Bab 3 : Bencana Dimulai

Bzzzzt! Tap!

Lampu villa mati secara tiba-tiba, semua orang bingung dengan apa yang terjadi, sedangkan Arthur sendiri sudah sigap dengan mengeluarkan sebuah pisau pemotong tulang yang memiliki bilah tebal.

"Hei Arthur ... Kenapa lampunya tiba-tiba mati? Apa ini bagian dari pertunjukan pesta?"

"Shhhh! Diam dan ikuti aku, jangan buat banyak suara," ucap Arthur dengan tatapan serius.

Disaat suasana disana cukup ramai, Arthur menyeret tangan Evan menuju ke lantai 2 villa dengan hati-hati dan penuh kewaspadaan.

Saat tiba di lantai 2, Arthur mengambil beberapa barang seperti tas untuk wadah pisaunya agar lebih mudah dibawa, beberapa makanan seperti roti dan botol air mineral dan memasukkan semuanya kedalam tas.

Evan bertanya kepada Arthur, apakah ia ingin mencuri makanan atau bagaimana? Jika ia kelaparan dan membutuhkan makanan tak perlu mencuri dan tinggal ambil saja.

Namun Arthur malah menyuruh Evan diam dengan ekspresi dingin. Meskipun wajah dan tubuh Evan terlihat seperti seorang preman, namun sebenarnya Evan adalah orang yang baik dan penurut. Karena itulah ia terus menuruti apa yang Arthur katakan selama tak terlalu berlebihan.

Setelah itu Arthur pun masuk ke dalam kamar tamu dan mengunci serta mengganjal pintunya menggunakan lemari kecil. Saat Evan semakin merasa kalau hal ini tak benar, tiba-tiba dari lantai 1 terdengar suara teriakan yang sangat keras dan melengking.

Sepertinya telah terjadi sesuatu di bawah. Sesaat, suasana langsung menjadi mencekam dan sangat ramai.

"Cepat! Ambil semua yang diperlukan dan kita akan memanjat ke atap villa!" teriak Arthur pada Evan.

"Eh? Apa yang diperlukan?" ucap Evan masih kebingungan dengan apa yang terjadi di sini.

"Bawa semua yang menurutmu diperlukan!" teriak Arthur sambil tergesa-gesa.

Pyarr!

Evan langsung memecah pintu balkon dan mengumpulkan pecahan kaca tersebut dengan sarung bantal. Setelah itu, ia pun kebalkon dan memanjat ke atas atap. Mencari tempat yang bisa ia gunakan sebagai tempat berlindung dari tahap awal virus Black blood menyebar.

Untungnya, setelah mencari ada sepetak atap yang tak bergenteng. Arthur pun langsung meletakkan semua barang yang ia bawa di sana dan kembali ke bawah sambil membawa sebuah pisau, menghampiri Evan.

"Hei Evan! Cepat kemari lah!" panggil Arthur dari atas sambil melihat ke arah balkon.

Sesaat, terlihat Evan yang sudah membawa cukup banyak barang yang ia karungi menggunakan sprei kasur.

"Baiklah ... Tapi tolong angkat ini keatas dulu."

Arthur pun menarik karung sprei yang Evan bawa ke atas atap.

'berat, apa saja yang dia masukkan ke sini?' batin Arthur.

Setelah Arthur mengangkat barang-barang tersebut, Evan pun berniat memanjat ke atas atap namun, sebelum ia memanjat, Evan melihat banyak orang yang berteriak sambil berlarian keluar villa, dia pun bertanya-tanya dibenaknya,

'apa yang sebenarnya terjadi!'

Namun sesaat kemudian rasa penasarannya itu terjawab, orang-orang yang berlarian ke luar, dikejar oleh beberapa orang yang berlari dengan cara aneh, namun sangat cepat hingga bisa menyusul yang lainnya.

