Semakin malam acara di ballroom hotel semakin meriah, panitia yang mengadakan acara juga menyewa kamar hotel untuk masing masing kamar.
"Para panitia benar benar total membuat acara kelulusan angkatan kita," Ucap salah satu peserta kelulusan.
"Hummm, Mereka juga menyewa kamar loh, pada mau di ambil gak tuh?" Tanya peserta yang lain.
"Ya, di ambil lah, rugi gak di ambil. Kapan lagi coba nginap di hotel bintang 5," Ucap Mereka.
Sedangkan di meja pojok terdiri dari lima sekawan, Mereka sedang menikmati hidangan yang tersaji di depan mereka.
"Gue denger denger para panitia udah nyiapin kamar buat peserta kelulusan angkatan kita," Ucap Callena.
"Gue yakin sih yang jadi donaturnya gak main main sampai ngeluarin banyak uang buat menyewa kamar buat para peserta," Ucap Alexa.
"Yah, Apa pun itu kita nikmatin aja pesta kelulusan ini," Ucap Yashica. ." Mau kemana Ris?" Tanya Shica saat melihat Tarissa berdiri dari kursinya.
"Mau ke stan es krim, mau nitip apa?" Tanya Tarissa.
"Enggak, Aku ikut. Ada yang mau pada nitip?" Tanya Yashica kepada yang lain sebelum ngikutin Tarissa.
"Boleh lah, Aku nitip es krim juga," Ucap Areta.
"Gue juga, Len loe nitip gak?" Tanya Alexa.
Callena hanya mengangguk karena ia lagi menikmati makanan yang di dapat dari pramusaji.
Yashica dan Tarissa pun melenggang pergi ke stan es krim. Setelah selesai dari stan es krim, mereka beriringan menuju meja tapi tiba tiba ada seseorang yang dengan sengaja menabrakan diri ke samping Yashica alhasil sup itu tumpah di gaun Yashica.
"Sorry sorry, gue gak sengaja, aduh gimana ini, gaun loe kotor," Ucapnya seraya mebersihkan gaun Yashica.
"Eh, gak pa-pa ko. Aku bisa bersihkan sendiri," Ucap Yashica sambil menghalau tangan si penabrak.
"Aduhhh sorry banget, beneran deh gue gak sengaja, apa perlu gue ganti gaun loe," Ucapnya menampilkan wajah penyesalan.
"Gak perlu, paling di bersihkan pake air nodanya hilang kok," Ucap Yashica tersenyum maklum.
Sedangkan Tarissa yang ada di samping Yashica menatap tajam si penabrak yang sengaja menabrakan diri karena tidak ada yang luput dari penglihatan mata tajamnya termasuk dari awal si penabrak sengaja menumpahkan supnya dan menabrak bahu Yashica.
"Mending loe pergi dari sini!" Ucap Tarissa dingin.
Si penabrak yang tidak sadar kalo Tarissa masih di samping Yashica tiba tiba mengkerut karena atmosfir yang di keluarkan Tarissa tidak main main lalu ia pun pergi dari hadapan Yashica. Setelah kepergian si penabrak mereka lanjut ke meja para sahabat.
"Perlu gue temenin ke toilet Ca?" Ucap Tarissa.
"Gak perlu Ris, kayak anak kecil aja," Ucap Yashica sambil berlalu menuju ke toilet.
Tarissa memberi kode pada pengawal wanitanya untuk mengikuti sang sahabat, pengawal yang kebetulan bersitatap pada Tarissa pun mengerti kode yang di berikan sang nona mudanya.
Setelah melihat kepergian pengawalnya baru lah para sahabat mulai kepo.
"Kenapa Ris? Kok Shica kayak buru buru gitu?" Tanya Areta.
"Tadi ada yang sengaja numpahin sup ke gaun Shica," Ucapnya dingin.
"Loe gak nemenin dia, takutnya kenapa napa Shica, Ris!" Ucap Alexa.
"Udah, sama pengawal wanita gue," Ucap Tarissa.
●■
Setelah yakin gaun yang ia pakai bersih dari noda, Yashica keluar dari toilet tetapi ia tidak sadar ada seseorang yang sudah menantinya, Orang itu sudah menyergap Yashica dengan sapu tangan yang di lumuri obat bius, setelah melihat keadaan aman ia membawa tubuh Yashica ke kamar hotel yang di pesan oleh orang suruhannya. Pengawal yang mengawasi Yashica tetap melihat tanpa menimbulkan curiga, tak berapa lama saat orang yang membawa Yashica keluar dari kamar si pengawal bergegas memasuki kamar untuk menyelamatkan Yashica.
"Bip... bip..., tes... tes di sini pengawal 1,"
"Bip... bip..., di terima di sini pengawal 2,"
"Target sudah di tangan,"
"Baik," Pengawal 2 berjalan menuju Tarissa.
Tarissa yang menyadari pengawalnya datang sudah menunggu laporan dari pengawal 1. Pengawal 2 langsung membisikan laporan dari pengawal 1.
"Mau kemana Ris?" Ucap Areta.
"Gue ada urusan sebentar, enggak akan lama," Ucap Tarissa datar.
Tarissa berjalan di belakang pengawal 2 sebagai pengarah jalan. Setelah sampai di lantai darurat Tarissa melihat pengawal 1 dan Yashica yang masih pingsan.
"Ben, Kau bawa dia ke kamar nomor 266 dan kalian berdua ikuti Ben!" Perintah Tarissa, sebelum itu ia memastikan sendiri bawa para pengawalnya membawa Yashica ke kamar yang sudah ia pesan sendiri, setelahnya ia berbalik kembali ke tempat acara.
...****************...
Di hotel yang sama tetapi di lantai yang berbeda, tengah di adakannya perjamuan antar para pembisnis manca negara dan pembisnis lokal di perjamuan itu mereka sedang mencari peruntungan entah dengan cara bersih ataupun kotor. Di salah satu ruangan paling pojok berdiri seseorang berwajah rupawan tetapi beraura dingin datar dan terkesan kejam, ia sedang memindai bermacam macam orang dari berbagai negara dengan mata tajamnya, di belakangnya sang asisten atau tangan kanannya selalu ada tak pernah beranjak.
Sedangkan di sisi ruangan yang lain ada sepasang ayah dan anak sedang berdiskusikan sesuatu.
"Pih, lihatlah tuan Dominic itu, dia selalu menarik perhatian ku tetapi sayang aku tak pernah di liriknya," Ucap sang anak terselip nada bangga sekaligus kekecewaan. Sang ayah yang tak tega melihat sang putri terlihat muram pun berusaha mencari ide agar tuan yang bermarga Dominic itu mau bersama putrinya yang cantik jelita ini. Karena semua orang tahu sebesar apa nama Dominic ini apa lagi kalo bisa masuk ke dalam keluarga Dominic, dirinya dan putrinya akan selalu di sanjung sanjung begitulah pemikirannya.
"Aaah, apa kau menyukainya Sayang?" Tanya sang papih.
"Iya pih, aku tak hanya menyukainya tetapi ingin memilikinya seutuhnya," Ucapnya dengan nada manja. "Tetapi setiap ingin mendekatinya dia selalu memasang tembok tak kasat mata sampai sampai aku tak bisa menggapainya," Lanjutnya murung.
"Hemmm jangan pasang wajah murung mu itu sayang, kau adalah seorang putri Mario Bastian kau tidak pantas memasang wajah kampungan itu! Kalo kau tidak bisa mendapatkannya maka tidak ada wanita manapun yang boleh mendapatkannya, hanya kau sayang yang boleh memilikinya, Paham!" Ucap Mario mendoktrin sang putri.
"Aku paham pih. Tapi dengan cara apa agar aku bisa memilikinya seutuhnya," Ucapnya sambil menatap papihnya.
"Itu biar menjadi urusan papih kamu hanya perlu terima beres," Ucapnya sambil memandang sang anak lalu beberapa detik ia memandang sang target dengan senyuman menyeringai. "Kamu tunggu sini papih pergi sebentar," Lanjutnya lalu ia meninggalkan putrinya sendirian.
Setelah perginya sang papih tiba tiba ada sosok laki laki yang menghampiri putri si Mario itu.
"Hai, Boleh kenalan?" Tanyanya.
"Hemmm boleh," Ucapnya dengan malu malu.
"Aku Martin Fendrik, Kamu?" Tanya Martin.
"Diana Bastian," Ucapnya sambil menerima uluran Martin.
"Nama yang indah seindah orangnya," Ucap Martin dengan senyuman mautnya.
"Terima kasih," Ucap Diana dengan tersenyum malu.
Mereka berlanjut dengan obrolan obrolan random tapi mengasikkan, buat Diana, Martin memang rupawan tetapi tak serupawan Dominic, dia mengikuti alur yang di buat Martin karena rasa bosannya menunggu sang ayah. Diana melihat sang ayah yang berjalan menghampirinya.
"Ini siapa sayang? Papih tinggal sebentar kamu sudah dapat kenalan saja," Ucap Mario tersenyum ramah pada kenalan putrinya.
"Ini Martin Fendrik dan Martin ini papih aku," Ucap Diana sambil mengenalkan mereka.
"Oohh halo tuan, salam kenal. Saya Martin Fendrik," Ucapnya mengenalkan diri.
"Saya Papihnya Diana. Mario Bastian," Ucapnya sambil penerima uluran tangan Martin. "Fendrik? Sepertinya saya tidak asing dengan nama itu?"Lanjutnya bertanya.
"PT Transportasi Fendrik," Ucapnya.
"Owww iyaaa, Kamu apanya Julio Fendrik?" Tanya Mario.
"Saya anak keduanya daddy Julio, Tuan," Ucap Martin.
"Ah, tak perlu formal gitu panggil paman saja biar di dengarnya enak, lagian saya sama daddy mu itu dulu teman dan kebetulan kami satu kampus juga," Ucapnya. " Dan ini kamu sendirian saja tidak di temani siapa siapa?" Lanjutnya bertanya.
"Tidak Paman, kebetulan juga daddy ada perlu di luar dan Saya di tunjuk daddy untuk perwakilan acara penjamuan ini," Ucapnya menjelaskan. "Em, Paman, Diana. Saya pamit dulu mau bertemu dengan kawan lama yang kebetulan baru sampai," Lanjutnya sekalian berpamitan setelah tadi ia meminta tukar nomor telpon dengan Diana.
"Iya silahkan, Saya dan Diana juga ingin berkeliling," Ucap Mario menggiringi kepergian Martin.
♤♡◇♧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments