Saat ini kembar sedang ada di kamar mereka, Gino yang merasa bosan binggung ingin melakukan kegiatan apa karena pekerjaan rumah yang ditugaskan oleh guru sudah mereka kerjakan dari 30 menit yang lalu. Gino yang melihat sang kakak tidak bergeming dari tadi seolah punya dunia sendiri merasa penasaran apa yang kakaknya kerjaan ditablet yang dari pagi sampe pulang sekolah tidak lepas dari tangannya.
"Kak, sok sibuk banget sih, ku perhatikan dari berangkat sekolah sampe pulang itu tablet lengket mulu ama tangan apa enggak pegel?" tanya Gino.
Gino yang ingin beranjak dari kasur menghampiri sang kakak pun diurungkan karena Genio sudah mematikan dan menaruh tabletnya dilaci belajarnya sebelum Gino kepo apa yang ada di dalam tablet itu.
"Sudah tidak usah kepo, kita ada waktu istirahat dua jam sebelum kepulangan mommy," ucap Genio sambil beranjak dari kursi untuk ke tempat tidur lalu bersiap untuk kepulau bantal tapi sebelumnya dia sudah mengunci laci meja belajarnya supaya sang adik tidak mengetahui apa yang sedang dia kerjakan.
Gino yang melihat itu hanya mendengus dan merebahkan kembali badan kekasur.
"Hemmm, mencurigakan sebenarnya apa yang sedang dikerjakan kakak sihhh bikin kepo saja," batin Gino sambil melirik sang kakak yang sudah terlelap, akhirnya Gino pun menyusul sang kakak kepulau bantal.
Beberapa jam kemudian mereka sudah rapih dengan pakaian rumahan untuk menyambut kepulangan sang mommy tercinta, sebelumnya mereka sudah membuat cemilan dan minuman segar untuk sang mommy, yang masih tersimpan di kulkas dengan apik.
Clek, suara pintu yang terbuka dari luar. Yashica masuk lalu menutup pintu tidak lupa untuk menguncinya kembali dan mengedarkan pandangannya untuk mencari anak anaknya lalu ia melihat si kembar turun dari tangga untuk menghampirinya untuk salaman dengan sang mommy. Yashica walau sudah lama tinggal di negara orang tetapi ia tidak pernah melewatkan mendidik anak anaknya tentang sopan santun dan tata krama tempat ia lahir dan dibesarkan karena ia masih keturunan darah biru dari sang ibu.
Gino membimbing sang mommy ke tempat duduk sedangkan Genio beralih ke dapur untuk mengambil cemilan dan minuman yang mereka buat sebelum kedatangan sang mommy.
"Pasti hari ini melelahkan ya mom?" tanya Gino sambil memijat bahu mommy. Yashica yang mendapat pertanyaan dari sang anak hanya tersenyum lembut dan mengelus tangan sang anak.
Tak lama Genio tiba di ruang tengah dan meletakkan cemilan dan minuman untuk mommy. Genio menyodorkan minuman dulu karena ia tau pasti mommy kehausan.
"Makasih, Honey," ucap Yashica sambil menerima gelas yang disodorkan sang putra sulung, setelah meneguk beberapa teguk lalu ia letakan di meja kembali.
"Sama sama mom," balas Genio lalu ia fokus memijat tangan sang mommy.
"Sudah honey, sini duduk di samping mommy," ucap Yashica.
Gino yang diminta duduk di samping sang mommy langsung menghentikan pijatannya. setelah melihat kedua anaknya sudah duduk di samping kanan & kirinya lalu ia menggenggam tangan mereka masing masing untuk ditaruh di atas pangkuannya. Yashica melihat wajah putra pertamanya dengan senyuman manis tetapi putranya ini memang selalu berwajah datar walaupun begitu sebagai seorang ibu ia tahu kalo putranya yang satu ini memiliki cinta yang sangat besar untuknya dan sang adik kembar, beralih ke putra keduanya yang dibalas senyuman Gino yang tak kalah manis dari seyuman sang mommy.
Yashica memeluk keduanya untuk meresapi kebersamaan mereka, andai dulu ia memilih menghilangkan dua janin yang tak berdosa, mungkin akan menjadi penyesalannya seumur hidup, saat ini ia bersukur tidak menggugurkannya karena ia telah melahirkan anak kembar yang genius dan sangat menggemaskan yang menjadi penghibur di kala capek pada rutinitasnya seperti sat ini, buat Yashica mereka adalah obat dari segala galanya obat. Karena kehadiran mereka ia tidak merasa hidup dalam kesendirian lagi karena ada penghibur yaitu anak.
"Terima kasih, mommy sayang kalian berdua," ucap Yashica sambil mencium ubun ubun kedua anaknya.
"Seharusnya kami yang bilang makasih sama mommy karena mommy adalah segala galanya untuk kami," balas Genio yang memeluk erat sang mommy.
"Hummm." Gino menganggukan kepala. "Betul yang di bilang kakak mom, jadi kami lebih lebih sayang mommy melebihi diri kita sendiri," lanjut Gino sambil memeluk mommy tak kalah eratnya dari kakak.
