Di acara penjamuan para pembisnis tidak hanya membahas halnya bisnis ada juga ajang pamer dari para istri istri sosialita ada pula ajang perjodohan yang membawa masing masing anak dan memperkenalkan pewaris mereka berikutnya.
Saat ini ayah dan anak itu sedang melangkahkan kaki mereka ke tempat dimana sang pewaris Dominic itu sedang berbincang dengan pembisnis lain.
"Wah ada pak handono dan istri, Selamat malam," Ucap Mario bermuka manis.
"Selamat malam juga pak Mario, semakin tua semakin tampan saja anda ini," Ucap pak handono berkelakar.
"Ha ha haaa bisa saja anda ini pak," Ucap pak Mario.
"Oya, tumben Pak Mario datang tidak di dampingi oleh istri?" Tanya Ibu Handono.
"Iya Ibu, kebetulan istri lagi tidak enak badan makannya kali ini yang mendampingi adalah anak gadis saya," Ucap Pak Mario tersenyum manis. " Nah sayang kenalkan ini Pak Handono beserta Ibu Handono," Lanjutnya mengenalkan sang putri dengan suami istri yang ada di depannya.
"Saya Diana, Om dan tante," Ucap Diana memperkenalkan diri dengan wajah dan tingkah laku yang sopan.
"Ohhh, Cantik sekali sama seperti ibunya ya pak Mario?" Sanjung ibu Handono.
"Ha ha ha, ah ibu bisa saja," Ucap pak Mario bangga sedangkan Diana hanya tersenyum manis sambil curi curi pandang terhadap pemuda rupawan yang ada di hadapan pak Handono.
Sang ayah yang tau gerak gerik sang putri langsung sigap menggambil peranannya. Sebelumnya ia sudah memberi kode pada si pelayan untuk mendekat menawarkan minuman kepada mereka. Dan ia senang karena target sudah masuk perangkap.
"Oya, yang ini dengan siapa gerangan?" Tanya pak Mario pura pura tak kenal.
"Ohhh, kenalkan pak Mario ini keponakan saya anak dari sepupu saya," Ucap pak Handono memperkenalkan keponakannya.
"Ahhh yang pewaris Dominic bukan?" Tanya pak Mario.
"Betul tapi lebih tepatnya dia dari muda sudah mendirikan perusahaan sendiri tanpa embel embel nama belakangnya," Ucap pak Handono membanggakan sang keponakan.
"Bagus itu, jaman sekarang jarang ada anak muda yang mau berusaha sendiri tanpa melibatkan nama keluarga kebanyakan seorang anak terima beres dari perusahaan yang sudah di jalankan dari penerus sebelumnya," Ucapnya berusaha carmuk. "Oya, Salam kenal saya rekanan kerja pak Handono. Mario Bastian dan yang di sebelah saya adalah putri saya Diana Bastian dia putri tunggal yang sangat saya sayangi," Lanjutnya sekalian mempromosikan putrinya kepada pemuda rupawan yang ada di depannya.
"Saya Ansel," Ucapnya singkat memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Mario tetapi saat tangan Diana terulur terdengar suara dering telpon. " Maaf Saya angkat telpon dulu, Paman, Bibi. Ansel pamit mau angkat telpon dulu," Lanjutnya sambil berlalu dari hadapan mereka saat mendapatkan anggukan dari pak Handono.
Mario yang wajahnya memerah karena melihat putrinya sengaja di abaikan tidak bisa membendung amarahnya. "Sombong, aku pastikan kau akan bertekuk lutut pada putri ku. Sebentar lagi," Batinya menyeringai.
"S*al*n! Aku belum pernah di permalukan seperti ini, tidak ada seorang laki laki manapun yang bisa menolak pesona seorang Diana, aku pastikan kau akan bertekuk lutut pada ku," Batin Diana marah
"Ha ha haaa, ya begitulah kalo orang sibuk, betul tidak pak Mario," Ucap pak Handono memecah kesunyian sesaat kepergian sang keponakan.
"Ah, iya betul sekali pak Handono, ha ha haaa," Ucapnya kaget karna suara dari pak Handono.
Diana yang bersitatap dengan ibu Handono menampilkan senyum terbaiknya sedangkan ibu Handono tangannya terulur mengusap lembut lengan Diana sambil tersenyum lembut.
"Kalo begitu saya dan putri saya pamit ingin berkeliling kembali," Ucapnya sambil mengandeng tangan Diana.
"Silahkan silahkan, saya dan istri juga ingin mencari cemilan kalo gitu," Ucap pak Handono mempersilahkan pak Mario dan putrinya undur diri.
○●
Di sisi Ansel.
Sebelum dia menerima salaman tangan dengan anak Mario ia sudah memberi kode kepada sang tangan kanan yang ada di pojokan ruangan. Sang tangan kanan yang mengerti kode dari tuannya pun langsung menjalankan perintah.
Setelah menjabat tangan pak Mario, Ansel merasakan getaran pada hpnya, ia melihat sang tangan kanan menghubunginya. Dan karena itu ia terselamatkan.
Bip
Bip
Bip
" Maaf Saya angkat telpon dulu, Paman, Bibi. Ansel pamit mau angkat telpon dulu," Ucapnya sambil berlalu dari hadapan mereka saat mendapatkan anggukan dari pak Handono.
Ansel hanya menempelkan hp pada daun telinganya ia tak berbicara sama sekali pada tangan kanannya, di rasa sudah menjauh dan sedikit tak terlihat ia langsung mematikan telponnya secara sepihak. Sang tangan kanan yang melihat tuannya datang langsung sigap mengambil tempat ada di belakangnya.
"Juno! Apa ada pergerakan," Ucapnya.
"Untuk saat ini tidak ada tuan dan saya pastikan semua aman terkendali," Ucap Juno tegas.
"Jefry?" Tanya Ansel.
"Dia ada di bagian Utara, tuan,"
"Pantau terus, sedikit saja ada yang mencurigakan langsung bertindak," Ucap Ansel dingin sambil tangannya sedari tadi tidak berhenti menghalau rasa panas di tubuhnya.
Juno yang melihat pergerakan tak biasa pada tuannya langsung sigap mengambil obat anti walaupun nanti tak sepenuhnya mereda. Ansel yang mendapat obat dari Juno langsung di telannya.
"Juno kamar nomer berapa yang anak buah mu pesan?" Tanya Ansel sambil menahan panasnya badan.
"299 tuan, mari saya antarkan," Ucap Juno saat ingin melangkah di hentikan oleh Ansel.
"Kau di sini saja, kau siapkan dua pengawal untuk ku!" perintah Ansel sambil berlalu.
Juno memberi kode kepada dua pengawal yang sudah di siapkannya, mereka pun langsung sigap mengikuti sang tuan saat mendapat kode dari sang bos.
Di sisi Diana dan sang ayah.
Mario yang melihat target akan memasuki lift langsung berseru pada Diana.
"Diana, kamu siap siap target sudah memasuki lift, ingat jangan sampai gagal!" Perintahnya.
"Baik pih, Diana pastikan dia akan jatuh dalam pelukan Diana," Ucapnya menyeringai. Lalu ia segera memasuki lift.
□■
Setelah kepergian Tuannya, Juno segera mencari siapa yang ingin mencelakai sang tuan, kali ini ia benar benar kecolongan. Dia memberi perintah pada anak buahnya yang ahli hacker.
"Tomi, retas semua cctv, cari siapa yang sudah berani ingin mencelakai tuan,! Perintah Juno lewat headset ht.
"Baik Bos!"
Tidak berapa lama Juno menerima pesan video cctv yang di kirim Tomi sang hacker. Setelah memeriksa bagian video yang dimana dari awal orang yang di dalam video itu menemui pelayan lalu meminta untuk memasuki sesuatu pada minuman yang akan di berikan kepada sang tuan sampai dimana kejadian tuannya meminum yang sudah di campur obat pe*ang*ang. Lalu ia segera mengirim video itu ke ponsel sang tuan.
Di sisi Ansel masih berada di dalam lift mendengar suara ponselnya menandakan ada pesan masuk. Setelah membuka pesan video dari Juno, aura dari dalam lift sangat mencengkam dua pengawal yang di tugaskan Juno untuk mengawal sang tuan tak berani menatap lurus ke depan pandangan mereka langsung menunduk walaupun sang tuan ada di belakang mereka tanpa melihat pun mereka merasakan aura sang tuan berubah menyeramkan saat menerim pesan masuk. Ansel yang menerima pesan dari Juno belum memutuskan hukuman apa untuk mereka yang sudah lancang menjebak dia, saat ini fokusnya bagaimana cara meredakan panas di tubuhnya obat anti yang selalu di bawa Juno tidak mempan karena mereka memberi obat dengan dosis tinggi.
♤♡◇♧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments