Episode 5

"Saya tidak tahu, karena dari awal saya sudah diberitahu agar terbiasa." Ucap Felicia jujur.

"Hm, benar juga. Karena kita harus menghadiri banyak event dan sering makan siang bersama juga terkadang dengan klien kamu memang harus terbiasa. Tapi, sepertinya sekarang kamu benar-benar terbiasa sekali ya. Mengingat cara makanmu yang sekarang." Ucap Felix dia ingat saat awal Felicia masih terlihat malu-malu bahkan saat menyuapkan sesuap makanan pun dengan sedikit demi sedikit, tapi sekarang jika mereka hanya makan berdua saja cara makan Felicia terkesan sangat berantakan dan bar-bar.

Felicia tidak menjawab, jika dipikirkan kembali itu memang benar entah sejak kapan dirinya menjadi setidak tahu malu itu saat bersama Felix. Dia benar-benar tidak sadar.

Tapi mendengar Felix berkata seperti itu cukup membuatnya kesal dan malu juga.

Felix tertawa melihat wajah Felicia yang memerah.

Sebenarnya hubungan mereka memang cukup dekat untuk saling bercanda yang terkadang cukup untuk keduanya saling kesal sendiri, apalagi mereka sudah bekerja bersama cukup lama ditambah Felicia yang dari dulu selalu mengutarakan pendapat apapun yang dipikirannya langsung baik tentang hal bagus maupun tidak kepada Felix dan Felix pun jadi seperti itu juga kepada Felicia.

Walaupun bisa dikatakan Felicia sangat jarang mendapat komplain dari Felix.

"Kamu marah ya?" Tanya Felix saat Felicia hanya diam tidak menjawab dia menghentikan tawanya itu.

"Tidak." Ucap Felicia terus berjalan ke arah lift.

Jam pulang akan segera tiba jadi Felicia memutuskan mengumpulkan karyawan via grup chat karyawan setelah sampai di ruangannya saja karena hp nya memang masih di ruangannya.

"Hei, kamu tidak perlu bohong. Mukamu sudah terlihat sangat kesal tuh." Ucap Felix menggoda Felicia yang membuat Felicia tambah kesal saja.

"Sudah saya bilang saya tidak kesal." Ucap Felicia lalu pergi dengan menghentakkan kakinya.

Felix hanya menggeleng, sudah biasa dengan hal ini. Felicia akan tetap mengatakan tidak kesal tapi dari tingkah lakunya sudah terlihat dia sangat kesal.

Jika hubungan mereka tidak cukup dekat Felix mungkin akan memarahi Felicia yang bisa dikatakan tidak sopan itu.

'Kali ini sepertinya marahnya akan cukup lama ya.' Pikir Felix sambil melihat Felicia yang sudah di dalam lift sambil menekan tombol. Tanpa niat menunggunya terlebih dahulu.

3 orang karyawannya yang lewat menyapanya disaat yang bersamaan pintu lift tertutup.

Felix menjawabnya singkat lalu pergi setelah mereka pamit pergi.

Felix juga langsung pergi ke lantai ruangannya berada.

Setelah sampai Felix langsung menuju ruangan Felicia.

"Kamu mau dipecat ya tinggalin saya dengan tidak sopan seperti itu." Ucap Felix yang masuk ke ruangan Felicia tanpa mengetuk terlebih dahulu dan langsung duduk tanpa ditawari.

"Ancam aja terus. Nanti saya keluar benaran baru tau rasa." Ucap Felicia, dia tahu betul Felix tidak akan memecatnya dan jika Felix benar-benar akan memecatnya setidaknya dia akan mencari karyawan baru terlebih dahulu untuk Felicia ajari hal-hal yang wajib diketahui.

Felicia tidak takut dengan ancaman itu lagi, jika itu dulu mungkin dia akan takut dan tidak akan berani menjawab tapi setelah sering mendengar ancaman itu dari Felix akhirnya Felicia sekarang malah biasa saja.

"Kamu benar-benar tidak ada takut-takutnya ke atasan kamu ya." Ucap Felix kesal.

"Ya, bapak duluan yang ngancam akan pecat saya terus dari dulu sih. Kan jadi kebal." Ucap Felicia.

"Dan lagi, ini sudah jam pulang kerja pak jadi sekarang status bapak bukan atasan saya lagi. Jadi, saya duluan ya pak." Ucao Felicia langsung kabur begitu saja.

