Bab 4 : Adapter Tahap Pertama

Tak-tak-tak-tak!

Zombie tersebut berlari dengan cepat ketangga menuju ke arah Arthur dan Evan.

"Mundur," ucap Arthur.

Saat zombie tersebut sudah cukup dekat, Arthur pun langsung mengibaskan sarung bantal yang sudah terisi dengan kaca.

Pruakk!

Zombie tersebut langsung terjatuh terlentang, dan Arthur pun langsung menebas lehernya menggunakan pisau pemotong tulang dengan keras beberapa kali sampai benar-benar terputus.

Cratt! Crattt! Tuss!

Kepala Celina menggelinding di tangga hingga kelantai satu. Evan yang melihat hal tersebut pun tak bisa menahannya lagi dan memuntahkan apa yang ia makan tadi.

Sedangkan Arthur langsung membelah dada zombie tersebut, menemukan sebuah kristal transparan yang dulu dinamai Cristal Shard.

Arthur pun langsung mengambil kristal tersebut dan memasukkannya kedalam tas miliknya.

Tak lama, terdengar suara langkah kaki yang cukup ramai, sepertinya para zombie disekitar sedang berlari kemari. Langsung saja Arthur menyeret Evan yang masih mual, berlari kembali menuju ke kamar sebelumnya.

Tak lama, suara langkah kaki tersebut semakin terdengar jelas. Menandakan mereka sudah semakin dekat. Sambil berlari, Arthur mengambil sebuah botol alkohol dan segera memanjat keatas lagi.

"Hahh-hahh ... Lelah sekali."

"Sudahi lelah mu, dan ambil lampu tidur yang kau bawa."

Evan pun dengan sigap mengambil lampu tidur yang ia bawa kemarin, dan menyerahkannya ke Arthur.

Arthur pun menyalakan lampu, dan menebas baterai yang ada di bagian bawah lampu tersebut. Alhasil baterai tersebut berasap dan bisa meledak kapan saja.

Sesaat kemudian, terdengar suara keras dari bawah mereka, yaitu di kamar. Benar saja, para zombie masuk paksa ke dalam kamar dan berkumpul di balkon, tahu kalau Arthur dan Evan berada di atap.

Arthur yang melihat para zombie berkumpul pun langsung melemparkan botol alkohol ke para zombie sekaligus lampu tidur yang sudah berasap.

Blarrr!

Meskipun tak meledak, lampu tersebut memercikkan sedikit api yang akhirnya membakar para zombie.

Meskipun secara fisik, pendengaran maupun pengelihatan zombie tersebut cukup bagus, namun dia sangat rentan terhadap api. Api menjadi ide yang cukup efektif untuk membunuh zombie.

Namun sesaat kemudian Arthur berteriak pada Evan,

"Menjauh lah!"

Arthur pun menjauh dan tiarap, begitu juga dengan Evan. Tiba-tiba zombie yang terbakar meledak dengan kuat secara bersamaan menyebabkan kamar dan balkon villa benar-benar hancur.

Yah, itu adalah efek buruk dari penggunaan api kepada zombie, memang efektif untuk membunuh, namun zombie akan meledak setelahnya.

Kerugian yang selanjutnya adalah cristal shard yang ada di dalam tubuh zombie akan ikut hancur mengingat cristal shard adalah barang yang cukup berharga saat ini.

Evan yang melihat hal tersebut cukup terkejut,

"D-dia meledak? Bagaimana kamu tahu kalau zombie itu akan meledak?" Ucapnya terkejut.

"Aku melihatnya menggembung dan seperti akan meledak tadi," ucap Arthur beralasan, sebenarnya itu semua adalah informasi yang ia dapatkan dulu.

Arthur pun kembali berbicara,

"Balkon sudah meledak, para zombie tak akan bisa naik kemari, jadi kita akan aman untuk sementara waktu. Aku akan melakukan sesuatu, kau harus menjagaku," ucap Arthur sambil mengeluarkan sebuah Cristal Shard transparan.

Evan yang kebingungan pun hanya mengiyakan ucapan Arthur, mengingat zombie juga tak akan bisa kemari.

Arthur pun segera mencari tempat, dan bersila di sana. Selanjutnya, ia pun menelan cristal shard yang ia miliki secara utuh. Membuat Evan melongo melihatnya.

