Helena mengamati mayat mutilasi di depannya dengan seksama, dia mengamati nya dengan hati-hati dan tidak melewatkan sedikitpun celah dari pengamatan nya.
Ketika mata sedang melihat mayat ini, pikirannya mulai menganalisis metode pembunuhan kali ini.
' Bagian kaki dan tangan di potong dengan halus serta punya ukuran yang sama persis, ini tidak terlihat di lakukan dengan kasar tapi di lakukan dengan penuh kehati-hatian seolah sudah memperhitungkan dengan sangat jelas.
Intinya orang yang melakukan ini pasti punya penyakit obsesi kompulsif.
Untuk memotong bagian tubuh ini juga di butuhkan benda berat dan tidak mungkin melakukan pembunuhan disini, karena di sekitar tidak ada saklar listrik yang menopang daya penggunaan benda berat seperti gergaji ataupun mesin pemotong lain.'
Helena berdiri untuk memastikan analisis nya benar atau tidak, ia pergi menyentuh setiap tembok dan benar-benar memastikan bahwa dia tidak menemukan adanya saklar listrik di sekitar.
Setelah itu dia kembali menatap mayat mutilasi ini dan melanjutkan analisis nya.
' Pembunuhan jelas tidak dilakukan disini, apa artinya dia melakukannya di tempat lain dan membawa mayat nya kemari? Tapi jika iya, untuk apa dia melakukan itu? Dengan kesombongan nya tidak mungkin ia melakukan hal ini tanpa alasan.'
Helena melihat sekeliling dan saat berjalan masuk lebih dalam ke Gang, ia bisa mendengar ada suara musik DJ dan beberapa teriak gembira dari arah depan nya.
Ketika ia keluar dari Gang dari sisi jalan lain, dia bisa langsung melihat ada sebuah Klub malam yang ramai akan pengunjung meski hari sudah sangat larut malam.
Melihat keberadaan klub malam ini barulah Helena menyadari niat pembunuh berantai ini sebenarnya.
' Sudah kuduga orang gila ini tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa ada niat baik. Jelas sekali dia meletakkan mayat itu untuk menunjukkan karya nya kepada orang-orang yang melewati gang ini setelah pulang dari klub malam. '
"Dasar Psikopat." Helena tidak bisa menahan diri untuk mengumpat karena tindakan gila dari pembunuh berantai ini.
Dia dengan ekspresi suram berjalan kembali masuk kedalam Gang dan kebetulan saat ia kembali Joshua dengan nafas terengah-engah serta keringat bercucuran di dahi nya juga tiba di sana.
"Kapten kami menemukan kepalanya."
" Lalu dimana kepalanya? Jangan bilang kau tidak membawa nya karena melupakan nya? " Helena menyipitkan matanya dengan berbahaya.
Merasakan aura tekanan besar Helena, Joshua segera dengan panik menjelaskan alasan kenapa dia tidak membawa nya..
"Tidak kapten bukan karena itu alasan aku tidak membawanya...itu karena situasi nya agak rumit."
"Rumit seperti apa? Sudahlah lupakan saja, bawa saja aku kesana, biarkan aku melihatnya sendiri."
Joshua mengangguk dan bergegas mengantar Helena menuju tempat dia menemukan potongan kepala korban.
Tempat Joshua menemukan kepala korban ternyata tidak terlalu jauh dan hanya berjarak sepuluh meter dari lokasi kejadian tempat tubuh sang korban di temukan.
Ketika mereka berdua sampai disana, barulah Helena mengerti mengapa Joshua tidak bisa membawa kepala korban.
Karena situasi di depannya memang agak rumit, kepala korban saat ini dengan sengaja di taruh di antara dua daun besar yang membuat secara sekilas seperti bunga yang mekar..
Di tambah wewangian parfum yang sengaja di semprot di kepala ini meyakinkan mereka, apa yang mereka saat ini bukanlah sebuah kepala melainkan sebuah karya seni gila yang dibuat Psikopat.
Ekspresi Helena benar-benar buruk sekarang, di tambah dengan sebuah tulisan di atas spanduk yang bertuliskan [ Surprise! ] Berwana keemasan menambah rasa kesal di hati nya dan semua orang di sekitarnya.
" Tampak niat Pembunuhan kali ini untuk memberi kejutan untuk kita. " Kata Helena dengan nada sengaja mengejek.
" Kapten apa rencana mu sekarang? " Tanya hati-hati Mia yang berjalan mendekati nya.
"Apa kalian sudah mencari di sekitar? Apa ada hal lain yang kalian temukan selain ini? " Tanya Helena sambil menatap kedua anggota Tim nya.
Joshua dan Mia yang mendengar pertanyaan ini dengan kompak menggeleng kepala, lalu Joshua berkata.
" Kami tidak menemukan hal lain selain ini, aku sudah memeriksa beberapa kali untuk memastikan. "
Helena terdiam dan memejamkan matanya dengan ekspresi lelah, lalu melambaikan tangan kanan nya kepada mereka berdua dan berkata.
" Oke, bereskan TKP dan bawa mayat korban ke kantor Forensik untuk melakukan tes. Dan biarkan beberapa petugas patroli memasang garis polisi di sekitar, pastikan meninggalkan beberapa Agen kita untuk mengawasi daerah ini selama beberapa hari. Dengan kesombongan nya, dia pasti akan kembali untuk mengagumi ekspresi bingung kita. " Setelah mengatakan itu, Helena berbalik pergi meninggalkan Joshua dan Mia yang mulai berurusan seperti yang ia perintahkan.
Helena keluar dari garis polisi dan berjalan masuk kedalam mobil sport hitam, lalu melaju meninggalkan tempat ini.
Di bawah cahaya gemerlap malam kota, mobil sport Helena tiba di tempat parkir dibawah gedung apartemen, tempat tinggal nya.
Dia turun dari mobil ini dan masuk kedalam lift, lalu menekan tombol lantai apartemen nya.
Sambil menunggu lift sampai di tempat tujuan, Helena memejamkan matanya dan kembali mengingatkan semua yang terjadi di TKP tadi.
Jika ada orang yang bisa melihat isi pikiran Helena saat ini mereka pasti akan sangat terkejut, karena di dalam pikiran Helena.
Dia terlihat jelas merekam semua yang terjadi di TKP, bahkan setiap wajah orang-orang yang berkerumun di luar garis polisi saat ia tiba. Dia juga bisa mengingat nya dengan jelas entah itu penampilan ataupun pakaian mereka, bahkan setiap detail yang ada di TKP pikiran Helena dapat dengan menakjubkan merekam nya, seolah otaknya bukan sebuah organ biasa.
Melainkan sebuah kamera yang dapat merekam dengan jelas dan menyimpan nya dengan hati-hati untuk di lihat kapan saja.
Kemampuan fotografis Helena benar-benar sangat luar biasa, bahkan seorang einstein tidak akan bisa menandingi nya.
Mungkin karena inilah, kemampuan observasi Helena juga sangat luar biasa, bak sherlock holmes.
Ding!
Pikiran Helena berhenti dan matanya terbuka, lalu berjalan keluar dari lift pergi ke ruang apartemen nya.
Setibanya di depan pintu apartemen nya, Helena mengeluarkan kunci nya dan membukanya, lalu masuk kedalam yang mana terlihat betapa sederhana nya ruang tempat tinggalnya.
Tidak ada banyak perabotan dan hanya beberapa furnitur penting seperti meja, sofa dan rak buku yang berisikan ratusan buku profesional.
Tempat tinggal Helena begitu sederhana hingga tidak dapat dirasakan ada orang yang telah tinggal di sini selama dua tahun.
Helena pergi ke kamar nya dan sesampainya di sana ia pergi ke lemari, lalu membukanya dan mendorong bagian belakang dalam lemari yang mana di waktu bersamaan sebuah ruang lain terbuka.
Dia tanpa ragu melangkah masuk kedalam ruangan rahasia yang mana di dalamnya terdapat puluhan foto kasus pembunuh berantai yang telah terjadi selama sepuluh tahun belakangan ini.
Semua foto kasus yang tertempel di setiap dinding punya metode pembunuhan yang berbeda, tapi di antara perbedaan ini ada satu kesamaan dari semua kasus yaitu bunga Dahlia yang selalu di temukan di sekitar TKP terjadi.
...----------------...
GIFT 🌹🌹☕☕ VOTE 🎟️ LIKE 👍 KOMEN FOLLOW
NO SIDER 🚫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Adinda
keren ceritanya. novel dengan tema pembunuhan berantai paling saya suka...
2024-06-23
1