Tok tok tok...
"Masuk."
"Halo semua,"sapa wanita paruh baya yang masih sangat cantik.
"Mom?" bisik Ansel lirih.
"Halo aunty, selamat siang," sapa balik Neon dan Macario. Damian menganggukkan kepalanya dan Orion hanya tersenyum tipis.
"Wah... Lagi pada kumpul ya?" tanyanya.
"Iya aunty, berhubung kami sudah beberapa bulan tidak bertemu karena kesibukannya Ansel dan ada beberapa hal harus dibahas juga, jadinya kami mampir sekalian temu kangen dengan anak aunty ini," ucap Macario dengan senyum manisnya.
Beberapa saat kemudian, para sahabat Ansel sudah pamit mereka keluar lima menit yang lalu.
Wanita paruh baya yang masih sangat cantik di usianya yang sudah kepala lima dan wanita muda yang masih berdiri di sebelahnya.
"Kebetulan mommy tadi lewat dan sekalian mampir ke sini untuk makan siang, ohhh ya kenalin ini Anya anak teman arisan mommy dan Anya ini Ansel anak kedua aunty," tutur Kiara memperkenalkan Anya.
"Hai salam kenal. Anya," sapa Anya sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga lalu menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
Tetapi Ansel yang diajak salaman hanya acuh tak acuh tak menghiraukan anak dari teman arisan mommynya.
"Memang mommy dari mana?" tanya Ansel yang masih mengacuhkan Anya.
Kiara yang melihatnya merasa tidak enak hati lalu ia mengambil tangan Anya dan membimbingnya untuk duduk di sebelahnya dan Anya menundukkan kepalanya karena malu uluran tangannya tidak ditanggapi.
"Mommy habis dari butik dan kebetulan ketemu Anya dan berhubung butik langganan mommy satu arah dengan kantor mu ya sudah mommy pikir untuk mampir sekalian kita makan siang," ajaknya. "Bagaimana?" sambung Kiara bertanya.
"Maaf mom bukan Ansel menolak, tapi Ansel masih banyak kerjaan yang harus segera diselesaikan," ucap Ansel yang menolak halus ajakan makan siang sang mommy.
Hfuuhhh, Kiara yang tidak ingin memaksa hanya bisa pasrah karena dia tau karakter sang putra 11 12 dengan mertuanya yang tidak bisa dibantah.
"Ya sudah kalau begitu mommy tidak akan memaksa, tapi kamu jangan telat untuk makan siang, ok," ucap Kiara perhatian. "Kalo begitu mommy pergi," sambungnya pamit. "Ayo Anya," ajak Kiara.
Lalu kiara beranjak dari duduknya diikuti Anya berjalan ke arah pintu. Ansel hanya mengantarkan sang mommy sampai pintu, setelah melihat kepergian sang mommy lalu melihat luwis sebentar.
"Luwis, tolong pesankan makan siang," perintah Ansel sambil balik badan untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Baik tuan," ucap Luwis yang langsung bergegas menelpon restoran langganan sang tuan.
Setelah mommy Kiara dan Anya sampai dilobby untuk menunggu mobil jemputan yang terpakir dibasement.
"Maaf ya Anya aunty jadi tidak enak karena sikap Ansel tadi," sesal mommy Kiara.
"Em gak papa kok aunty, Anya maklum," ucap Anya tersenyum sambil menenangkan mommy Kiara padahal sebenarnya dia sedang menahan kesel karna tidak ada seorang pun laki laki yang pernah mengabaikannya baru Ansel seorang makanya ia jadi tertantang untuk menaklukkan Ansel.
"Ya sudah kalo begitu kita makan siang berdua saja," ucap mommy Kiara.
"Ayo aunty," ajak Anya.
Mereka memasuki mobil untuk mencari restoran.
...****************...
High School
Saat ini pelajaran terakhir sedang berlangsung, beberapa saat kemudian terdengar bel berakhirnya mata pelajaran, saat semua murid berbondong bondong untuk keluar kelas hanya ada tiga murid yang masih tertinggal di dalam kelas.
"Ayo kak," ajak Gino beranjak dari kelas yang sudah sepi dari lima menit yang lalu, di saat Gino dan Lucas sudah di ambang pintu Genio masih bergeming tidak beranjak dari duduknya.
Gino yang melihat sang kakak tak beranjak pun hanya menghela nafas, karena Genio masih asik dengan tablet yang ada di tangannya.
10 menit kemudian Genio menaruh tabletnya ke dalam tas dan beranjak dari tempat duduknya berjalan keluar kelas tanpa menghiraukan adik kembarnya dan sahabat yang dari tadi menunggu sambil terkantuk kantuk. Lucas yang sadar pun langsung membangunkan Gino.
"No, bangun woyyy bangun Noooo," teriak Lucas.
"Apaan sih Luc, masih ngantuk nih, ya elah ganggu aja," sebal Gino karena tidur enaknya terganggu.
"Makanya melek itu mata, kita masih di kelas nih apalagi si Nio udah gak ada di kelas lagi," sembur Lucas jengkel.
Seketika mata Gino langsung melek mendengar sang kakak sudah tidak ada di kelas.
"Aiiih kita ditinggal Luc, Ayo," ajak Gino.
Mereka berlarian di sepanjang koridor sekolah yang sudah sepi, Lucas yang pertama melihat kalo Genio duduk di pos satpam.
"No, itu Nio ada di pos satpam," tunjuk Lucas.
