Bab 2 : Takdir Busuk

Malam hari di suatu villa, tampak cukup banyak orang berpakaian formal seperti jas dan gaun berkumpul ramai. Terlihat seperti sedang mengadakan acara pesta perjamuan.

Mereka saling bertutur kata sambil menikmati segelas minuman beralkohol. Diantara kumpulan orang yang ramai itu, terlihat seorang pria tampan berumur kisaran 20 tahun dengan rambut hitam bak arang, mata biru matang bak langit di sore hari, serta kulit putih bersih diam dengan tatapan kosong, tampak bingung.

Dia pun berjalan pelan keluar dari villa dengan tatapan kosong. Salah seorang menyadari dirinya berjalan keluar pun menghampiri pria tersebut.

"Arthur!"

Saat pria yang bernama Arthur sudah keluar dari villa, ia langsung menatap ke arah langit yang dipenuhi dengan bintang dan mulai memperlihatkan ekspresi muram.

Ia berlari menjauh dari villa yang ada di pegunungan tersebut menuju ke arah tempat sepi.

"Sialannn!"

Buakk!

Arthur berteriak kesal sambil menghantam sebuah pohon didekatnya.

Jari-jarinya terasa sakit, darah mengalir hingga ke lengannya, namun rasa sakit tersebut tak ia hiraukan.

"Kenapa aku bisa kembali lagi!? Bajingan sialan! Perbuatan siapa ini! Kau ingin aku mengulang keputusasaan selama 22 tahun lagi!?"

Arthur berteriak lepas, air mata menetes ke jas formalnya, tak bisa membendung rasa kesal, sedih, dan rasa tak percaya akan apa yang terjadi padanya saat ini.

Mana mungkin ada orang yang rela mengulang kembali kehidupan di neraka yang penuh dengan penderitaan dan terror setiap harinya. Mati dengan tenang jauh lebih baik dibanding merasakan hal itu lagi.

Dari belakang, terlihat sosok pemuda sebaya dengan Arthur, ia memiliki rambut hitam dengan model rambut pendek yaitu buzz cut, model yang cukup populer di tahun tersebut, tampak sangat cocok dengan wajahnya yang terlihat seperti seorang preman.

Ditambah badan besar berotot menjadikan dia cocok dipanggil preman. Namun setiap orang pasti memiliki kekurangan, dan kekurangan pemuda itu adalah tinggi badannya, ia memiliki tinggi badan 172 cm, dibanding Arthur yang memiliki standar tinggi badan normal yaitu 187 cm, pria tersebut terlihat cukup pendek.

Jika itu 30 tahun yang lalu, mungkin tinggi badannya sudah mencapai standar. Namun sekarang manusia jauh berevolusi dengan membuat sebuah makanan sehat namun tetap sangat enak, berbeda dengan puluhan tahun yang lalu, dimana makanan sehat dan bergizi biasanya memiliki rasa yang lebih buruk dibanding makanan yang tak sehat. Jadi dalam kurun waktu itu, standar tinggi manusia melambung jauh.

"Arthur ... Kau baik-baik saja?" Ucapnya pelan.

Arthur yang tersadar akan suara pemuda yang tak asing tersebut pun segera mengusap matanya, lalu berbalik.

"Evan? Sejak kapan kau mengikuti ku?"

Sambil mengelus kepalanya, pemuda bernama Evan tersebut pun menjawab dengan canggung, merasa tak seharusnya ia membuntuti Arthur,

"Aaa ... Tadi aku melihatmu keluar dari villa lalu pergi kemari, apa kau baik-baik saja? Ceritakan saja pada ku jika kau memiliki masalah, kita ini teman bukan?"

Melihat wajah canggung Evan, membuat Arthur menghela nafas, merasa sedikit aneh, pertemuan dirinya dengan sahabat lamanya yang sudah puluhan tahun yang lamanya malah seperti ini. Mungkin Evan menganggap kalau dirinya sering bertemu dengan Arthur, namun berbanding terbalik, Arthur yang baru saja kembali sudah tak bertemu dengan Evan dalam kurun waktu yang sangat lama karena Evan tewas di hari pertama wabah black blood.

"Hahh ... Lupakan saja, tak perlu di pikirkan," ucap Arthur sambil mengambil handphone di sakunya melihat pukul berapa saat ini.

'jam 23.05, tinggal 1 jam lagi hingga satu Januari 2067,' pikirnya sambil melihat handphone.

Melihat Arthur bengong sambil menatap ke arah handphone, membuat Evan sedikit bingung, karena tingkah laku Arthur aneh sekali malam ini.

"Emm, Arthur. Kalau begitu bukankah lebih baik jika kita pergi ke villa lagi? Takutnya ada hewan liar di sekitar sini," tanya Evan memecah keheningan.

"Hewan liar? Baiklah, aku juga punya hal yang harus dilakukan di villa," jawab Arthur.

"Baiklah ... Kau juga harus mengobati luka di tanganmu."

Mereka pun kembali ke villa, dimana orang-orang lain masih bersenang-senang dengan waktunya. Mereka tak tahu, satu jam dari sekarang, semua tawa itu akan berubah menjadi teriakan penuh penderitaan.

'nikmati waktu kalian karena sebentar lagi, kalian tak akan bisa bersenang-senang seperti ini lagi,' batin Arthur melihat orang-orang sekitar, merasa kasihan.

Arthur pun pergi menuju ke arah dapur villa, dimana banyak pelayan dan koki memasak hidangan yang ada di pesta perjamuan.

"Ada keperluan apa tuan muda?" Ucap salah satu pelayan dengan sopan melihat Arthur masuk ke dapur.

Dikarenakan semua orang yang menghadiri pesta perjamuan ini adalah orang yang memiliki nama cukup besar, para pelayan tak berani bertingkah sembarangan bahkan jika Arthur lebih muda, dan tetap bersikap sopan.

"Aku ada keperluan di sini. Apa kamu tahu tempat menyimpan pisau dapur?"

"Eh? Memangnya kenapa ya tuan muda ...?" Tanya pelayan kebingungan.

"Tak perlu tahu, juga tak perlu curiga aku akan melakukan tindak kriminal. Cukup beri tahu dimana tempatnya."

"Ah, iya. Disana tuan, di lemari putih," ucap pelayan tersebut sambil menunjuk ke arah lemari kecil berwarna putih.

Tak ragu, Arthur langsung membuka lemari tersebut dan memperlihatkan cukup banyak jenis pisau dapur. Ada pisau untuk memotong roti, tulang, daging, sayuran, buah dan masih banyak lagi.

Melihat hal tersebut, Arthur pun berdiri dan melihat sekeliling. Kebetulan, ia menemukan tas kertas yang biasa digunakan untuk mewadahi barang saat belanja.

Arthur pun mengambil tas kertas tersebut, dan mengisinya dengan berbagai pisau yang ada di lemari. Setelah mengambil semua pisau, ia pun langsung bergegas menuju ke ruang utama, dimana Evan menunggu.

"Arthur? Kenapa kau belum mengobati tanganmu? Juga apa yang kau bawa itu?"

"Sudahlah ... Luka ini tak seberapa, nanti juga sembuh. Ada hal yang lebih penting dibanding luka ini."

Mendengar ucapan Arthur, Evan semakin tidak mengerti apa yang dia katakan. Namun sebagai sahabat, dia hanya menuruti apa yang Arthur katakan.

Namun, saat Arthur ingin segera pergi ke suatu tempat. Tiba-tiba seorang gadis cantik bergaun biru dengan banyak hiasan kupu-kupu, dan memiliki rambut hitam bak tinta menghampiri mereka berdua.

"Evan, Arthur, apa kalian tidak menikmati pesta ini?" Ucap gadis tersebut.