Sesaat setelah Arthur menelan cristal shard, ia langsung memejamkan mata, terlihat seperti sedang bermeditasi. Pada awalnya, ia terlihat baik-baik saja, namun 10 menit kemudian, hal yang mengerikan terjadi pada Arthur.

Pembuluh darah yang ada di tubuhnya membengkak berwarna hitam hingga timbul, seperti ia akan berubah menjadi seorang zombie. Dilihat dari ekspresi wajah Arthur, ia sepertinya sedang kesakitan, namun tetap fokus.

Evan cukup khawatir akan keadaan Arthur, ia khawatir Arthur akan berubah menjadi seorang zombie karena sekarang pembuluh darahnya benar-benar terlihat menghitam.

Hingga 1 jam kemudian, pembuluh darah Arthur berangsur kembali menjadi normal, Arthur juga mengeluarkan banyak sekali keringat dalam proses tersebut. Tak lama, ia pun membuka mata dengan tatapan puas.

"Hahh ... Bagus, sekarang aku sudah menjadi seorang adapter tahap pertama," ucap Arthur sambil merasakan kekuatan mengalir di tubuhnya.

Menoleh ke arah Evan, ia terlihat bengong, tak mengerti dengan apa yang Arthur katakan.

"Lihat ini ..."

Swoshh! Brakk!

Arthur mengayunkan tinjunya ke arah beton, dan secara mengejutkan, beton yang Arthur pukul terlihat beberapa retakan.

"B-bagaimana kau melakukan hal itu?"

"Kau ingat cristal yang aku makan tadi? Itulah yang membuat kekuatanku seperti ini. Sekarang aku juga tak perlu khawatir akan terinfeksi virus zombie."

"T-tapi bagaimana kau tahu benda itu bisa digunakan seperti itu, kau tadi benar-benar terlihat akan berubah menjadi zombie."

"Emm, rahasia."

"..."

"Sudahlah, itu tak penting, sekarang mari dapatkan satu untukmu, setelah itu ... Baru kita akan pergi dari sini."

Setelah itu, Arthur mengambil sarung bantal yang di dalamnya ada pecahan kaca. Ia pun memukuli sarung tersebut untuk membuat kaca yang ada di dalamnya halus.

"Sebenarnya kau ingin membuat apa dari pecahan kaca itu?"

"Hm? Ini untuk memudahkan berburu zombie. Kau tahukan kalau zombie itu cukup cepat. Sebenarnya ada cara untuk membuat mereka lambat. Yaitu dengan membuat mereka buta.

Jika kita memiliki flash bang mungkin akan lebih bagus, tapi berhubung tak ada, jadi aku akan menggunakan pecahan kaca ini. Apa kau tahu betapa sakitnya jika pecahan kaca yang terlihat seperti serbuk ini masuk ke mata?"

"..."

Evan hanya diam mendengar jawaban Arthur, dia tak tahu Arthur tahu semua itu dari mana, selama wabah zombie terjadi, ia selalu ada di sampingnya, seharusnya informasi yang Arthur dapatkan sama dengan yang ia tahu. Tapi kenyataanya jauh berbeda, Arthur seperti sudah mengetahui wabah zombie ini dengan cukup baik, dia bahkan tahu cara meningkatkan kekuatan dan membangun imunitas.

Hal itu membuat Arthur terlihat seperti pernah hidup di wabah zombie yang sama sebelumnya.

Tak lama, Arthur pun selesai menghaluskan pecahan kaca menjadi sebuah serbuk.

"Baiklah, mari turun kebawah," ucapnya.

Mereka pun turun kebawah, melewati lubang balkon yang sudah meledak itu. Jika pada awalnya Arthur sangat berhati-hati kali ini dengan pedenya ia berjalan di dalam villa tanpa mengendap-endap.

Bukan karena sombong, namun karena ia memang tahu apa yang dia lakukan, setelah menjadi adapter tahap 1, fisik, indra, dan instingnya jauh melampaui manusia bahkan seorang atlet sekalipun.

Jadi ia bisa merasakan jika ada zombie di sekitar dengan menggunakan indra penciumannya. Zombie adalah mayat hidup, tentu memiliki bau busuk yang menyengat, namun terkadang bau tersebut tak dapat di cium karena tempat sekitar yang memang sudah berbau busuk. Seperti Villa ini, yang berbau anyir dari darah busuk, sangat tercium.

