bab 18

Bi Siti yang melihat nona sedih tidak tega melihatnya, bi Siti akan membantu Fia untuk menyiapkan makanan untuk keluarga nyonya itu.

“Bibi bantu ya non.” Ucap bi Siti.

“Sudah Lo jangan bantu Fia, mau saya adukan ke nyonya.” Ucap pembantu yang satunya lagi tanpa memanggil nona, pembantu itu langsung menyebut namanya saja.

Sepertinya pembantu yang satunya lagi tidak ada rasa takut dan hormat sama sekali terhadap anak majikannya itu. Mungkin karena sikap keluarga Sarah yang semena-mena terhadap Fia membuat pembantu itu berani terhadap anak majikannya.

“Kamu yah, bukannya kasihan sama non Fia, kamu tidak lihat sendiri tadi non Fia belum istirahat sama sekali.” Ucap Bi Siti menegur pembantu itu.

“Masa bodo*h, saya tidak peduli, sudah ayo kita pergi. Nanti kita di marahi nyonya kalau kita bantu anak ini.” Ajak pembantu itu tanpa ada rasa sungkan sama sekali terhadap nonanya.

“Kalau bibi tidak mau ikut saya, saya akan laporkan bibi ke nyonya, biar bibi di pecat.” Ucap pembantu itu dengan angkuhnya.

“Sudah bi Siti pergi saja, aku bisa mengerjakannya sendiri.” Ucap Fia dengan senyuman.

“Maaf ya non bibi tidak bisa bantu.” Ucap bi Siti merasa bersalah dan sedih.

Setelah mengucapkan itu bi Siti pergi dari sana. Bi Siti juga melaporkan semuanya kepada tuannya Toni. Toni yang mendapatkan informasi itu segera pulang.

Tidak tahu mengapa, Toni memiliki firasat yang buruk soal anak perempuannya.

Di saat bi Siti bersama salah satu pembantu yang lainnya lewat mereka sedikit mendengarkan pembicaraan keluarga Sarah itu.

Bi Siti menuju ke kamar Fia karena Toni memerintahkan dirinya untuk mengemasi barang-barang Fia.

Hari ini Toni akan membawa Fia pergi dari rumah itu, Toni sudah mengambil keputusan bahwa Fia lebih baik tinggal bersama kakeknya saja.

Sedangkan pembantu yang satunya lagi menemui majikannya dan melaporkan bahwa Fia masak sendiri di dapur.

“Ma, apa mama tidak keterlaluan bicara seperti itu kepada Fia?” tanya Atika.

Atika yang melihat ekspresi Fia merasa kasihan terhadap Fia.

“Sudah biarin aja, memang kenyataannya seperti itu kok.” Ucap Sarah.

Sarah sama sekali tidak merasa bersalah telah berucap seperti itu kepada anaknya Fia. Bahkan Sarah terlihat santai dan biasanya.

Atika tidak lagi bicara, mereka asyik menonton TV sambil menunggu Fia selesai memasak.

Cukup lama mereka menunggu akhirnya makanan sudah ada di meja makan, mereka semua juga sudah ada di meja makan.

Raisya yang melihat Fia membawakan sup tersenyum licik. Raisya berdiri dan sengaja membuat soup itu tumpah mengenai tangan Fia.

Fia menjerit kesakitan karena sup itu masih panas.

“Awwww panas.” Ucap Fia meniup-niupkan tangan.

Bi Siti segera membantu Fia namun di halang oleh Sarah.

“Bibi tidak usah bantu Fia, lebih baik bibi ambil lagi sup di dapur untuk kita makan.” Ucap Sarah tidak ada rasa iba sama sekali terhadap anaknya.

Andre yang mendapatkan informasi adiknya di sakiti segera pergi ke rumah itu.

“Tapi nya kasihan, non Fia.” Ucap bi Siti khawatir.

“Oh jadi bibi mau di pecat ya.” Ucap Raisya.

“Kalian benar-benar tidak punya hati. Jika hanya itu pilihan saya tidak masalah saya di pecat.” Ucap bi Siti kekeh ingin menolong nonanya itu.

“Dasar pembantu tidak tahu diri, berani sekali kamu melawan saya.” Ucap Sarah marah.

Tanpa rasa kasihan Sarah malah mencengkram tangan Fia dengan sangat kuat yang membuat Fia semakin kesakitan.

“Semakin kamu nekat membantu Fia, maka saya akan semakin menyakiti Fia.” Ucap Sarah tidak peduli dengan rintihan kesakitan anaknya.

“Nyonya jangan nyonya, kasihan non Fia.” Ucap bi Siti yang tidak tega dengan nonanya yang sudah sangat kesakitan.

Sekarang Sarah tidak lagi mencengkram tangan Fia, tapi menarik tangan Fia dan membawanya ke dapur, Sarah menghidupkan api dan ingin meletakkan tangan anaknya itu di atas api yang menyala.