Mendengar hal tersebut, Evan yang berniat mengikuti Arthur pun terhenti dan berbalik menghadap ke wanita tersebut, begitu juga Arthur.

"Tidak, bukan begitu Celina. Mana mungkin aku tak menikmati pesta ulang tahun teman unversitas sendiri?"

"Syukurlah kalau kau menikmatinya ... Oh iya, acara pemotongan kue akan segera dimulai, jadi jangan pulang dulu yah. Kamu juga Arthur," ucap gadis yang ternyata memiliki nama Celina.

"Ah, iya kamu tenang saja, aku dan Arthur tak akan kemana-mana," jawab Evan menghormati Celina.

"Baiklah, kalau begitu."

Celina pun pergi bersiap-siap untuk pemotongan kue ulang tahunnya. Sedangkan tangan Arthur ditarik oleh Evan mencegahnya pergi kemana-mana.

"Arthur, kita harus menghormati pemilik acara. Setidaknya jangan pergi di waktu-waktu penting seperti ini."

Melihat perilaku sahabatnya tersebut, membuat kepala Arthur pusing. Andai saja dia bisa memberi tahu Evan kalau sebentar lagi bencana akan tiba, namun jika ia mengatakan hal itu, mana mungkin ia percaya.

'sial, ini buruk,' batin Arthur.

Beberapa saat kemudian, seorang wanita yang merupakan pembantu acara berbicara menggunakan mikrofon sehingga semua orang bisa mendengarnya.

"Baiklah para tamu sekalian, karena sudah cukup malam, mari kita mulai pemotongan kue ulang tahunnya."

Sesaat kemudian, sebuah kue setinggi 1 meter dibawa masuk oleh beberapa pembantu. Semua orang yang melihatnya pun bernyanyi lagu selamat ulang tahun untuk Celina sambil bertepuk tangan sesuai dengan irama lagu.

Saat kue sudah di bawa masuk, para pembantu pun mengambilkan pisau pemotong kue ke Celina.

Tiba-tiba....

Bzzzzt! Tap!

Lampu villa mati secara tiba-tiba, semua orang terkejut karena hal itu, kecuali satu orang yang sebelumnya sudah pernah mengalami hal serupa dimasa lalu.

Bersambung>>

Episodes
1 Bab 1 : Bad Ending
2 Bab 2 : Takdir Busuk
3 Bab 3 : Bencana Dimulai
4 Bab 4 : Adapter Tahap Pertama
5 Bab 5 : Zombie Spesial
6 Bab 6 : Kenyataan Pahit
7 Bab 7 : Blood Night Cat
8 Bab 8 : Melanjutkan Perjalanan
9 Bab 9 : Bersikap Baik Bagi Yang Pantas
10 Bab 10 : Tanggung Jawab
11 Bab 11 : Red Death
12 Bab 12 : Pembantaian Sepihak
13 Bab 13 : Pusat Perbelanjaan
14 Bab 14 : Titik Jatuh Umat Manusia
15 Bab 15 : Darah Setengah Zombie
16 Bab 16 : Membuat Markas
17 Bab 17 : Tutorial Selesai
18 Bab 18 : Don't Judge A Book By its Cover
19 Bab 19 : The King's
20 Bab 20 : Diburu?
21 Bab 21 : Poisonous Brown Spider
22 Bab 22 : Terlalu Kuat?
23 Bab 23 : Tak Sadarkan Diri
24 Bab 24 : Evolusi Kai
25 Bab 25 : Bukan Manusia Sempurna
26 Bab 26 : Kesepakatan
27 Bab 27 : Mengambil Alih Red Dragon
28 Bab 28 : Tiba Di Pantai
29 Bab 29 : Giant Steel Crab
30 Bab 30 : Pertahanan Tak Tertembus
31 Bab 31 : Menembus Tahap Kedua
32 Bab 32 : Kemampuan Evan
33 Bab 33 : Sesama Setengah Zombie
34 Bab 34 : You Are Mine
35 Bab 35 : Mountain Cloud
36 Bab 36 : Nathaniel Carter
37 Bab 37 : Mengulik Informasi
38 Bab 38 : Tamu Tak Terduga
39 Bab 39 : Merekrut Dewa Perang
40 Bab 40 : Melatih Anggota Baru
41 Bab 41 : Menyebarkan Berita Palsu
42 Bab 42 : Rencana
43 Bab 43 : Dua Divisi
44 Bab 44 : Makhluk Aneh
45 Bab 45 : Shadow Hound
46 Bab 46 : Insting Bertahan Hidup
47 Bab 47 : Permintaan Evan
48 Bab 48 : Membagi Tim
49 Bab 49 : Seorang Jenius
50 Bab 50 : Kedatangan Nats
51 Bab 51 : Berpisah
52 Bab 52 : Tempat Pelatihan
53 Bab 53 : Perjalanan Evan
54 Bab 54 : Pria Misterius
55 Bab 55 : Mencari Kebenaran
56 Bab 56 : Bimbang
57 Bab 57 : Tujuan Utama
58 Bab 58 : Perkembangan Black Order
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1 : Bad Ending
2
Bab 2 : Takdir Busuk
3
Bab 3 : Bencana Dimulai
4
Bab 4 : Adapter Tahap Pertama
5
Bab 5 : Zombie Spesial
6
Bab 6 : Kenyataan Pahit
7
Bab 7 : Blood Night Cat
8
Bab 8 : Melanjutkan Perjalanan
9
Bab 9 : Bersikap Baik Bagi Yang Pantas
10
Bab 10 : Tanggung Jawab
11
Bab 11 : Red Death
12
Bab 12 : Pembantaian Sepihak
13
Bab 13 : Pusat Perbelanjaan
14
Bab 14 : Titik Jatuh Umat Manusia
15
Bab 15 : Darah Setengah Zombie
16
Bab 16 : Membuat Markas
17
Bab 17 : Tutorial Selesai
18
Bab 18 : Don't Judge A Book By its Cover
19
Bab 19 : The King's
20
Bab 20 : Diburu?
21
Bab 21 : Poisonous Brown Spider
22
Bab 22 : Terlalu Kuat?
23
Bab 23 : Tak Sadarkan Diri
24
Bab 24 : Evolusi Kai
25
Bab 25 : Bukan Manusia Sempurna
26
Bab 26 : Kesepakatan
27
Bab 27 : Mengambil Alih Red Dragon
28
Bab 28 : Tiba Di Pantai
29
Bab 29 : Giant Steel Crab
30
Bab 30 : Pertahanan Tak Tertembus
31
Bab 31 : Menembus Tahap Kedua
32
Bab 32 : Kemampuan Evan
33
Bab 33 : Sesama Setengah Zombie
34
Bab 34 : You Are Mine
35
Bab 35 : Mountain Cloud
36
Bab 36 : Nathaniel Carter
37
Bab 37 : Mengulik Informasi
38
Bab 38 : Tamu Tak Terduga
39
Bab 39 : Merekrut Dewa Perang
40
Bab 40 : Melatih Anggota Baru
41
Bab 41 : Menyebarkan Berita Palsu
42
Bab 42 : Rencana
43
Bab 43 : Dua Divisi
44
Bab 44 : Makhluk Aneh
45
Bab 45 : Shadow Hound
46
Bab 46 : Insting Bertahan Hidup
47
Bab 47 : Permintaan Evan
48
Bab 48 : Membagi Tim
49
Bab 49 : Seorang Jenius
50
Bab 50 : Kedatangan Nats
51
Bab 51 : Berpisah
52
Bab 52 : Tempat Pelatihan
53
Bab 53 : Perjalanan Evan
54
Bab 54 : Pria Misterius
55
Bab 55 : Mencari Kebenaran
56
Bab 56 : Bimbang
57
Bab 57 : Tujuan Utama
58
Bab 58 : Perkembangan Black Order

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!