Mobil sport berhenti di halaman sebuah mansion mewah. Gia tidak menyangka jika Arnold benar-benar mengajaknya menemui ibunya di mansion keluarga mereka. Memang Gia dulu tidak tinggal di mansion ini, tetapi Tante Dira atau Arnold atau terkadang Julian menjemputnya untuk makan malam di sini.
"Apa kabar Sayang? Darimana saja kamu sampai tidak pernah mengunjungi atau menelpon Tante?" Tante Dira menghampiri Gia, memeluknya sebentar lalu mencium pipinya.
Dira memang sengaja melakukan itu karena dia ingin menghindari Arnold. Dia harus sadar dimana posisinya.
"Bagaimana keadaanmu? Apa masih ada yang sakit?" tanya Tante Dira lagi.
"Kabarku baik Tante, aku sudah sembuh total. Semuanya berkat Tante. Bagaimana kabar Tante?"
"Seperti yang kamu lihat. Duduklah, kita makan malam bersama." Gia pun duduk di salah satu kursi yang tersedia. Gia sangat diterima di keluarga ini.
"Dimana Om Jeffrey?"
"Dia masih di Maroko, Minggu depan baru akan kembali."
"Gia?!! Apa ini kamu?!! Aku mengenali suaramu!!! Astaga ... Kamu cantik sekali." Julian si bungsu muncul lalu bergegas menghampiri Gia, memandangi wajahnya beberapa saat kemudian memeluknya. "Dulu terakhir kita bertemu wajahmu masih bengkak-bengkak bekas operasi. Tidak menyangka ternyata kamu secantik ini," ucapnya sembari melepas pelukan mereka. Wajah Gia bersemu seketika mendengar kata-kata Julian. "Aku pasti menjadikan kamu pacarku kalau kak Arnold tidak naksir kamu lebih dulu. Ups ... !!!"
Saat bersama Gia karakter kakak beradik ini seperti tertukar. Julian yang biasanya pendiam jadi sangat banyak bicara dan sering menggoda Gia, sementara Arnold menjadi dingin dan kaku padahal biasanya dia lah yang rajin merayu wanita.
"Aku ganti baju dulu, kalian bisa makan duluan," ucap Arnold salah tingkah. Biasanya dia yang mengerjai adiknya tetapi saat ada Gia, dirinya lah yang dikerjai habis-habisan oleh Julian.
"Aku senang melihat kakak salah tingkah seperti itu Gia. Jarang-jarang bisa melihat dia begitu," ucap Julian tertawa puas. Lalu mereka bertiga mulai makan.
"Bagaimana kalian tadi bertemu?" tanya Tante Dira begitu Arnold kembali bergabung di meja makan.
"Dia bekerja di Be Beauty Mom, tadi aku kesana untuk mensurvey perusahaan itu seperti yang mommy perintahkan."
"Oh ... Bagaimana hasilnya?"
"Entahlah, aku belum memutuskannya. Sebenarnya perusahaan itu cukup bagus. Produk-produk mereka juga sudah di kenal masyarakat luas. Hanya saja aku ragu dengan SDM yang mengelola perusahaan itu. Beberapa orang di perusahaan itu memiliki attitude yang kurang bagus, menurutku. Penjualan mereka juga terus menurun dalam setahun ini."
Arnold dibesarkan oleh Dira dengan didikan kuat tentang pembullyan karena dulu Dira adalah korban bullying. Dan tadi yang Arnold lihat di Be Beauty adalah Dira sedang di bully oleh atasannya, sementara yang lain hanya diam saja.
"Apa benar begitu, Gia?"
"Ya .. Begitulah Tante."
Julian sejak tadi memperhatikan kakaknya terus mencuri-curi pandang ke arah Gia dan itu membuatnya iseng ingin menggangunya.
"Gia, apa kau tahu kenapa kak Arnold mabuk hingga menabrakmu malam itu?" sela Julian mengalihkan topik pembicaraan. Sepertinya dia tidak ingin membiarkan kakaknya makan dengan tenang.
"Diam kau anak manja!" ucap Arnold dingin tetapi wajahnya memerah.
"Dia sedang patah hati. Bayangkan Gia, seorang playboy mabuk karena patah hati. Mana ada playboy seperti itu?! Sepertinya kakakku tidak pantas menyandang predikat itu," ucap Julian disertai tawa.
"Kamu serius? Benarkah itu Tante?" menoleh ke arah Dira.
