bab 9

“Kenapa papa tiba-tiba menggantikan Kardi? apa papa tahu kelakuan pak Kardi ya?” ucap Dilon setelah menghubungi adiknya tadi.

Tanpa Dilon tahu sekarang, adiknya masuk ke rumah sakit karena mamanya.

“Mungkin papa lo sudah tahu kali Lon.” ucap Randi.

Saat ini Dilon sedang bersama randi, orang kepercayaannya. Sekaligus sahabatnya.

“Terus kapan lo mau bawa adik lo keluar dari rumah itu.” tanya randi.

Randi yang sudah mengetahui pun kasihan dengan Fia, dia tidak tega melihat Fia yang diperlukan tidak baik oleh mamanya.

“Secepatnya.” ucap Dilon.

“Gue yakin ni ya Lon kalau papa lo itu sayang sama adik lo.” ucap Randi.

“Ya gue tahu, papa sayang banget sama adik gue tapi omongan papa itu yang bikin aku tidak suka.” ucap Dilon tanpa melihat lawan bicaranya.

“Kenapa dengan ucapan papa lo ?” tanya Randi penasaran.

“omongannya itu pedas banget, nyakitin hati adik gue, gue merasa papa menutupi sesuatu, tapi gue tidak tahu apa itu.” ucap Dilon menerawang.

Dilon teringat kembali saat kata-kata pedas yang papanya keluarkan terhadap adiknya itu.

“Lo tenang aja gue bakalan cari tahu, yang terpenting sekarang, lo fokus sama bisnis dan adik lo” ucap Randi.

Tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

. . .

“Mbak kenapa langsung keluar dari kamar Fia tadi?” tanya Lalita heran sekaligus penasaran

“Mbak takutnya mas Toni tahu semuanya, makannya mas Toni meletakkan tas dan sepatu di ruang kerjanya.” Ucap Sarah yang tebaknya tidak salah.

“Mana mungkin mbak, buktinya mas Toni tidak marah sama mbak.” Ucap Lalita yang tidak percaya.

“Bisa saja tante, om Toni itu sudah tidak sayang sama Fia, makannya om Toni simpan tas dan sepatu itu di ruang kerjanya, mungkin saja om Toni berpikir bahwa Fia akan menjual tas dan sepatu itu, secara tas dan sepatu itu kan mahal harganya kalau di jual pasti akan laku dengan harga yang mahal.” Ucap Raisya menduga-duga.

“Apapun itu untuk saat ini jangan ambil barang Fia dulu, aku takutnya mas Toni curiga dengan kita bahwa selama ini barang Fia selalu kita ambil.” Ucap Sarah kepada adik dan keponakannya.

“Mbak mau kemana?” tanya Lalita yang melihat kakaknya pergi keluar dari kamar tamu atau lebih tepatnya kamar untuk keluarganya jika keluarga Sarah menginap di sana.

Adik Sarah sudah bercerai dengan suaminya karena mamanya dia tidak mau memiliki menantu yang miskin.

“Mbak mau ke kamar Fia, mbak harus peringati Fia agar kejadian tadi tidak dia adukan kepada papanya.” Ucap Sarah.

Sayang Fia sudah di bawa ke rumah sakit tanpa sepengetahuan dirinya.

Sarah telah sampai di kamar Fia dan tidak menemukan Fia di dalam kamarnya, hal itu membuat Sarah cemas dan khawatir, Sarah takut Fia mengadu kepada papanya.

Bisa-bisa dirinya dalam masalah, begitu juga dengan keluarganya. Selain Toni memberikan uang untuk anak dan istrinya, Toni juga memberikan uang untuk mertuanya itu, itulah sebabnya keluarga Sarah hidup enak tanpa harus berpikir keras untuk mendapatkan uang untuk kehidupan mereka sehari-hari.

“Gimana ini mbak? Bisa-bisa Fia mengadu kepada papanya.” Ucap Lalita yang juga cemas dan khawatir.

“Sudah aku akan menghubungi Siti, pasti Siti yang membawa Fia ke rumah sakit.” Ucap Sarah yang mencoba untuk tenang.

Sarah pun menghubungi Siti dan menanyakan di mana keberadaan mereka sekarang.

. . .

“Aduh gimana ini ? Saya takut non Fia kenapa-napa?” tanya bi Siti khawatir.

Di saat perjalanan Fia tidak sadarkan diri, Fia yang tidak lagi sanggup menahan sakit akhirnya pingsan.

“Sudah bibi tenang saja, saya sudah menghubungi pak Toni, sebentar lagi pak Toni akan sampai di rumah sakit.” Ucap Dita.

Bi Siti kembali teringat akan tugas yang di berikan tuanya itu, bi Siti pun langsung mengirimkan video itu kepada tuannya, apalagi tadi Sarah sudah menghubungi dirinya, Siti takut ketahuan oleh Sarah makanya Siti langsung mengirimkan video itu dan langsung menghapusnya.

