Sementara Helena merasa frustasi dan kesal karena ulah Ethan, sang penyebab dari semua ini justru tertawa bahagia saat mendapat balasan pesannya.
"Dia pasti sedang kesal sekarang, aku bisa merasakan kemarahannya melalui pesan teks ini." Ethan tersenyum dan mengirim lokasi restoran tempat mereka akan bertemu nanti, lalu ia mengambil mantelnya dan bercermin untuk melihat apakah dia masih tampan atau tidak.
"Pakaianku saat ini tidak terlalu bagus, ini terlalu kuno. Aku perlu menggantinya dengan yang lebih baik."
Tidak senang dengan pakaian yang dikenakannya saat ini, Ethan menghubungi Adrian untuk mengirimkan beberapa setelan baru untuknya dan ia juga secara khusus menekankan agar Adrian membawakan setelan baju yang akan meningkatkan pesonanya.
Tidak membutuhkan waktu lama setelah Ethan menghubungi Adrian, sepuluh menit kemudian Adrian kembali dengan membawa paper bag yang berisikan pakaian yang ia pesan.
Dia mengambil tas itu dan melihat-lihat mana yang terbaik untuk dipakai untuk makan malam bersama Helena, setelah berpikir lama untuk memilih di antara lima setelan pakaian yang dibeli Adrian.
Akhirnya, Ethan memilih setelan kaos sweater warna coksu dan dipadupadankan dengan mantel berwarna coklat muda dan celana hitam berbahan katun.
Dia segera melambaikan tangannya agar Adrian keluar dari kantornya dan mulai berganti pakaian begitu tidak ada siapa pun di kantornya.
Setelah berganti pakaian, Ethan kembali bercermin dan mulai merapikan sedikit rambutnya, lalu terakhir menyemprotkan parfum cologne ke leher dan pergelangan tangannya.
Setelah selesai melakukan semua ini, dia langsung pergi ke mobilnya untuk menuju restoran yang telah ia pesan.
Di sisi lain, Helena tidak langsung pergi setelah mendapatkan alamat restoran yang dikirim Ethan. Namun dia memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya sebentar, sebelum akhirnya mau berangkat menuju restoran yang lokasinya dikirimkan oleh Ethan tadi.
Bahkan setelah tahu dirinya akan pergi makan malam bersama Ethan, dia sama sekali tidak repot-repot untuk berganti pakaian atau menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Dia hanya pergi dengan penampilan yang seadanya, tapi untungnya Helena memiliki penampilan yang sangat cantik.
Bahkan jika dia memakai karung sekalipun, itu pasti akan terlihat sebagai pakaian mewah dengan kualitas yang sangat tinggi.
Untuk sampai di restoran tempat mereka berjanji bertemu, Helena membutuhkan waktu sekitar lima belas menit.
Namun, saat dia turun dari mobil sportnya dan berjalan masuk ke restoran, langkahnya langsung terhenti saat melihat banyak hiasan berbentuk hati dan ditambah ketika pelayan mengantarnya ke meja tempat Ethan menunggunya.
Dia mendengar musik biola dan piano yang sedang di mainkan di tengah restoran sehingga menambahkan suasana romantis di dalam restoran.
Tidak peduli bagaimana Helena melihat restoran ini, tempat ini jelas bukan restoran biasa yang ia datangi, melainkan sebuah restoran yang berkhusus untuk pasangan!
' Sebenarnya apa yang dia pikirkan nya? Mengajak ku makan di restoran seperti ini? '
Helena tidak tahu kenapa Ethan mengajak untuk makan malam disini, tapi intinya tidak peduli seberapa enggan nya ia tinggal di restoran ini. Dia tidak punya kesempatan untuk pergi dari sini, karena begitu ia pergi si pria licik Ethan pasti akan mengancamnya dengan barang bukti di TKP orang tuanya.
Helena menghela nafas panjang dan menyisir rambut di depannya ke belakang dengan kesal.
"Kita sudah sampai. "
Perkataan dari sang pelayan yang mengantar nya berhasil membangun Helena dalam pikirannya dan melihat bahwa dirinya memang sudah sampai di meja Ethan sedang duduk saat ini.
Ketika Helena mengucapkan terima kasih kepada sang pelayan dan duduk di hadapan Ethan, matanya langsung menyipit dan berkata dengan nada ketus.
" Aku tidak pernah tahu kalau tuan walikota yang terkenal sangat berbobot, ternyata adalah orang seperti ini. "
" Seperti apa? Aku tidak mengerti maksud mu? " Ethan tersenyum berpura-pura polos sambil menuangkan segelas wine untuk Helena yang marah.
" Jika kau tidak bodoh, kau pasti tahu apa yang ku maksud." Cibir Helena.
" Jangan marah-marah begitu Helen, mari tenangkan dirimu dengan meminum wine ini. Aku sudah membaca review restoran ini dan mengetahui mereka punya anggur yang spesial, ayo kita coba. " Ethan tidak marah saat mendengar cibiran Helena, malahan dia masih tetap tersenyum sambil menyerahkan gelas wine yang sudah ia tuangkan tadi untuk Helena.
Tapi alih-alih mendapatkan sedikit kelembutan Helena, dia justru kembali mendapatkan penolakan dingin dari Helena yang berkata.
" Tolong hentikan semua tindakan tidak berguna seperti ini Tuan walikota. Mari kita bicara langsung ke intinya. Dimana barang bukti itu? "
" Barang bukti itu tidak ada padaku sekarang." Jawab enteng Ethan yang langsung di sambut kemarahan Helena.
"Kau--"
"Jangan marah dulu Helen, yang ku maksud adalah barang bukti itu sedang di bawa Adrian kemari sekarang. " Menyadari Helena salah paham atas hal yang ia maksud, Ethan segera menjelaskan nya.
"Hmph, lalu mengapa kau tidak mengatakan nya sejak tadi? " Kata Helena yang marah.
"Apa itu salah ku? " Ethan menatapnya polos dan tersenyum memanjakan ketika sedang melihat Helena yang marah, lalu kembali melanjutkan perkataannya.
"Baiklah akulah yang salah, jadi ayo makan malam dulu. "
Helena patuh tidak berbicara lagi dan mulai makan yang sudah tersaji di atas meja, semenjak ia duduk di restoran.
Karena Ethan mengetahui Helena tidak menyukai daging steak ia sengaja memesan menu lain khusus untuk nya.
Keduanya makan malam dengan suasana hening, tapi juga tidak terlalu canggung di karenakan penambahan musik romantis yang selalu terdengar di restoran.
Sehingga suasana di antara keduanya justru terlihat seperti pasangan yang sedang berkencan.
Pada saat keduanya selesai makan malam, Andrian tidak kunjung datang, sehingga Helena kehilangan kesabaran lagi dan bertanya pada Ethan, "Kapan sekretaris mu akan tiba?"
"Hmm, tunggu sebentar, akan kucari tahu," kata Ethan sambil mengambil ponselnya untuk memeriksa. Namun setelah memeriksa, ekspresi Ethan tiba-tiba berubah menjadi terkejut.
"Ada apa? Apa sesuatu terjadi pada Adrian?" tanya Helena khawatir melihat ekspresi Ethan.
Namun, yang tidak Helena tahu adalah bahwa ekspresi Ethan menjadi suram mendengar pertanyaan itu, dan dia bertanya dengan nada berbahaya, "Sepertinya kau sangat mengkhawatirkan sekertaris ku. Apa kau menyukainya?"
Helena mengerutkan keningnya dan memelototi Ethan karena dia terlalu banyak berpikir. "Apa yang kau bicarakan? Yang ku khawatirkan bukanlah sekretaris mu, tapi barang bukti di tangannya. Jika benda itu hilang, semua penyelidikan ku akan berantakan."
"Oh, jadi itu masalahnya. Kau tidak perlu khawatir tentang itu," kata Ethan dengan senyum lembut, terlihat dalam suasana yang lebih baik.
"Apa maksudmu?" tanya Helena.
"Maksudku adalah barang bukti itu tidak pernah ada di tangannya," jawab Ethan dengan tenang.
Helena seketika berdiri dan menatap Ethan dengan dingin seraya berkata, "Tolong jelaskan apa maksud perkataan mu tadi?"
Ethan tersenyum dan menyesap wine-nya dengan sikap anggun, lalu berkata kepada Helena, "Aku tidak pernah ingin memberikan barang bukti itu padamu sekarang. Sebelum kau memastikan benda itu benar-benar aman bersamamu. Lagipula, itu satu-satunya petunjuk dari kematian kedua orang tuaku."
Helena: " ! ! ! "
...----------------...
Gift 🌹🌹☕☕ vote 🎟️ LIKE 👍 KOMEN FOLLOW
NO SIDER 🚫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
RJ 💜🐑
penasaran sama protagonis pria lainnya 👍🏻
2024-04-29
1