"Kamu bisa tanya orangnya sendiri langsung, tuh ada di sampingmu." menunjuk Arnold dengan lirikan matanya. "Itulah alasan kenapa setelah kecelakaan itu dia tidak bisa langsung menemuimu. Waktu itu Tante mengatakan kepadamu kalau dia sedang ada urusan, tidak mungkin kan Tante bilang kalau dia sedang patah hati?" Meledaklah tawa Julian dan Gia bersamaan.
"Astaga, mana ada playboy mabuk karena patah hati?!" ucap Gia terkekeh bersama Julian. Sebenarnya Arnold kesal tetapi dalam hatinya dia bahagia bisa melihat Gia tertawa lepas seperti ini.
"Masa jam sebelas malam sudah mabuk? Setidaknya tunggulah sampai jam dua pagi kak, itu lebih bisa diterima nalar." Masih tertawa hingga keluar air mata.
"Sudah Julian, jangan ganggu kakakmu terus!" ucap Dira agar si bungsu berhenti mengganggu kakaknya. "Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan perusahaan itu? Kalau dibiarkan saja tidak ada tambahan dana perusahaan itu bisa bangkrut. Sayang kan? Tidak mudah merintis perusahaan hingga menjadi sebesar itu," ujar Dira kembali kepada Arnold.
"Aku akan beli perusahaan itu, biar Gia yang mengelolanya nanti," ucap Arnold dengan entengnya. Gia sampai tersedak mendengarnya.
"Wow, kakak pasti sangat menyukaimu Gia. Dia sampai ingin membelikan kamu sebuah perusahaan," bisik Julian di telinga Gia tetapi masih bisa di dengar semua orang.
"Apa tidak kamu lamar Gia sekalian Kak? Nanti kalau dia pergi lagi kakak pusing sendiri." Julian tergelak dengan cara kata-katanya sendiri, sementara Arnold menatapnya seperti ingin memakannya hidup-hidup. Dulu mungkin Arnold akan segera menjitak kepala adiknya itu, tetapi sekarang mereka sudah sama-sama dewasa dan Julian sudah bisa melawan.
"Urus saja urusanmu sendiri anak manja!"
"Tinggallah di sini Gia, rumah ini terasa sepi karena anak-anak Tante yang nakal-nakal ini sekarang jarang pulang. Tante sering kesepian. Atau kamu mau kembali ke rumah lama juga boleh. Tante malah senang."
"Eh ... Itu ... " Gia tidak bisa menjawab.
"Kalau Gia menikah dengan kakak pasti dia tinggal di sini Mom. Karena itu suruh mereka menikah!" celetuk Julian membuat wajah Gia dan Arnold merah bersamaan.
...* * *...
Kabar mengena Gia yang ternyata mengenal Arnold Vinson langsung menyebar dengan cepat. Hampir semua orang membicarakan kedekatan Gia dengan keluarga Vinson yang kaya raya. Setiap kali ada pegawai yang bergerombol pasti mereka sedang membicarakan Gia. Erika yang tengah berjalan melewati mereka sampai gerah mendengarnya.
"Urus saja pekerjaan kalian! Jangan bergosip di kantor!" teriaknya membubarkan gerombolan pegawai yang sedang bergosip. Kesal sekali perasannya.
Jam kerja dimulai jam delapan dan ini masih kurang sepuluh menit. Sebenarnya tidak masalah jika para pegawai ini berkerumun dan menggosip karena memang tidak menggangu jam kerja mereka. Tetapi Erika tidak suka melihatnya. Dia tidak suka orang-orang ini terus menyebut nama Gia dan betapa mereka kagum dengan Gia padahal sebelumnya mereka terus membicarakan keburukan Gia.
"Aku sih tidak heran, selama masih ada susuk dan guna-guna semuanya mungkin! Laki-laki tampan dan kaya raya biasanya mengencani artis, model atau sosialita kelas atas. Tetapi dia justru memilih gadis biasa saja dan tidak punya kelebihan apa-apa. Itu sungguh tidak masuk akal!" ujar Erika dengan gusar. Dia kembali menyebar fitnah tentang Gia karena merasa tidak terima Gia selalu lebih beruntung dari dirinya, dalam hal apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
sihat dan kaya
busuk betul hati... sampai bernanah berdarah hati tu membusuk si Erika ni...
2024-08-15
0
Rihan Jamaien
huh dasar mak lampir
2024-06-11
0
Morna Simanungkalit
Erika yang sombong dan angkuh kamu akan kena batunya tunggu .......
2024-06-09
0