"Oh ... Kami akan mengantarkan anda Tuan, dia pegawai di divisi pemasaran, ada di lantai tiga."
Tanpa menunggu lama, Arnold segera berjalan menuju lift dan turun di lantai tiga diikuti Emir dan Erika. Dia menuju ruangan yang disebutkan oleh Emir dan segera menghampiri perempuan yang ingin ditemuinya. Hal ini jelas menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Semua mata memperhatikan Arnold berjalan hingga laki-laki itu berhenti tepat di depan meja Gia.
Arnold berdiri memandangi Gia selama beberapa detik. Pikiran Gia sedang tidak fokus. Dia melamun memikirkan kejadian tadi di ruang meeting hingga tidak sadar jika ada seseorang berdiri di depan mejanya.
"Gia," panggil Arnold.
Gia sedikit terkejut lalu berdiri, dan lebih terkejut lagi melihat laki-laki yang sekarang tepat di depannya, sedang menatap ke arahnya.
"Mommy mengundangmu untuk makan malam di rumah. Sudah lama mommy tidak bertemu denganmu," ucap Arnold yang langsung membuat semua orang menelan ludah mengingat bagai mereka memperlakukan Gia, tidak terkecuali Emir dan Erika. Mereka sudah bahagia membayangkan Gia dipermalukan di depan banyak orang tetapi ternyata justru sebaliknya. Tamu istimewa mereka justru mengenal Gia dan sepertinya hubungan mereka cukup dekat.
...* * *...
Di dalam sebuah mobil sport mewah yang sedang melaju, suasana terasa sangat canggung. Sudah lama sekali Gia dan Arnold tidak bertemu. Tepatnya sejak Gia bisa berjalan lagi. Gia merasa dirinya sudah sembuh jadi dia tidak pantas untuk tetap tinggal di rumah keluarga Vinson lagi. Akhirnya Gia meninggalkan rumah itu dan mencari tempat tinggal sendiri meskipun Tante Dira sudah melarangnya.
"Terima kasih," ucap Gia tanpa berani menatap laki-laki yang dulu menabraknya hingga mengalami luka yang cukup parah itu.
"Maaf, aku hampir tidak mengenalimu tadi," balas Arnold. Perlu waktu beberapa saat untuk memastikan jika gadis ini adalah Gia, gadis yang dulu dia rawat karena mommy nya memaksanya.
* Flashback *
"Pegang tanganku," ucap Arnold ketika Gia mengambil langkah pertamanya setelah perban di kakinya di lepas. Dengan sabar Arnold membimbing Gia untuk berjalan layaknya bayi yang sedang latihan berjalan.
"Jangan lepaskan tanganku!" ucap Gia takut-takut.
"Tidak, aku tidak akan melepaskannya sampai kamu siap."
Mendengar kata-kata Arnold yang menenangkan Gia jadi semakin semangat untuk latihan berjalan. Terapis dan beberapa dokter ahli juga mendampingi sesi latihan ini tetapi Arnold tetap ingin terlibat dalam kesembuhan Gia. Bagaimana pun juga Gia jadi seperti ini karena dirinya.
Tidak mudah bagi Arnold untuk bisa sedekat ini dengan Gia. Awalnya, Gia menolak kehadiran Arnold. Rasa malu dan kurang percaya diri akibat wajahnya yang rusak membuat Gia menutup diri dan tidak mau bertemu orang. Dia bahkan tidak mau menemui Arnold ketika laki-laki itu datang untuk pertama kalinya.
Tetapi Arnold tidak mudah menyerah. Hampir setiap hari dia menyempatkan diri mengunjungi Gia di rumah lama Mommynya, mengajaknya bicara meskipun Gia terus memalingkan wajahnya. Hingga lama-lama Gia mulai terbuka dan mau menerima kehadiran Arnold.
"Aku akan melepaskan tanganku sekarang. Kamu siap?"
"Bagaimana kalau aku jatuh?"
"Aku akan menangkapmu," jawab Arnold meyakinkan.
"Baiklah."
Lalu Arnold melepaskan tangannya agar Gia bisa berdiri sendiri tanpa berpegangan pada lengannya. Gia pun mulai melangkah.
"Bagus Gia, kamu bisa! Ayo, teruskan!!!" Arnold berdiri beberapa langkah di depan Gia berusaha memberinya semangat.
Setelah beberapa langkah, tubuh Gia mulai goyah dan Arnold buru-buru menangkapnya agar tidak terjatuh. Itu membuat mereka berpelukan. "Kamu bisa Gia! Ini kemajuan yang luar biasa!" ucap Arnold bahagia. Tentu saja dia bahagia karena akan menjadi beban mentalnya jika sampai Gia lumpuh seumur hidup karena kelalaiannya.
"Aku bisa jalan lagi Ar," ucap Gia dalam pelukan Arnold.
"Aku pikir cukup untuk sekarang!" ucap terapis yang sejak tadi ikut mendampingi Gia mereka. Tanpa berkata apa-apa Arnold langsung membopong tubuh Gia lalu mendudukkannya di kursi rodanya. Selama ada Arnold maka Arnold lah yang akan melaku apapun untuk Gia termasuk mengambilkan makanan atau apapun yang dibutuhkan Gia. Suster yang sudah ditugaskan untuk merawat Gia seperti hanya pajangan saja jika ada Arnold di sisi Gia.
Karena perlakuan Arnold kepadanya, Gia berhasil mengatasi masalah ketidakpercayaan dirinya. Gia juga jadi lupa dengan keluarga yang sudah membuangnya karena keluarga Vinson sudah menganggapnya bagian dari keluarga. Bahkan Tante Dira sudah menganggapnya sebagai putrinya sendiri.
Arnold dan Gia meninggalkan tempat latihan dengan wajah berseri. "Kamu bahagia?" tanya Arnold sambil mendorong kursi roda yang diduduki Gia.
"Ya, aku sangat bahagia. Aku akan bisa berjalan lagi," jawab Gia dengan senyum lebar di wajahnya. Senyum yang semakin sering terlihat ketika dia bersama Arnold.
"Setelah ini kita akan langsung menemui dokter kulit. Atau kamu mau istirahat dulu? Apa kamu lelah?"
"Apa kamu tidak ada acara? Aku bisa diantar sopir kalau kamu sibuk. Sudah cukup kamu menemaniku hari ini. Jangan sampai pekerjaanmu terbengkalai karena mengurusku."
"Aku akan mengantarmu kemanapun kamu ingin pergi!" Jawaban Arnold membuat perasaan Gia merasakan menjadi orang paling beruntung di dunia. Tenang, bahagia dan istimewa. Bersama Arnold Gia merasa menjadi seseorang yang istimewa karena Arnold memang menganggap Gia istimewa. Entah mulai kapan, tetapi Arnold telah jatuh cinta kepada Gia, gadis sederhana yang berusaha terlihat kuat namun sebenarnya menyimpan luka.
Waktu penyembuhan kaki Gia lebih cepat dibandingkan penyembuhan wajahnya. Bubuk racun yang ditaburkan di kosmetik Gia rupanya telah masuk ke jaringan kulitnya sehingga memperlambat kesembuhannya.
Gia tahu kenapa bisa seperti itu. Dulu ketika mulai muncul bintik merah di wajahnya bukannya menghentikan pemakaian kosmetik yang dia pakai, Gia justru menebalkannya. Dia pikir itu bisa menutupi bintik-bintik merah itu, tanpa dia ketahui jika kosmetiknya itulah penyebab munculnya bintik-bintik merah itu. Kosmetik yang telah ditaburi bubuk racun oleh Vani dan Erika.
"Ar, apa menurutmu wajahku juga bisa sembuh?"
"Tentu saja! Wajahmu pasti akan sembuh. Aku tahu sebenarnya kamu cantik meskipun wajahmu masih ditutup perban seperti itu!"
Gia tertawa. "Kamu hanya sedang menghiburku 'kan?!"
"Aku seorang playboy Gia, aku seorang gadis itu cantik atau tidak hanya dari matanya." Lalu keduanya tertawa.
Gia dan Arnold menjadi sangat dekat. Mereka bahkan bisa dibilang mesra karena Arnold memperlakukan Gia layaknya seorang laki-laki memperlakukan kekasihnya. Tetapi, hubungan manis tanpa status yang jelas ini tidak berjalan lama. Suatu hari mantan kekasih Arnold mendatangi Gia dan mengatakan jika Arnold baik kepadanya hanya karena kasihan dan rasa bersalah bukan karena rasa suka.
Itu seperti sebuah peringatan bagi Gia agar sadar diri. Dia tidak pantas bersanding dengan Arnold yang beras dari keluarga pengusaha kaya raya. Rasa yang selama ini dia rasakan kepada Arnold pun dia tepis begitu saja. Setelah itu Gia memutuskan untuk keluar dari rumah Tante Dira dan menyebabkan hubungan Gia dan Arnold tidak ada kelanjutannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Morna Simanungkalit
Semoga ini permulaan yang baik untukmu Gia
2024-06-09
0
Maz Andy'ne Yulixah
Sekarang ada pendukungmu Arnold dan tante Dira lawan mereka Gia..
2024-05-31
2