Yang Jahat
34 Terbongkarnya Kejahatan
35 Memaafkan
36 Kado Ulang Tahun
37 Hunting Foto
38 Oleh-oleh
39 Cemburu
40 Takut Sendirian
41 Hari Pertama Berkerja
42 Rumit
43 Cemburuan
44 Oppa mengamuk
45 Mogok
46 Marah-marah tanpa sebab
47 Cemburuan
48 Canggung
49 Mengungkapkan Cinta
50 Jangan dekat-dekat!
51 Samar-samar
52 Nafkah 20 Juta Sehari
53 Peri kecil
54 Terasa manis
55 Tamu tak di undang
56 Kejutan
57 Mainan baru
58 Harus sedih atau bahagia?
59 Salah Paham
60 Kabar baik
61 Marah dan Kecewa
62 Berkembang pesat
63 Tumbuh Dengan Baik
64 Om maukan jadi papa aku?
65 Jangan egois
66 Trauma
67 Dewasa
68 Punya 2 ibu
69 Jaga Alena baik-baik
70 Menahan Rindu
71 Hanya anak-anak
72 Aku kembali
73 Alena berhak memilih
74 Pulang
75 pria kurang ajar
76 Ingin menghilang
77 Akhirnya Aku Menemukanmu
78 Apa dia anakku?
79 Istriku
80 Mulai Dari Awal
81 Rasa bersalah
82 Hari bahagia
83 Bukan sakit biasa
84 Dimana semua orang?
85 Sudah memaafkan
86 Keputusan terbaik
87 Sekolah baru Albian
88 Gadis nakal
89 Berbaikan
90 Khanza Yang Malang
91 Empat mata
92 Semua orang patut untuk dicurigai
93 Menyudahi semua kecurigaan
94 Kenyataan pahit
95 Orang ketiga
96 Khawatirkan dirimu sendiri
97 Tolong jaga Wily
98 Malam panjang
99 Harus sabar
100 Halusinasi
101 Melakukan segala cara
102 Membatin
103 Bungkusan putih
104 Ingin berpisah
105 Pulang kemana?
106 Rencana Angela
107 Sudah takdir
108 Gara-gara kamu
109 Last episode
110 Gadis Barbar Mengejar Cinta
111 Promo Karya Baru
112 Pengantin Berdarah
113 promo karya baru
114 Promo Karya Baru
115 Promo Karya Baru
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Ujian Saat Hamil
2
Tujuh Bulanan
3
Ketahuan
4
Mendadak Baik
5
Melahirkan Tanpa Suami
6
pengertian
7
Susah Lepas
8
Dicampakan
9
Tetangga Kepo
10
Talak
11
Perempuan Gila
12
Pamit
13
Bertemu Sang Mantan
14
Menolak Lamaran
15
Arjuna Untuk Rinjani
16
Cinderella
17
Cincin Pernikahan
18
Aku Mencintaimu
19
Pesan Terakhir
20
Malam Pengantin
21
Salah Paham
22
Mobil Baru
23
Berpisah
24
Ryan After Divorce
25
Terlambat Datang Bulan
26
Hamil
27
Mengenalkan Dengan Seseorang
28
Tidak Pernah Jera
29
Air Susu Dibalas Air Tuba
30
Mual
31
Perhatian
32
Tak Tega
33
Laura Yang Jahat
34
Terbongkarnya Kejahatan
35
Memaafkan
36
Kado Ulang Tahun
37
Hunting Foto
38
Oleh-oleh
39
Cemburu
40
Takut Sendirian
41
Hari Pertama Berkerja
42
Rumit
43
Cemburuan
44
Oppa mengamuk
45
Mogok
46
Marah-marah tanpa sebab
47
Cemburuan
48
Canggung
49
Mengungkapkan Cinta
50
Jangan dekat-dekat!
51
Samar-samar
52
Nafkah 20 Juta Sehari
53
Peri kecil
54
Terasa manis
55
Tamu tak di undang
56
Kejutan
57
Mainan baru
58
Harus sedih atau bahagia?
59
Salah Paham
60
Kabar baik
61
Marah dan Kecewa
62
Berkembang pesat
63
Tumbuh Dengan Baik
64
Om maukan jadi papa aku?
65
Jangan egois
66
Trauma
67
Dewasa
68
Punya 2 ibu
69
Jaga Alena baik-baik
70
Menahan Rindu
71
Hanya anak-anak
72
Aku kembali
73
Alena berhak memilih
74
Pulang
75
pria kurang ajar
76
Ingin menghilang
77
Akhirnya Aku Menemukanmu
78
Apa dia anakku?
79
Istriku
80
Mulai Dari Awal
81
Rasa bersalah
82
Hari bahagia
83
Bukan sakit biasa
84
Dimana semua orang?
85
Sudah memaafkan
86
Keputusan terbaik
87
Sekolah baru Albian
88
Gadis nakal
89
Berbaikan
90
Khanza Yang Malang
91
Empat mata
92
Semua orang patut untuk dicurigai
93
Menyudahi semua kecurigaan
94
Kenyataan pahit
95
Orang ketiga
96
Khawatirkan dirimu sendiri
97
Tolong jaga Wily
98
Malam panjang
99
Harus sabar
100
Halusinasi
101
Melakukan segala cara
102
Membatin
103
Bungkusan putih
104
Ingin berpisah
105
Pulang kemana?
106
Rencana Angela
107
Sudah takdir
108
Gara-gara kamu
109
Last episode
110
Gadis Barbar Mengejar Cinta
111
Promo Karya Baru
112
Pengantin Berdarah
113
promo karya baru
114
Promo Karya Baru
115
Promo Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!