Saat tersusul, sekelompok orang yang berlari dengan cara aneh itu pun melompat, menjatuhkan salah seorang lainnya. Setelah itu hal yang tak ia duga terjadi, orang tersebut memakan orang yang ditimpanya hidup-hidup.

"Hei! Apa yang kau lihat, cepat ke naik ke atas!" ujar Arthur yang sudah mengulurkan tangannya dari tadi.

Tak memikirkan apapun lagi, Evan pun menggapai tangan Arthur dan memanjat ke atas atap. Mereka berdua pun tinggal di atas atap sambil di terror oleh teriakan-teriakan keras yang dikeluarkan oleh orang-orang yang akan kehilangan nyawanya.

Evan cukup shock, hal itulah terlihat jelas di wajahnya. Ia bahkan hanya diam tak mengatakan apa-apa sambil menatap ke bawah. Arthur juga tak bisa melakukan apa-apa dengan hal itu. Cepat atau tidak, Evan harus terbiasa mendengar hal semacam itu.

Jika ia tak bisa terbiasa, maka ia memang tak layak hidup di dunia yang penuh darah penderitaan ini!

Setelah beberapa saat, akhirnya Arthur pun membuka mulutnya, dan berbicara dengan santai,

"Hei, istirahatlah. Tenangkan dirimu dan persiapkan diri untuk hari esok. Dunia yang selama ini kau tahu akan sepenuhnya berbeda mulai besok pagi."

Mendengar ucapan Arthur, Evan perlahan bergerak, membuka barang-barang yang ia bawa. Arthur terkejut karena Evan membawa bantal, guling, lampu tidur, bahkan sendal, alat untuk membersihkan diri seperti sikat gigi dan sabun, lebih aneh lagi ia membawa 5 set pakaian tidur yang ada di kamar tamu, tak lupa juga handuk.

"..."

"Kau ini ... Apa kau kira kita kemari untuk berkemah atau semacamnya? Juga kenapa kau membawa sikat gigi dan sabun? di atas sini saja tak ada air."

"I-itu ..."

"Hahhh ... buang semua itu besok, sekarang tidurlah. Setidaknya kita bisa tenang karena mereka tak akan bisa memanjat kemari untuk sementara waktu."

...

Keesokan paginya.

Arthur terbangun, melihat Evan yang tidur pulas dengan menggunakan bantal, guling, serta selimut yang ia bawa keatas.

'ho, ternyata dia masih bisa tertidur pulas seperti itu setelah kejadian kemarin malam,' batin Arthur lega, karena sahabatnya itu beradaptasi cukup cepat.

Teriakan orang-orang yang ada di villa juga sudah tak terdengar 2 jam setelah mereka ke atas. Mungkin setelah itu baru Evan bisa tidur dengan pulas.

"Hei, bangun ..." Ucap Arthur sambil menggoyang tubuh Evan.

Evan pun terbangun dengan mata merah, normalnya orang bangun tidur. Sambil mengusap matanya yang sedikit berair, Evan berkata pada Arthur,

"Jadi ini bukan sekedar mimpi ya ..." Ucap Evan melihat pemandangan pegunungan yang cukup indah, namun dibawah mereka terlihat banyak orang yang sepenuhnya telah bermutasi.

Kulit mereka sepenuhnya berubah menjadi warna hitam, seperti ditato hitam di seluruh badan bahkan mata sekalipun. Sudah tak terlihat seperti manusia lagi.

"Sebenarnya mereka itu apa?" Tanya Evan pada Arthur.

"Seperti yang kau lihat, mereka berubah menjadi zombie. Jangan samakan mereka dengan zombie yang ada di film-film itu. Mereka jauh lebih kuat, cepat, dan berbahaya."

"Pastikan kau tak terkena gigitan mereka. Jika tidak, kau akan berubah menjadi seperti itu juga," jawab Arthur.

"Ya." Jawab singkat Evan.

Setelah itu, Arthur memberikan sebungkus roti dan botol minum kepada Evan, tak lupa memberinya sebuah pisau.

Tanpa bertanya, Evan sudah tahu untuk apa pisau tersebut, namun ia masih tak bisa membayangkan menusuk makhluk yang masih mirip manusia itu.

Setelah memakan sebungkus roti dan sebotol air minum, mereka pun bergegas menuju ke bawah untuk mengecek keadaan di bawah setelah membawa persediaan yang dibutuhkan, Arthur juga membawa pecahan kaca yang ia masukkan ke sarung bantal.

Sebenarnya lebih aman jika mereka tetap di atas, namun hanya untuk sesaat sebelum mereka kehabisan makanan dan minuman.

Setelah mereka turun ke balkon, mereka mengendap-endap mengecek kedalam kamar. Setelah memastikan tak ada zombie di dalam, Arthur pun menempelkan telinganya ke pintu kamar, mengecek apakah di luar ada zombie.

"Gimana Arthur?" bisik Evan.

"Sepertinya tidak ada," jawab Arthur pelan.

Secara perlahan, mereka pun mengangkat lemari kecil yang mengganjal pintu, setelah itu baru mereka keluar dari kamar. Villa benar-benar menjadi gelap. Listrik mati dan tak ada cahaya yang masuk.

Saat mereka berniat berjalan kebawah, mereka melihat seorang zombie wanita yang familiar, yakni Celina yang tengah memakan tubuh seseorang.

"Ughk!"

Tiba-tiba Evan merasa sangat mual, karena disekitar Celina ada begitu banyak orang yang mati dengan cara yang mengenaskan, serta darah dimana-mana.

"Hei, jangan berisik. Mereka sangat sensitif dengan suara ..." bisik Arthur berbalik menghadap Evan.

Namun saat Arthur melihat wajah Evan, dia terlihat seperti ketakutan. Arthur pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah Cecilia dengan cepat, dan benar saja ...

Dia sudah menatap tajam dengan wajah yang penuh darah serta mulut yang terus mengeluarkan air liur.

'ini buruk.'