"Ya sudah melow melownya mommy harus bersih bersih dulu karena hari sudah mulai petang," ucap Yashica sambil melepas pelukannya dari sang anak. "Makasih ya honey untuk cemilan & minumannya, untuk malam ini gantian mommy yang akan memasak masakan yang lezat untuk kalian," lanjut Yashica sambil beranjak dari duduknya.
"Sama sama mom," ucap keduanya. " Asikkkk, makan enak lagi," seru Gino sedangkan Genio hanya melirik adiknya sambil berlalu ke dapur untuk menaruh piring & gelas kosong untuk dicuci.
...****************...
Setelah jam kantor selesai Ansel bukannya pulang tapi langsung meluncur ke markasnya karna ada sesuatu yang harus ia urus.
Tap tap tap
Suara langkah menggema di seluruh ruangan bernuansa hitam tapi elegant semua mafioso berbaris rapih menyambut sang pemimpin, di ujung barisan sang tangan kanan sudah menunggu. Ansel langsung menuju ruangannya diikuti sang tangan kanan setelah dirasa sang tuan duduk dengan nyaman ia maju di depan Ansel walau terhalang meja.
"Bagaimana transaksi dua hari yang lalu?" tanya Ansel pada sang tangan kanan.
"Semua aman terkendali dan klien dari utara ingin memesan beberapa jenis senjata laras panjang tuan," ucap Jeriko.
"Siapa pemimpinya?" tanya Ansel.
"Tuan Diego," ucapnya.
"Hemmm, pastikan mereka aman dan tidak merugikan pihak kita, Riko!" tegas Ansel. "Bagaimana apa ada berita dari Jerry?" lanjut Ansel bertanya.
"Untuk saat ini belum tuan dan saya pun belum menemukannya tapi saya usahakan segera," yakin Jeriko.
Ansel yang mendengarnya hanya menghela nafasnya.
"Riko, siapkan arena untuk ku!" perintah Ansel pada tangan kanan.
"Siap, saya undur diri tuan," ucap Jeriko sambil berlalu setelah mendapat ijin dari Ansel.
Untuk beberapa saat sebelum menuju arena Ansel masih berdiam diri di kursinya sambil mengusap liontin itu.
"Aku berjanji akan menemukanmu sekalipun keujung dunia," gumam Ansel.
......................
Bukkk
Bukkk
Bukkk
Duakkk
Saat ini sudah ada 19 pengawal yang babak belur karena Ansel meminta Jeriko untuk menyiapkan 20 anak buahnya untuk diajak latihan walaupun ia jarang utuk berlatih tapi untuk kekuatan dan strategi Ansel tidak diragukan lagi, ia meminta Jeriko bersiap siap untuk lawan tanding dengannya setelah ia menumbangkan pengawal yang ke 20.
Jeriko yang melihat anak buahnya yang ke 20 tumbang itu berarti sekarang gilirannya untuk melawan sang tuan. lalu Jeriko bergegas memasuki arena.
"Kau siap Riko," ucap Ansel.
"Siap tuan," jawab lantang Jeriko.
"Anggaplah aku ini musuh mu jadi jangan ada kata sungkan. Kalau kau merasa ada beban lampiaskan seluruh emosi mu, sekarang ini akulah lawan mu," ucap Ansel meyakinkan.
"Kalo begitu saya tidak akan sungkan, saya mulai," ucap Jeriko sambil mengambil ancang ancang.
Ansel merespon dengan anggukan.
Hiattttt
Jeriko mulai berlari menyerang Ansel dengan kekutan penuh.
Beberapa saat kemudian Ansel dan Jeriko masih bertahan di dalam Arena, dua duanya belum ada tanda tanda akan tumbang mereka sama sama kuat walau Jeriko mendapat pukulan berkali kali tetapi tetap berdiri tegak dengan sorot mata yang tajam, sedangkan Ansel hanya mendapatkan pukulan dua kali di wajahnya itu artinya Ansel masih lebih unggul. Beberapa jam kemudian Jeriko yang akhirnya tumbang. Sekarang para anak buah Jeriko berkumpul di depan sang pemimpin tak jauh dari Ansel, Jeriko selalu ada di sampingnya.
"Kekuatan mu sudah cukup bagus, pertahankan Riko," ucap Ansel sambil menepuk bahu sang tangan kanan, setelahnya Ansel menghadap para anak buah Riko yang tadi ditunjuk untuk jadi lawannya diarena.
"Kalian berlatihlah lebih keras dan asah terus kemampuan kalian masing masing, saya tidak bilang kalo kalian lemah tetapi buat saya kekuatan kalian masih kurang dan harus di upgrade kembali begitu pun dengan latihan latihan yang lain. Paham kalian!" ucap Ansel dengan sorot mata yang tajam dan dingin.
Paham!" ucap serentak para mafioso. Mereka langsung membubarkan diri setelah melihat sang tuan dan tangan kanan beranjak dari arena.
Setelah Ansel membersihkan diri di kamar pribadinya khusus di markas, ia langsung pulang tapi tidak pulang ke mansion utama, ia lebih memilih pulang ke apartemen karena hari sudah larut, besok pagi ia harus mengadakan rapat dengan para petinggi, berhubung juga apartemen dekat dengan kantor.
♤♡◇♧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments