Tujuh Bulanan

Tak ingin kemarahan menguasai dirinya lebih jauh lagi, Maya memutuskan untuk pergi keluar dari kamar tempat Rinjani di rawat.

Maya memilih untuk menunggu di koridor rumah sakit saja. Sahabat Rinjani itu tidak tega jika harus pulang meninggalkan Rinjani bersama suaminya, apalagi Ryan yang sekarang bukanlah Ryan yang dulu ia kenal.

Ryan yang dulu mana tega menyakiti istrinya sendiri, apalagi sampai masuk rumah sakit seperti ini.

"Maya, terima kasih sudah menolong dan membawa istriku kerumah sakit, kalau tidak ada kamu entah apa yang akan terjadi pada Rinjani dan kandungannya"

ucap Ryan yang secara tiba-tiba sudah berdiri di samping Maya.

Maya menatap sengit pada sosok suami dari sahabatnya itu, rasanya dia ingin menerkam pria itu saja kalau bisa.

"Kamu dari mana saja Yan?! Rinjani itu sedang hamil, harusnya kamu melindungi dan menjaga dia, bukan malah menyakitinya seperti ini!"

Sentak Maya sembari menekan suaranya, seolah sedang menahan amarah.

"Maaf, tadi aku cuma cari angin sebentar."

Jawab Ryan sembari menundukan wajahnya.

Maya mengalihkan pandangannya ke tempat lain, entah mengapa melihat laki-laki itu membuat sisi lain dalam dirinya ingin keluar.

Kalau tidak mengingat sedang berada ditempat umum. Maya pasti sudah menghajar lelaki itu habis-habisan.

Maya pun berlalu meninggalkan Ryan yang masih mematung di tempatnya berdiri, Maya kembali menemui Rinjani di dalam kamar rawat inapnya.

"Rin, kamu yakin gak mau ngasih kabar ke orang tua kamu kalau kamu sedang di rawat di rumah sakit?"

"Gak May, bapak aku lagi sakit. Aku gak mau membuat mereka khawatir."

"Tapi aku gak yakin, kalau harus meninggalkan kamu disini hanya dengan dia saja"

Mata Maya melirik tajam ke arah Ryan yang masih berdiri di koridor depan kamar Rinjani. Namun masih bisa terlihat olehnya, karna pintu tempat Rinjani di rawat terbuka lebar.

"Gak papa, kan disini ada dokter dan perawat yang jagain aku. Kalau kamu mau pulang, pulang saja. Maaf ya sudah ngerepotin kamu seperti ini" Lirih Rinjani.

Maya sudah menganggap Rinjani dan Mila seperti saudarinya sendiri. Melihat kondisi salah satu sahabatnya menderita seperti ini, Maya seakan ikut merasakan sakitnya juga.

"Ya udah, aku pulang dulu ya. Bentar lagi aku harus pergi ke kantor soalnya"

Maya melirik jam yang melingkar di tangannya, hampir menunjukan pukul 07.00 pagi.

"Nanti aku kabarin orang kantor kalau kamu lagi sakit. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk kabarin aku ya."

Hatinya begitu berat untuk meninggalkan Rinjani dengan Ryan saja. Tapi pekerjaan di kantor sudah menumpuk menanti untuk Ia kerjakan. Ditambah lagi Rinjani sedang sakit sekarang, pasti pekerjaan Maya hari ini akan dua kali lebih banyak.

"hem..makasih ya"

Rinjani mengangguk pelan diiringi dengan senyuman terbaiknya.

***

Tak lama setelah Maya pergi, Ryan kembali menghampiri sang istri.

Rinjani memalingkan pandangannya, ketika tatapan mereka saling bertemu.

"Sayang, maafin mas ya. Mas sungguh menyesal"

Ryan menundukan wajahnya sembari menggenggam dan menciumi tangan Rinjani.

Pria itupun sampai menitikan air matanya. Entah benar-benar menyesali perbuatannya atau cuma ingin mencari simpati Rinjani saja.

Rinjani masih terdiam tak memberi respon apapun, membuat pria itu semakin tenggelam dalam kesedihannya.

***

***

Beberapa bulan berlalu begitu saja, kini kehamilan Rinjani sudah memasuki usia tujuh bulan.

Acara syukuran kecil-kecilan telah selesai di gelar demi mensyukuri kehadiran si jabang bayi yang masih ada di dalam rahimnya.