"Ayo," ajak Gino menghampiri sang kakak.
Hosh hosh hosh hosh
"Lamban!" cibir Genio sinis.
"Hosh, kau," ucap Gino sambil menunjuk sang kakak sambil mengatur nafas. " Bukan kami yang lamban tapi kau yang meninggalkan kami di dalam kelas tadi bukannya membangunkan kami tapi kau malah acuh," sambung Gino sambil terus mengocehi sang kakak.
"Betul itu," sambung Lucas jengkel.
"Untung kakak kalo bukan sudah ku beri bogem," bisik Gino lirih.
Lucas yang mendengar bisikan lirih Gino menyahut.
"Memang kau berani," bisik Lucas di dekat telinga Gino.
"Tidak," bisik Gino sambil menggelengkan kepala.
Sedangkan si empu yang sedang di omongin tidak memperdulikannya ia lebih fokus dengan tablet yang ada di tangannya.
Beberapa saat kemudian mobil jemputan mereka sudah ada di depan gerbang. Setelah tuan kecil dan si kembar sudah nyaman di dalam mobil, sopir keluarga Mateo langsung mengantarkan kembar langsung pulang ke rumah.
Setelah berjam jam bermacet ria di jalan akhirnya sampai juga mobil yang mengantar pulang si kembar.
"Dahhhh, sampai jumpa," ucap Lucas seraya melambaikan tangannya.
Gino membalas lambaian tangan Lucas, Genio sudah di depan pintu sambil menunggu sang adik, mengunci pagar lalu mereka memasuki rumah yang masih terlihat sepi belum ada tanda tanda sang mommy pulang ke rumah.
"Hahhh hari ini benar benar melelahkan." Gino melemparkan tas dan tubuhnya ke sofa.
"Ino, ganti baju mu dan bantu aku untuk masak makan siang, cepat!" perintah Genio.
"Ooh ayo lah kak, istirahat sebentar napa...? Aku benar benar capek tau," protes Gino.
"Kau masaklah bagian mu dan aku akan masak bagian ku," seru Genio jengkel sambil berlalu memasuki kamar.
"Aiisss, iya iya." mau tak mau rela tak rela Gino beranjak dari sofa empuknya untuk berganti baju, karena kalo sang kakak sudah berkata seperti itu ia tidak bisa makan enak bikinan sang kakak. Sebenarnya dia bisa masak tapi masakannya tak akan seenak buatan sang mommy dan kakak. Dari usia mereka 5 tahun sudah diajarkan mandiri. Yashica terpaksa harus membuat mereka dewasa sebelum waktunya karena dia hanya hidup seorang diri di negara orang apa lagi dia sering meninggalkan kembar untuk bekerja untung saja ada bibi baik hati yang mau membantunya mengasuh si kembar kala itu, ia dan kembar tinggal di flat yang kumuh hanya flat kawasan kumuh yang terbilang murah meriah apa lagi seminggu sekali mereka kebagian jatah sembako kalo tidak ya makanan yang sudah jadi, setelah Yashica mendapat kerjaan yang menjanjikan ia baru bisa menabung sedikit demi sedikit dan sekarang, mereka bisa tinggal dengan nyaman walau rumah minimalis tingkat dua yang penting mereka tidak akan desak desakan lagi, menghirup bau sampah dan mengantri untuk mandi kalo kamar mandi mereka airnya mati dan seringnya mati lampu karena sering telat membayar.
Saat ini si kembar sedang berkutat di dapur, mereka saling bahu membahu kalo yang satu potong potong bahan makanan yang satu potong potong bahan bumbunya, saat ini bahan bahan yang mereka oleh sudah menyatu.
Srengggg, suara perpaduan panci dan spatula.
"Hemmm wanginyaaaa," ucap Gino sudah tak sabar untuk mencicipi masakan sang kakak.
Beberapa saat kemudian makanan lezat sudah terhidang di piring, mereka tinggal menaruhnya di meja makan.
"Ino kau yang bereskan dapur, aku yang cuci peralatan masaknya!" perintah Genio.
Gino yang mendapat perintah sang kakak langsung melaksanakannya tanpa protes. Setelah dirasa semua sudah rapih dan bersih mereka membawa piring masing masing untuk diletakan di meja makan dan siap untuk disantap.
"Ino jangan lupa berdoa!" perintah Genio.
"Amin," ucap si kembar.
Sebelum menyantap makanan yang ada di piringnya Gino meresapi bau lezat buatan sang kakak setelah merasa puas ia memasukan makanan lezat itu ke dalam mulutnya untuk dirasa, wajahnya mengambarkan rasa puas pada citra rasa makanan yang sedang dia rasakan.
"Masakan mu benar benar sempurna dan tak pernah gagal kak," puji Gino pada masakan sang kakak.
Genio yang mendapatkan pujian itu tidak merasa bangga diri karna menurutnya masih lezatan masakan sang mommy.
Setelah selesai makan pun mereka masih membagi tugas ada yang membersihkan meja makan dan ada yang mencuci piring bekas mereka makan. Yeshica benar benar mendidik mereka dengan mandiri tanpa protes dan mengeluh, dia hanya ingin anak anaknya tidak ketergantungan pada orang lain karena buat Yashica itu akan membentuk mereka sebagai laki laki sejati.
♤♡◇♧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Tani
Jangan berhenti menulis thor, saya sudah menantikan karya selanjutnya.
2024-12-06
3