18. Menemani Sarapan

Be Beauty dibuat geger dengan kedatangan Arnold Vinson yang tiba-tiba. Tidak ada persiapan apapun untuk menyambut orang penting ini sehingga Emir terlihat kelabakan karenanya. Ini masih sangat pagi, bahkan sebagian karyawan Be Beauty juga belum datang tetapi Arnold sudah berdiri di lobi perusahaan di dampingi asistennya.

"Selamat pagi Tuan Arnold, anda tidak memberitahu kami kalau akan datang kemari," Emir yang baru datang langsung berlari menghampiri Arnold. Dia baru saja tiba, itupun karena sekuriti perusahaan meneleponnya.

"Aku memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan ini!" jawab Arnold datar. Emir terlihat terkejut mendengarnya tetapi beberapa detik kemudian tersenyum. "Itu memang keputusan yang tepat. Mari kita ke ruanganku untuk membahas masalah ini lebih lanjut. Silahkan Pak Arnold," Emir mengarahkan Arnold agar berjalan ke ruangannya.

Arnold berjalan sambil mengedarkan pandangannya berharap akan menemukan wajah yang sangat ingin dia lihat. Tetapi sepertinya Arnold harus menelan rasa kecewa karena wajah itu tidak tampak diantara para pegawai yang sudah datang.

Hampir satu jam Arnold berada di ruangan Emir. Sebenarnya itu terlalu singkat mengingat mereka sedang membicarakan uang milyaran yang akan Arnold investasikan di Be Beauty. Tetapi Arnold sudah tidak sabar untuk segera keluar dan bertemu Gia.

"Pembahasan ini aku anggap sudah selesai. Kalau masih ada yang ingin dibicarakan anda bisa menghubungi asistenku," ucap Arnold menutup pertemuannya dengan Emir.

Sementara itu, di ruangan pemasaran sedang terjadi keributan. Sumi dan Rivani tiba-tiba saja masuk lalu memohon-mohon di hadapan Gia agar mau pulang ke rumah. Hal ini tentu saja mencuri perhatian seluruh pegawai di divisi itu, bahkan juga divisi lain karena Sumi dan Rivani sangat menarik perhatian. Mungkin mereka memang sengaja melakukannya, mencari perhatian.

"Ibu mohon Gia, kembalilah ke rumah. Itu rumah kamu juga Nak, kalau ibu ada salah ibu mohon maaf sama kamu," ucap Sumi sambil bersimpuh di depan Gia dan dihadapkan rekan-rekan Gia. Demi uang dia sama sekali tidak merasa malu untuk melakukan ini tetapi justru Gia lah yang merasakan malu. Atau mungkin memang itu tujuan mereka, membuat Gia merasa malu.

"Aku juga minta maaf Kak, maafkan aku karena telah menjadi adik yang tidak tau diri. Aku dan ibu sangat menyayangi kakak. Kami mohon kembalilah ke rumah." Rivani juga melakukan hal yang sama dengan ibunya. Gia hanya diam dan menatap kedua perempuan ini dengan tatapan benci dan muak sehingga kelihatannya Gia lah sosok yang jahat di sini. Tetapi untuk berpura-pura bersikap manis dan memaafkan mereka Gia juga tidak bisa. Perbuatan kedua orang ini jelas tidak bisa dia lupakan begitu saja.

"Gia, jangan diam aja! Itu ibu dan adikmu sudah minta maaf sama kamu!" Diana yang biasanya paling sok tahu mulai ikut bicara.

Gia tidak sedikitpun mengindahkan kata-kata Diana. "Jangan buat keributan di sini!" gertak Gia, mengabaikan semua tatapan julid yang sedang tertuju padanya.

"Kak ... Aku mohon maafkan aku."

"Jangan terlalu keras hati apalagi sama keluarga sendiri, Gia!"

"Pergi sekarang atau aku panggil petugas sekuriti untuk mengusir kalian!" ulang Gia tanpa ragu.

Bukannya pergi, Rivani justru semakin mendekat bahkan sekarang memeluk kaki Gia. "Kakak ... Aku mohon," pekiknya dengan mata berkaca-kaca seakan sedang menarik orang agar bersimpati kepadanya.

Gia terlalu muak dengan Rivani sehingga dia mendorong tubuh adik tirinya itu hingga tubuhnya tersungkur di lantai.