Mereka pun terus berjalan dan menuruni tangga, bau busuk semakin tercium. Dan saat mereka tiba di lantai satu, lagi-lagi Evan merinding melihat mayat, daging, darah berserakan dimana-mana sudah seperti sampah.

Namun hal yang dilakukan Arthur selanjutnya benar-benar mengejutkan, dia tiba-tiba berteriak dengan keras sambil menyuruh Evan untuk memojok ke tembok.

Karena teriakan Arthur, tak lama para zombie pun berbondong-bondong berlari ke tempat mereka berada.

"Arthur, kau sudah gila ..." Ucap Evan mendengar langkah kaki zombie yang terdengar rusuh, jauh lebih banyak dari yang pertama tadi.

Sesaat kemudian, satu persatu zombie mulai terlihat. Tak berbasa-basi, Arthur dengan dual knife di tangannya melesat dengan berani ke arah kumpulan para zombie. Melempar kantong yang berisi serbuk kaca ke atas, sehingga serbuk tersebut jatuh ke bawa mengenai para zombie.

Benar saja, setelah mata para zombie terkena serbuk tersebut, mereka menjadi buta dan tak lagi berlari, hanya jalan sempoyongan mengikuti suara yang mereka dengar karena buta.

Melihat hal tersebut membuat Evan terkesan, zombie-zombie tersebut benar-benar menjadi sama seperti yang ada di film-film apocalypse.

Karena para zombie terlihat sudah sangat lambat, Evan juga ikut maju, berniat membantu Arthur. Mendatangi salah satu zombie, Evan menendangnya dengan kuat hingga zombie tersebut terjatuh, dan dengan pisau yang dia bawa Evan menusuk-nusuk leher zombie tersebut dengan hati-hati agar tak sampai terkena gigitan nya.

Darah hitam terciprat bersamaan dengan pisau Evan yang menusuk leher zombie hingga membasahi tangan dan bajunya. Setelah membunuh satu zombie, Evan pun melihat ke arah Arthur sambil berkata,

"Aku juga tak akan kalah darimu."

"..."

Arthur hanya tersenyum mendengarnya.

Wushh! Slashh! Slashh!

Arthur melesat menebas kan pisau pemotong tulang ke arah leher para zombie, jika tadi ia membutuhkan beberapa kali tebasan, sekarang ia hanya butuh sekali tebas untuk memisahkan kepala zombie dari tubuhnya.

Bermandikan cairan darah berwarna hitam, Arthur terus menerus mengayunkan lengannya, bergerak dengan lincah, menghindar dan menyerang dengan sempurna, ia bahkan terlihat seperti sedang menari di tengah-tengah kumpulan zombie sambil bermandikan darah.

Dalam waktu 2 menit, total Arthur sudah membunuh puluhan zombie sedangkan Evan hanya bisa melongo melihatnya. Merasa malu dengan apa yang ia katakan sebelumnya.

"Aku tarik ucapanku tadi ..."