Bi Siti sudah berlutut memohon agar nonanya tidak di sakiti, Untuk saja Andre mencegahnya.

“Tante benar-benar keterlaluan.” Ucap Andre dengan wajah sangarnya.

Andre memerintahkan Bu Siti untuk membawa Fia pergi dari sana dan mengobati Fia.

“Dasar anak tidak punya sopan santun, main masuk saja kamu ke rumah ini.” Ucap Anjani menunjuk Andre.

“Ya memang saya tidak memiliki sopan santun tapi kalian tidak punya hati sama sekali.” Ucap Andre di kuasai amarah.

“Jaga ya omongan kamu, saya bisa membuat kamu dalam masalah bahkan saya bisa membuat kamu di benci oleh banyak orang.” Ucap Lalita menunjuk Andre.

Sarah memilih untuk tidak berdebat dengan Andre, Sarah ingin mencari Fia saja dan memberikan pelajaran kepada Fia karena sudah melawan terhadap dirinya.

Sedangkan Andre masih menghadapi keluarga Sarah itu tanpa ia sadari Sarah pergi dari sana.

Ternyata bi Siti membawa Fia ke ruang tamu, sekarang bi Siti sedang mengobati luka bakar Fia.

Sarah yang melihat itu langsung menghampiri dan menarik Fia.

“Dasar anak biang masalah. Anak pembawa sial kamu!” Ucap Sarah memarahi anaknya.

Sarah menampar pipi Fia, terlihat pipi Fia yang merah dan tercekat tangan Sarah di pipi Fia saking kerasnya Sarah menampar anaknya.

“Lebih baik kamu tidak ada di dunia ini,. Bikin repot saja.” Ucap Sarah yang tiada hentinya memarahi anaknya dengan kata-kata pedasnya itu.

“Saya tidak butuh kamu di sini, lebih baik kamu pergi dari rumah ini, anak sialan!” ucap Sarah menggebu-gebu.

Sarah menarik tangan Fia sampai keluar pintu rumah dan mendorongnya kasar. Fia jatuh tepat di hadapan papanya. Sarah yang melihat itu kaget.

Tidak biasanya suaminya pulang cepat, Toni selalu pulang malam dan paling cepatnya sore.

Semua penghuni rumah itu sudah berkumpul di tempat Sarah, Fia dan Toni berada.

Toni membantu anaknya berdiri. Toni yang melihat kondisi anaknya yang sangat memprihatinkan membuat Toni yakin Sarah telah melakukan sesuatu terhadap putri kesayangannya.

“Mas aku bisa jelaskan semuanya.” Ucap Sarah yang takut Toni marah terhadap dirinya.

“Apa yang kamu lakukan terhadap anak kita Sarah?” tanya Toni dengan tatapan tajamnya.

“Pa, mereka telah menyakiti Fia.” Ucap Andre.

“Benar itu Sarah?” tanya Toni kepada isterinya.

“Itu tidak benar mas, tadi aku di ancam oleh Andre mas.” Ucap Sarah menangis.

Sarah bukannya mengakui kesalahannya tapi malah menyalahkan Andre dan menuduh Andre.

Toni melihat ke arah anaknya, Toni tidak percaya kepada Sarah namun Toni akan menunggu Andre menjelaskan semuanya.

“Pa itu tidak benar pa.” Ucap Andre.

Andre mulai menjelaskan semuanya kepada papanya itu, mulai dari dia yang melihat Raisya menumpahkan sop ke tangan Fia, Sarah yang memarahinya dan dirinya yang beradu mulut dengan keluarga Sarah itu.

“Kamu benar-benar keterlaluan Sarah.” Ucap Toni marah.

“Mas itu semuanya tidak benar mas, Andre bohong mas.” Ucap Sarah masih menyangkal apa yang telah ia lakukan.

Ingin rasanya Toni bertanya kepada Fia namun Toni sangat yakin Fia pasti tidak akan berani menjawab jujur.

“Ok, kali ini saya belum bisa menentukan mana yang jujur, tapi saya akan cari tahu semuanya, kalau sampai salah satu diantara kalian berdua bohong, kalian lihat saja kalian akan menerima akibatnya.” Ucap Toni.

“Pa izinin Andre bawa Fia ke rumah kakek ya.” Ucap Andre.

Andre merasa Fia tidak akan pernah mendapatkan pembelaan di rumah ini.

“Ya papa pulang karena papa ingin menyuruh Fia tinggal bersama kakek, kondisi kakek kan lagi tidak baik, jadi papa ingin Fia merawat kakek.” Ucap Toni.

Andre merasa aneh, padahal sebelum dia pergi ke sini kakeknya baik-baik saja, sehat tidak sakit sama sekali.

Akhirnya Fia di bawa ke rumah kakeknya.

Sarah akan menyuruh suaminya untuk membawa Fia kembali ke rumah setelah kondisi baik-baik saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!