Bersambung>>

Episodes
1 Bab 1 : Bad Ending
2 Bab 2 : Takdir Busuk
3 Bab 3 : Bencana Dimulai
4 Bab 4 : Adapter Tahap Pertama
5 Bab 5 : Zombie Spesial
6 Bab 6 : Kenyataan Pahit
7 Bab 7 : Blood Night Cat
8 Bab 8 : Melanjutkan Perjalanan
9 Bab 9 : Bersikap Baik Bagi Yang Pantas
10 Bab 10 : Tanggung Jawab
11 Bab 11 : Red Death
12 Bab 12 : Pembantaian Sepihak
13 Bab 13 : Pusat Perbelanjaan
14 Bab 14 : Titik Jatuh Umat Manusia
15 Bab 15 : Darah Setengah Zombie
16 Bab 16 : Membuat Markas
17 Bab 17 : Tutorial Selesai
18 Bab 18 : Don't Judge A Book By its Cover
19 Bab 19 : The King's
20 Bab 20 : Diburu?
21 Bab 21 : Poisonous Brown Spider
22 Bab 22 : Terlalu Kuat?
23 Bab 23 : Tak Sadarkan Diri
24 Bab 24 : Evolusi Kai
25 Bab 25 : Bukan Manusia Sempurna
26 Bab 26 : Kesepakatan
27 Bab 27 : Mengambil Alih Red Dragon
28 Bab 28 : Tiba Di Pantai
29 Bab 29 : Giant Steel Crab
30 Bab 30 : Pertahanan Tak Tertembus
31 Bab 31 : Menembus Tahap Kedua
32 Bab 32 : Kemampuan Evan
33 Bab 33 : Sesama Setengah Zombie
34 Bab 34 : You Are Mine
35 Bab 35 : Mountain Cloud
36 Bab 36 : Nathaniel Carter
37 Bab 37 : Mengulik Informasi
38 Bab 38 : Tamu Tak Terduga
39 Bab 39 : Merekrut Dewa Perang
40 Bab 40 : Melatih Anggota Baru
41 Bab 41 : Menyebarkan Berita Palsu
42 Bab 42 : Rencana
43 Bab 43 : Dua Divisi
44 Bab 44 : Makhluk Aneh
45 Bab 45 : Shadow Hound
46 Bab 46 : Insting Bertahan Hidup
47 Bab 47 : Permintaan Evan
48 Bab 48 : Membagi Tim
49 Bab 49 : Seorang Jenius
50 Bab 50 : Kedatangan Nats
51 Bab 51 : Berpisah
52 Bab 52 : Tempat Pelatihan
53 Bab 53 : Perjalanan Evan
54 Bab 54 : Pria Misterius
55 Bab 55 : Mencari Kebenaran
56 Bab 56 : Bimbang
57 Bab 57 : Tujuan Utama
58 Bab 58 : Perkembangan Black Order
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1 : Bad Ending
2
Bab 2 : Takdir Busuk
3
Bab 3 : Bencana Dimulai
4
Bab 4 : Adapter Tahap Pertama
5
Bab 5 : Zombie Spesial
6
Bab 6 : Kenyataan Pahit
7
Bab 7 : Blood Night Cat
8
Bab 8 : Melanjutkan Perjalanan
9
Bab 9 : Bersikap Baik Bagi Yang Pantas
10
Bab 10 : Tanggung Jawab
11
Bab 11 : Red Death
12
Bab 12 : Pembantaian Sepihak
13
Bab 13 : Pusat Perbelanjaan
14
Bab 14 : Titik Jatuh Umat Manusia
15
Bab 15 : Darah Setengah Zombie
16
Bab 16 : Membuat Markas
17
Bab 17 : Tutorial Selesai
18
Bab 18 : Don't Judge A Book By its Cover
19
Bab 19 : The King's
20
Bab 20 : Diburu?
21
Bab 21 : Poisonous Brown Spider
22
Bab 22 : Terlalu Kuat?
23
Bab 23 : Tak Sadarkan Diri
24
Bab 24 : Evolusi Kai
25
Bab 25 : Bukan Manusia Sempurna
26
Bab 26 : Kesepakatan
27
Bab 27 : Mengambil Alih Red Dragon
28
Bab 28 : Tiba Di Pantai
29
Bab 29 : Giant Steel Crab
30
Bab 30 : Pertahanan Tak Tertembus
31
Bab 31 : Menembus Tahap Kedua
32
Bab 32 : Kemampuan Evan
33
Bab 33 : Sesama Setengah Zombie
34
Bab 34 : You Are Mine
35
Bab 35 : Mountain Cloud
36
Bab 36 : Nathaniel Carter
37
Bab 37 : Mengulik Informasi
38
Bab 38 : Tamu Tak Terduga
39
Bab 39 : Merekrut Dewa Perang
40
Bab 40 : Melatih Anggota Baru
41
Bab 41 : Menyebarkan Berita Palsu
42
Bab 42 : Rencana
43
Bab 43 : Dua Divisi
44
Bab 44 : Makhluk Aneh
45
Bab 45 : Shadow Hound
46
Bab 46 : Insting Bertahan Hidup
47
Bab 47 : Permintaan Evan
48
Bab 48 : Membagi Tim
49
Bab 49 : Seorang Jenius
50
Bab 50 : Kedatangan Nats
51
Bab 51 : Berpisah
52
Bab 52 : Tempat Pelatihan
53
Bab 53 : Perjalanan Evan
54
Bab 54 : Pria Misterius
55
Bab 55 : Mencari Kebenaran
56
Bab 56 : Bimbang
57
Bab 57 : Tujuan Utama
58
Bab 58 : Perkembangan Black Order

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!