Rinjani tak lagi ambil pusing dengan perubahan sikap dari suaminya sekarang, yang ia pedulikan hanya kesehatan dari bayi dalam kandungannya saja.

Acara pun berlangsung dengan hikmat, hanya sekedar acara sederhana untuk memanjatkan doa-doa agar ibu dan jabang bayi selalu diberi kesehatan dan keselamatan.

"Rin, Kenapa kamu gak mau mengadakan acara tujuh bulanan di rumah ibu saja sih? kebetulan hasil panen kita melimpah tahun ini. Ibu bisa bikin acara yang lebih pantas, sesuai adat dan budaya kita!"

Kata Bu Dewi, Ibunya Rinjani di penuhi rasa kecewa.

Bu Dewi datang kerumah putrinya itu sejak kemarin sore, sedangkan ayah Rinjani tidak bisa ikut karna masih sakit.

"Gak usah bu, mubazir. Uangnya disimpen aja buat kebutuhan mendesak. Apalagi bapak sedang sakitkan"

Tepis Rinjani sembari menggenggam tangan sang ibu.

"Ah, susah ngomong sama kamu!"

Bu Dewi berlalu kearah dapur, sambil membawa piring-piring kotor sisa acara tadi. Maya dan Mila pun sibuk membantu acara sahabatnya itu sedari tadi.

"Terima kasih pak, bu atas kehadirannya"

Ucap Rinjani, ketika para tetangga yang hadir mulai membubarkan diri dan kembali kerumahnya masing-masing.

"Sama-sama mbak Rin. Sehat- sehat ya untuk Ibu dan calon bayinya, semoga di lancarkan sampai hari persalinannya nanti"

Salah seorang tetangga Rinjani mendoakan.

"Aamiin..." Tetangga yang lain ikut mengaminkan pula.

Sedangkan Maya dan Mila tidak langsung pulang, seusai acara selesai mereka sibuk membantu membereskan rumah dari sisa acara syukuran 7 bulanan Rinjani.

Bahkan mereka berdua memutuskan untuk menginap di rumah Rinjani, itupun atas usulan dari Bu Dewi.

"Sudah jam sebelas malem nak, kalian nginep saja disini. Gak baik anak gadis keluyuran malem-malem"

Nasehati Bu Dewi pada Maya dan Mila.

"Iya bu.."

Jawab Maya dan Mila serentak, besok hari minggu jadi mereka tidak keberatan untuk menginap di rumah Rinjani.

Malam itu mereka tidur bersama-sama. Menggelar karpet tebal di ruang tengah bersama bu Dewi juga.

Maya dan Mila memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri untuk mencari posisi tidur yang nyaman. Kedua sahabat Rinjani itu mencoba memejamkan mata, tapi tidak bisa. Rasa perih karna lapar mulai terasa diperut keduanya.

Sedari tadi, mereka sibuk membantu mempersiapkan acara syukuran untuk kehamilan Rinjani, sampai lupa mengisi perut sendiri.

Semua makanan sisa acara syukuran, sudah dibagi-bagikan pada yang membutuhkan, agar tudak mubazir.

Akhirnya tak ada satupun makanan berat yang tersisa, hanya ada beberapa kue kering saja. Sudah pasti tidak akan mampu memadamkan kelaparan yang kini menyerang mereka.

***

"Kamu gak usah ikut ya Rin. Kamu kan sedang hamil besar, pamali wanita hamil keluar malam-malam begini"

Ucap Mila sembari menstarter motor maticnya.

Karna rasa lapar yang tak kunjung hilang, Maya dan Mila memutuskan untuk membeli nasi goreng yang mangkal di depan kompleks perumahan Rinjani.

"Iya..tapi kalian hati-hati ya"

Pesan Rinjani kepada Maya dan Mila. Merekapun mengangguk sembari tersenyum.

Bruummm....

Suara bising mesin motor memecah heningnya malam itu.

Lokasi penjual nasi goreng memang tidak begitu jauh dari rumah Rinjani, cukup lima menit dengan mengendarai sepeda motor dan merekapun sudah sampai tujuan.

***

"Bang, nasi gorengnya empat ya. Dibungkus!"

Teriak Maya setibanya di tempat tujuan.

"Siap Mbak" Balas penjual nasi goreng itu.

"Kok banyak banget May pesennya? Buat siapa?"

"Buat Bu Dewi, sama Rinjani. Siapa tau mereka mau juga"

"Oh. Ryan gak sekalian di pesenin juga?"

"GAK USAH!!!"

Sejak Rinjani dirawat dirumah sakit tempo hari. Sudah hilang respek Maya pada suami dari sahabatnya itu.

Setelah menunggu sekitar 15 menit pesanan merekapun selesai.

Maya dan Mila melipir dulu ke sebuah mini market yang buka 24 jam untuk membeli minuman dingin.

"Stop...stop...!"

Mendengar teriakan Maya, Mila pun menghentikan laju motornya secara tiba-tiba. Untunglah jalanan kala itu sudah sepi, jadi tidak sampai menimbulkan kecelakaan.

"Aduh! Kenapa sih May?"

Hardik Mila yang merasa kesal dengan tingkah Maya yang menyuruhnya berhenti secara tiba-tiba.

"Itu lihat disana, bukannya itu Ryan ya? Tapi kok dia sama cewek?"

Ucap Maya sembari menunjuk ke arah seorang pria yang di kiranya Ryan suami Rinjani.

Sejak acara syukuran tujuh bulanan selesai, mereka memang tidak melihat sosok Ryan lagi di rumah Rinjani. Namun mereka mengira, Ryan sedang menemani Rinjani di dalam kamar, karna sebelumnya Rinjani mengeluh sedikit pusing.

"Ah masa sih?! Salah lihat kali lo."

Mila tak percaya begitu saja dengan sahabatnya itu, namun netranya ikut memperhatikan sosok yang dikiranya Ryan itu.

Pria itu sedang membonceng seorang wanita dan berlalu entah kemana.

Terpopuler

Comments

Lala lala

Lala lala

oalah abis acara di rumah gak disisain sdkit aja masakan meski cm semangkuk² kecil...bs lah buat sarapan biasa sih gitu..ndk melulu abis

2024-11-26

0

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

hedeh...dassr ryan kampret

2024-04-23

3

lihat semua
Episodes
1 Ujian Saat Hamil
2 Tujuh Bulanan
3 Ketahuan
4 Mendadak Baik
5 Melahirkan Tanpa Suami
6 pengertian
7 Susah Lepas
8 Dicampakan
9 Tetangga Kepo
10 Talak
11 Perempuan Gila
12 Pamit
13 Bertemu Sang Mantan
14 Menolak Lamaran
15 Arjuna Untuk Rinjani
16 Cinderella
17 Cincin Pernikahan
18 Aku Mencintaimu
19 Pesan Terakhir
20 Malam Pengantin
21 Salah Paham
22 Mobil Baru
23 Berpisah
24 Ryan After Divorce
25 Terlambat Datang Bulan
26 Hamil
27 Mengenalkan Dengan Seseorang
28 Tidak Pernah Jera
29 Air Susu Dibalas Air Tuba
30 Mual
31 Perhatian
32 Tak Tega
33 Laura Yang Jahat
34 Terbongkarnya Kejahatan
35 Memaafkan
36 Kado Ulang Tahun
37 Hunting Foto
38 Oleh-oleh
39 Cemburu
40 Takut Sendirian
41 Hari Pertama Berkerja
42 Rumit
43 Cemburuan
44 Oppa mengamuk
45 Mogok
46 Marah-marah tanpa sebab
47 Cemburuan
48 Canggung
49 Mengungkapkan Cinta
50 Jangan dekat-dekat!
51 Samar-samar
52 Nafkah 20 Juta Sehari
53 Peri kecil
54 Terasa manis
55 Tamu tak di undang
56 Kejutan
57 Mainan baru
58 Harus sedih atau bahagia?
59 Salah Paham
60 Kabar baik
61 Marah dan Kecewa
62 Berkembang pesat
63 Tumbuh Dengan Baik
64 Om maukan jadi papa aku?
65 Jangan egois
66 Trauma
67 Dewasa
68 Punya 2 ibu
69 Jaga Alena baik-baik
70 Menahan Rindu
71 Hanya anak-anak
72 Aku kembali
73 Alena berhak memilih
74 Pulang
75 pria kurang ajar
76 Ingin menghilang
77 Akhirnya Aku Menemukanmu
78 Apa dia anakku?
79 Istriku
80 Mulai Dari Awal
81 Rasa bersalah
82 Hari bahagia
83 Bukan sakit biasa
84 Dimana semua orang?
85 Sudah memaafkan
86 Keputusan terbaik
87 Sekolah baru Albian
88 Gadis nakal
89 Berbaikan
90 Khanza Yang Malang
91 Empat mata
92 Semua orang patut untuk dicurigai
93 Menyudahi semua kecurigaan
94 Kenyataan pahit
95 Orang ketiga
96 Khawatirkan dirimu sendiri
97 Tolong jaga Wily
98 Malam panjang
99 Harus sabar
100 Halusinasi
101 Melakukan segala cara
102 Membatin
103 Bungkusan putih
104 Ingin berpisah
105 Pulang kemana?
106 Rencana Angela
107 Sudah takdir
108 Gara-gara kamu
109 Last episode
110 Gadis Barbar Mengejar Cinta
111 Promo Karya Baru
112 Pengantin Berdarah
113 promo karya baru
114 Promo Karya Baru
115 Promo Karya Baru
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Ujian Saat Hamil
2
Tujuh Bulanan
3
Ketahuan
4
Mendadak Baik
5
Melahirkan Tanpa Suami
6
pengertian
7
Susah Lepas
8
Dicampakan
9
Tetangga Kepo
10
Talak
11
Perempuan Gila
12
Pamit
13
Bertemu Sang Mantan
14
Menolak Lamaran
15
Arjuna Untuk Rinjani
16
Cinderella
17
Cincin Pernikahan
18
Aku Mencintaimu
19
Pesan Terakhir
20
Malam Pengantin
21
Salah Paham
22
Mobil Baru
23
Berpisah
24
Ryan After Divorce
25
Terlambat Datang Bulan
26
Hamil
27
Mengenalkan Dengan Seseorang
28
Tidak Pernah Jera
29
Air Susu Dibalas Air Tuba
30
Mual
31
Perhatian
32
Tak Tega
33
Laura Yang Jahat
34
Terbongkarnya Kejahatan
35
Memaafkan
36
Kado Ulang Tahun
37
Hunting Foto
38
Oleh-oleh
39
Cemburu
40
Takut Sendirian
41
Hari Pertama Berkerja
42
Rumit
43
Cemburuan
44
Oppa mengamuk
45
Mogok
46
Marah-marah tanpa sebab
47
Cemburuan
48
Canggung
49
Mengungkapkan Cinta
50
Jangan dekat-dekat!
51
Samar-samar
52
Nafkah 20 Juta Sehari
53
Peri kecil
54
Terasa manis
55
Tamu tak di undang
56
Kejutan
57
Mainan baru
58
Harus sedih atau bahagia?
59
Salah Paham
60
Kabar baik
61
Marah dan Kecewa
62
Berkembang pesat
63
Tumbuh Dengan Baik
64
Om maukan jadi papa aku?
65
Jangan egois
66
Trauma
67
Dewasa
68
Punya 2 ibu
69
Jaga Alena baik-baik
70
Menahan Rindu
71
Hanya anak-anak
72
Aku kembali
73
Alena berhak memilih
74
Pulang
75
pria kurang ajar
76
Ingin menghilang
77
Akhirnya Aku Menemukanmu
78
Apa dia anakku?
79
Istriku
80
Mulai Dari Awal
81
Rasa bersalah
82
Hari bahagia
83
Bukan sakit biasa
84
Dimana semua orang?
85
Sudah memaafkan
86
Keputusan terbaik
87
Sekolah baru Albian
88
Gadis nakal
89
Berbaikan
90
Khanza Yang Malang
91
Empat mata
92
Semua orang patut untuk dicurigai
93
Menyudahi semua kecurigaan
94
Kenyataan pahit
95
Orang ketiga
96
Khawatirkan dirimu sendiri
97
Tolong jaga Wily
98
Malam panjang
99
Harus sabar
100
Halusinasi
101
Melakukan segala cara
102
Membatin
103
Bungkusan putih
104
Ingin berpisah
105
Pulang kemana?
106
Rencana Angela
107
Sudah takdir
108
Gara-gara kamu
109
Last episode
110
Gadis Barbar Mengejar Cinta
111
Promo Karya Baru
112
Pengantin Berdarah
113
promo karya baru
114
Promo Karya Baru
115
Promo Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!