“Gimana keadaan Fia?” tanya Toni khawatir.

“Kami belum tahu bos, dokternya belum keluar bos.” Ucap Dita kepada Toni.

Di saat mereka sedang bicara, dokter keluar dari ruangan dan memberitahukan keadaan Fia saat ini. Toni terlihat lega karena kondisi Fia baik-baik saja, hanya kakaknya saja yang terluka dan sudah di obati oleh dokter.

Fia juga sudah di perbolehkan pulang hari ini. Setelah mendengar penjelasan dari dokter, Toni, bi Siti dan Dita langsung masuk ke ruangan Fia.

“Fia kamu sudah baik-baik saja kan nak?” tanya Toni khawatir.

“Aku baik-baik saja kok pa.” Ucap Fia dengan tersenyum.

“Siapa yang melakukan ini nak?” tanya Toni kepada anaknya itu.

Fia tidak langsung menjawab, Fia tidak mungkin meberitahukan bahwa yang melakukan hal ini adalah mamanya sendiri. Fia tidak mau ada keributan.

“Fia, Fia mau pulang pa, Fia tidak betah di sini pa.” Ucap Fia mengalihkan pembicaraan.

Toni paham anaknya itu tidak akan memberitahukan siapa yang melakukan ini kepada dirinya. Toni sudah tahu pasti siapa pelakunya. Toni tidak akan memaksa anaknya untuk memberitahukan siapa pelakunya.

“Ya sudah kita pulang ya, Dita kamu urus administrasinya agar anak saya bisa langsung pulang.” Perintah Toni.

Dita langsung mengangguk dan melaksanakan perintah dari bosnya itu. Toni dan bi Siti membantu Fia untuk duduk di kursi rodanya.

Awalnya Fia tidak mau, bagi Fia itu hanya luka kecil, dia bisa berjalan dan tidak memerlukan kursi roda namun Toni tetap memaksa anaknya itu untuk duduk di kursi roda.

Fia pun menurut dan duduk di kursi roda. Setelah membayarkan admistrasi mereka langsung pulang ke rumah.

Di saat mobil yang di kendarai Toni sudah keluar area rumah sakit, Sarah pun baru saja di rumah sakit dan menanyakan di mana Fia di rawat.

Suster itu mengatakan bahwa Fia baru saja keluar dari rumah sakit.

“Aduh mbak gimana ini? Aku yakin pasti mas Toni sudah tahu kalau Fia masuk rumah sakit.” Ucap Lalita yang sedari tadi khawatir nantinya mereka ketahuan.

“Sudah kamu harus bersikap tenang nanti di hadapan mas Toni dan kamu harus bersikap tidak mengetahui apapun, sekarang lebih baik kalian pulang, biar ini menjadi urusan mbak.” Ucap Sarah.

Lalita dan Raisya mengangguk, mereka berpisah di rumah sakit. Sarah buru-buru pulang, Sarah takut nantinya anaknya itu memberitahukan semuanya kepada Toni.

. . .

“Ya sudah sekarang kamu istirahat ya.” Ucap Toni.

Toni juga melihat adanya bercak darah di lantai, Toni yakin itu bercak darah anaknya.

“Benar-benar keterlaluan kamu Sarah.” Ucap Toni yang mengepalkan tangannya.

“Bi tolong bersihkan kamar anak saya.” Ucap Toni kepada bi Siti.

“Baik tuan.” Ucap bi Siti dan langsung keluar kamar Fia untuk mengambil peralatan untuk membersihkan kamar nonanya itu.

“Pa jangan kasih tahu bang Dilon ya pa.” Pinta Fia kepada papanya itu.

“Ya nak, ya sudah kamu istirahat ya sayang.” Ucap Toni lembut.

Rasanya Toni sangat marah dan tidak tega melihat anaknya seperti itu, Toni yang melihat anaknya bersikap biasa dan baik-baik saja.

Toni yakin Fia sudah banyak mengalami tekanan dan di perlakukan tidak baik dan mungkin saja selalu di sakiti oleh keluarga istrinya itu sehingga hal seperti ini sudah biasa bagi Fia. Sehingga dirinya terlihat baik-baik saja.

Di ruang kerjanya Toni benar-benar marah dan melampiaskan kemarahannya.

“Kamu benar-benar keterlaluan Sarah, aku harus secepatnya mengambil tindakan, aku tidak mau anaknya selalu di sakiti.” Ucap Toni penuh tekat.

Toni juga sudah melihat video yang dikirimkan oleh Siti tadi kepada dirinya.

Terpopuler

Comments

JW🦅MA

JW🦅MA

waduh kasihan anak nya siti ya

2024-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!