"Dasar, untung saja kerjanya selama ini bagus." Kesal Felix lalu keluar dari ruangan Felicia dan menuju ke ruangannya sendiri untuk mengambil berkas untuk dirinya bawa pulang saat dia keluar ruangan dia meligat Felicia yang kembali ke lantai ini, padahal dia yakin tadi Felicia sudah turun menggunakan lift.

"Ada apa? Kamu ketinggalan barang?" Tanya Felix.

"Tidak pak, cuma mau bilang ada satu jadwal yang tidak bisa diundur besok. Yang lainnya sudah saya atur jadwalnya." Ucap Felicia memberitahu dirinya.

"Kamu bisa bilang lewat telfon untuk apa lari-lari untuk ke sini lagi." Ucap Felix.

"Saya lupa kunci ruangan saya juga, pak." Ucap Felicia.

"Dasar pikun, masih muda aja pelupa kamu." Ucap Felix.

Mendengar itu Felicia kesal kembali.

"Siapa yang suruh keruangan saya tadi." Lirih Felicia dia merasa jika atasannya tidak ke ruangannya tadi dia tidak mungkin melupakan itu.

"Apa kamu bilang?" Tanya Felix.

"Saya tidak bilang apa-apa, pak." Ucap Felicia berjalan ke depan pintu ruangannya dan mengunci pintu itu.

Felix memicingkan matanya sebentar dia lanjut berjalan ke arah lift meninggalkan Felicia yang masih mengunci pintu.

Melihat Felix yang sudah berjalan terlebih dahulu Felicia menghela nafas.

"Hah, kok bisa aku jatuh cinta ke orang nyebelin begitu." Lirih Felicia lalu segera menyusul Felix sebelum pintu lift itu tertutup setelah dirinya selesai mengunci pintu ruangannya.

Tapi, Felix malah membuatnya kesal setelah melambaikan tangan sambil tersenyum dengan manisnya saat pintu lift tertutup. Felicia tahu ini adalah balas dendam atasannya karena tadi melakukan ini.

Sesampainya di depan pintu setelah tadi dia berlari agar tidak tertinggal justru sia-sia karena pintu itu sudah tertutup.

Duk..

Felicia menendang pintu itu kesal, jangan ditanya lagi tentang kesabaran Felicia ini yang sudah jelas tidak sulit menyulut emosinya.

"Lama banget." Ucap Felicia menunggu pintu lift itu kembali terbuka yang entah kenapa terasa lama sekali.

Akhirnya pintu lift itu terbuka, Felicia segera masuk dan menekan tombol ke lantai satu. Setelah menunggu beberpa saat Felicia pintu lift kembali terbuka Felicia segera keluar sesekali para karyawan yang juga akan pulang menyapa dirinya. Dan dapat dilihatnya Felix yang sedang berbicara dengan salah satu investor dari perusahaan mereka.

Felicia segera berjalan menyapa investor yang cukup akrab dengannya lalu pamit pulang duluan meninggalkan Felix yang terlihat tertekan. Felicia tahu betul atasannya itu bisa dikatakan sama saja dengan karyawan lain yang tidak ingin lembur dan memilih pulang ke rumah mereka secepat mungkin.

Tidak masalah sebenarnya untuk atasannya untuk mengobrol tapi dalam konteks pekerjaan kalau yang dilakukan hanya sekedar basa-basi tentu pria itu akan mencoba menghindar sebaik mungkin.

Felix dapat melihat Felicia yang berjalan menjauh tertawa menertawai dirinya yang terjebak dalam obrolan kosong ini.

Jadi, akhirnya Felix membuat alasan akan mengantar Felicia untuk pulang karena Felicia tidak membawa mobilnya.

"Felicia tunggu." Panggil Felix.

Felicia yang mendengar itu memutar tubuhnya untuk melihat ke belakang.

"Kok cepat pak?" Tanya Felicia

"Kamu berharap aku akan tetap berbicara omong kosong dengannya?"Tanya Felix kesal.

"Iya." Jawab Felicia.

~Bersambung

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

sejauh ini jalan ceritanya oke.
5 like buat kamu. aku bacanya nyicil ya

2024-04-18

0

Rabiatul Addawiyah

Rabiatul Addawiyah

sekretaris yg berani 😁

2024-03-31

0

Eva Risdaniati

Eva Risdaniati

semangat kak, sejauh ini suka sama. jalan cerita ny

2024-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!