"Gia!!! Jangan keterlaluan jadi orang! Apa salah mereka sampai kamu se-dendam ini? Mereka ini keluargamu!" celetuk salah seorang rekan kerja Gia.

Gia menoleh mendengar pertanyaan ini. "Kamu ingin tahu apa salah mereka? Mereka berdua telah mengusirku ketika aku buruk rupa dulu! Aku ditolak dan dihindari semua orang! Hanya mereka berdua yang aku miliki tetapi mereka justru mengusirku!" balas Gia dingin. "Ah .. Aku bisa mengerti jika kalian membela mereka karena kalian juga sama jahatnya kepadaku dulu!" Kata-kata Gia berhasil menyentil perasaan semua yang mendengar. Tidak ada yang berani bicara lagi setelah itu.

Siapa yang tidak ingat bagaimana orang-orang memperlakukan Gia dulu, entah menatapnya dengan sinis, bergidik jijik atau langsung pergi ketika Gia duduk di dekat mereka. Dan semua itu masih terukir dengan jelas di ingatan Gia.

"Kami akan terus datang menemuimu sampai kamu mau tinggal bersama kami lagi. Mungkin untuk saat ini kamu belum bisa memaafkan kami, tapi kami tidak akan menyerah," ucap Sumi.

Gia tidak begitu mempedulikan kata-kata Sumi. Dia terlalu lelah karena semua orang selalu menghakiminya tanpa tahu yang sebenarnya. Gia perlu menenangkan diri dan saat ini toilet lah tempat pelariannya.

Tepat ketika Gia memutar tubuhnya, Gia melihat Arnold berdiri di pintu masuk ruangan pemasaran, sedang memperhatikannya. Tanpa berkata apa-apa laki-laki itu berjalan menghampiri Gia lalu menarik tangannya dan membawanya pergi dari tempat itu.

Arnold membawa Gia ke sebuah restoran tak jauh dari Be Beauty. Ini sudah terlalu siang untuk sarapan tetapi Arnold memang belum sempat makan karena dia terburu-buru ke Be Beauty pagi tadi.

Mudah bagi Arnold mengajak Gia pergi tanpa takut apapun karena orang-orang sudah tahu siapa dia. Tidak ada yang berani menegurnya atau melarang apa yang dia lakukan.

Berbeda dengan Gia yang pasti nanti akan dicecar berbagai pertanyaan oleh rekan-rekannya dan mungkin berbagai macam spekulasi yang akan menyambutnya nanti, belum lagi Erika yang pasti akan menjadikan ini sebagai alasan untuk memarahinya karena bersikap tidak profesional.

Tetapi Gia tidak begitu memikirkan itu sekarang karena yang dia inginkan hanya menyingkir sebentar dari tempat itu. Gia sudah tidak peduli pandangan orang tentang dirinya karena dia sudah terlanjur buruk di mata mereka. Orang-orang selalu salah sangka kepadanya dan Gia terlalu malas untuk menjelaskannya karena mereka tidak akan percaya begitu saja. Semua harus ada bukti.

Gia menghela nafasnya, tidak menyangka jika ternyata semuanya tidak semudah yang dia bayangkan sebelumnya.

"Apa kamu juga akan menghakimiku sama seperti mereka?"

"Jangan pikirkan itu! Sekarang temani aku sarapan. Hari ini jadwalku sangat padat. Tadi pagi aku terburu-buru pergi dan setelah ini aku langsung ke Irlandia." Sebenarnya, tanpa Gia cerita, Arnold sudah tahu semuanya meskipun dia bersikap seolah tidak tahu apa-apa. Sikap menutup diri Gia dan penolakannya saat mereka pertama kali dipertemukan membuat laki-laki itu penasaran lalu menyelidikinya.

"Aku mengajakmu pergi karena ingin memberitahu kamu sesuatu."

Gia menaikkan alisnya. "Apa?"

"Aku sudah membeli perusahaan itu. Selanjutnya ku serahkan padamu terserah apa yang ingin kamu lakukan."

Terpopuler

Comments

sihat dan kaya

sihat dan kaya

Diana sok mulu... nyampah

2024-08-15

0

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

kereeennn. ayu gia balaskan dendammu sama mereka ..ini ambil kesempatanmu

2024-07-22

0

Rihan Jamaien

Rihan Jamaien

tunggu pembalasanku kata Gia😂😂😂

2024-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!