Bersambung>>

Episodes
1 Bab 1 : Bad Ending
2 Bab 2 : Takdir Busuk
3 Bab 3 : Bencana Dimulai
4 Bab 4 : Adapter Tahap Pertama
5 Bab 5 : Zombie Spesial
6 Bab 6 : Kenyataan Pahit
7 Bab 7 : Blood Night Cat
8 Bab 8 : Melanjutkan Perjalanan
9 Bab 9 : Bersikap Baik Bagi Yang Pantas
10 Bab 10 : Tanggung Jawab
11 Bab 11 : Red Death
12 Bab 12 : Pembantaian Sepihak
13 Bab 13 : Pusat Perbelanjaan
14 Bab 14 : Titik Jatuh Umat Manusia
15 Bab 15 : Darah Setengah Zombie
16 Bab 16 : Membuat Markas
17 Bab 17 : Tutorial Selesai
18 Bab 18 : Don't Judge A Book By its Cover
19 Bab 19 : The King's
20 Bab 20 : Diburu?
21 Bab 21 : Poisonous Brown Spider
22 Bab 22 : Terlalu Kuat?
23 Bab 23 : Tak Sadarkan Diri
24 Bab 24 : Evolusi Kai
25 Bab 25 : Bukan Manusia Sempurna
26 Bab 26 : Kesepakatan
27 Bab 27 : Mengambil Alih Red Dragon
28 Bab 28 : Tiba Di Pantai
29 Bab 29 : Giant Steel Crab
30 Bab 30 : Pertahanan Tak Tertembus
31 Bab 31 : Menembus Tahap Kedua
32 Bab 32 : Kemampuan Evan
33 Bab 33 : Sesama Setengah Zombie
34 Bab 34 : You Are Mine
35 Bab 35 : Mountain Cloud
36 Bab 36 : Nathaniel Carter
37 Bab 37 : Mengulik Informasi
38 Bab 38 : Tamu Tak Terduga
39 Bab 39 : Merekrut Dewa Perang
40 Bab 40 : Melatih Anggota Baru
41 Bab 41 : Menyebarkan Berita Palsu
42 Bab 42 : Rencana
43 Bab 43 : Dua Divisi
44 Bab 44 : Makhluk Aneh
45 Bab 45 : Shadow Hound
46 Bab 46 : Insting Bertahan Hidup
47 Bab 47 : Permintaan Evan
48 Bab 48 : Membagi Tim
49 Bab 49 : Seorang Jenius
50 Bab 50 : Kedatangan Nats
51 Bab 51 : Berpisah
52 Bab 52 : Tempat Pelatihan
53 Bab 53 : Perjalanan Evan
54 Bab 54 : Pria Misterius
55 Bab 55 : Mencari Kebenaran
56 Bab 56 : Bimbang
57 Bab 57 : Tujuan Utama
58 Bab 58 : Perkembangan Black Order
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1 : Bad Ending
2
Bab 2 : Takdir Busuk
3
Bab 3 : Bencana Dimulai
4
Bab 4 : Adapter Tahap Pertama
5
Bab 5 : Zombie Spesial
6
Bab 6 : Kenyataan Pahit
7
Bab 7 : Blood Night Cat
8
Bab 8 : Melanjutkan Perjalanan
9
Bab 9 : Bersikap Baik Bagi Yang Pantas
10
Bab 10 : Tanggung Jawab
11
Bab 11 : Red Death
12
Bab 12 : Pembantaian Sepihak
13
Bab 13 : Pusat Perbelanjaan
14
Bab 14 : Titik Jatuh Umat Manusia
15
Bab 15 : Darah Setengah Zombie
16
Bab 16 : Membuat Markas
17
Bab 17 : Tutorial Selesai
18
Bab 18 : Don't Judge A Book By its Cover
19
Bab 19 : The King's
20
Bab 20 : Diburu?
21
Bab 21 : Poisonous Brown Spider
22
Bab 22 : Terlalu Kuat?
23
Bab 23 : Tak Sadarkan Diri
24
Bab 24 : Evolusi Kai
25
Bab 25 : Bukan Manusia Sempurna
26
Bab 26 : Kesepakatan
27
Bab 27 : Mengambil Alih Red Dragon
28
Bab 28 : Tiba Di Pantai
29
Bab 29 : Giant Steel Crab
30
Bab 30 : Pertahanan Tak Tertembus
31
Bab 31 : Menembus Tahap Kedua
32
Bab 32 : Kemampuan Evan
33
Bab 33 : Sesama Setengah Zombie
34
Bab 34 : You Are Mine
35
Bab 35 : Mountain Cloud
36
Bab 36 : Nathaniel Carter
37
Bab 37 : Mengulik Informasi
38
Bab 38 : Tamu Tak Terduga
39
Bab 39 : Merekrut Dewa Perang
40
Bab 40 : Melatih Anggota Baru
41
Bab 41 : Menyebarkan Berita Palsu
42
Bab 42 : Rencana
43
Bab 43 : Dua Divisi
44
Bab 44 : Makhluk Aneh
45
Bab 45 : Shadow Hound
46
Bab 46 : Insting Bertahan Hidup
47
Bab 47 : Permintaan Evan
48
Bab 48 : Membagi Tim
49
Bab 49 : Seorang Jenius
50
Bab 50 : Kedatangan Nats
51
Bab 51 : Berpisah
52
Bab 52 : Tempat Pelatihan
53
Bab 53 : Perjalanan Evan
54
Bab 54 : Pria Misterius
55
Bab 55 : Mencari Kebenaran
56
Bab 56 : Bimbang
57
Bab 57 : Tujuan Utama
58
Bab 58 : Perkembangan Black Order

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!