13. Tamu Istimewa

Gia semakin dikucilkan oleh rekan-rekannya di kantor. Semakin hari namanya semakin buruk karena Erika selalu menghasut orang-orang dengan cerita karangannya tentang Gia. Begitu pula Emir yang mengatakan kepada teman-temannya jika Gia adalah perempuan murahan dan mudah untuk di rayu.

"Gia, aku nganggur nih, kau tidak ingin merayuku?" ujar salah seorang pegawai laki-laki ketika naik satu lift bersama Gia.

Gia melirik tajam ke arah laki-laki itu.

"Tidak usah marah, semua orang tahu apa yang kamu lakukan pada Pak Emir. Kalau dia tidak mau sama kamu, aku siap menerimamu. Aku juga tidak keberatan kalau kamu ingin menciumku. Tidak hanya di pantry, di hotel pun aku layani," ucap laki-laki itu lagi.

Gia buru-buru keluar dari lift ketika lift baru sampai di lantai dua. Dia tidak mau berlama-lama di dalam lift bersama laki-laki itu. Dia berniat melanjutkan ke lantai tiga melalui tangga darurat saja. Tetapi baru beberapa langkah keluar dari lift, Gia mendengar suara siulan yang ditujukan kepadanya.

"Gia, apa akhir pekan ini kamu ada acara? Aku ingin mengajakmu pergi keluar. Bisa?" tanya seorang laki-laki yang Gia ketahui bekerja di divisi keuangan.

Gia tidak ingin menjawab pertanyaan itu. Dia tahu laki-laki itu iseng menggodanya, seperti yang akhir-akhir dia temui.

"Tidak usah jual mahal!" ucap laki-laki itu lagi. "Dulunya kupikir kamu itu perempuan alim, eh tak ternyata ... " Laki-laki itu menggantungkan kalimatnya.

"Kamu tidak tahu apapun tentang aku, jadi diamlah!" ketus Gia.

"Oh, ya? Sepertinya semua orang di perusahaan ini sudah tahu siapa kamu. Jadi tidak usak sok suci dan pura-pura lugu," lanjut laki-laki itu dengan tatapan menelanjangi sampai Gia merasa risih dibuatnya.

Tidak ingin menanggapi, Gia bergegas menaiki tangga menuju ruang pemasaran. Semua orang di perusahaan ini memandang rendah dirinya dan itu karena ulah Emir dan Erika.

Sampai di ruangan pemasaran, hampir semua orang sudah datang dan berkumpul di depan meja Erika. Bisa Gia tebak, mereka pasti sedang membicarakan dirinya.

Gia langsung duduk di mejanya. Dia tidak terlalu memusingkan hal itu karena sudah biasa baginya.

"Pagi, Gia," sapa Diana. Dia tidak ikut bergabung dengan yang lainnya di depan meja Erika karena sudah memutuskan untuk mendukung Gia.

"Masih aku topiknya? Belum ada topik lain?" balas Gia berbisik.

"Hemm ... Sepertinya kamu akan memenangkan penghargaan topic of the year."

Gia diam tidak berkata-kata.

"Pengumuman semuanya, sore nanti akan ada calon investor yang datang menyurvei perusahaan kita. Dia mungkin akan mengecek tiap divisi jadi siapkan performa terbaik kalian agar dia mau berinvestasi di perusahaan kita ini!" ucap Erika dengan suara lantang. Semua pegawai mengangguk mengerti.

Be Beauty memang dikabarkan sedang mengalami kesulitan keuangan, jadi mereka sangat membutuhkan investor untuk menyelamatkan perusahaan ini.

"Investornya masih muda atau sudah tua?" celetuk salah seorang pegawai.

"Entahlah, aku juga belum mengetahuinya. Yang jelas calon investor ini kaya raya! Tetapi kalau ada yang tertarik ingin merayunya boleh saja. Kalau tidak berhasil mendapatkan yang tampan dan masih muda, maka merayu yang sudah tua juga tidak apa-apa. Yang penting uangnya, kan?" jawab Erika yang disambut suara cekikikan oleh para pegawai di sana. Tentu saja karena mereka tahu Erika sedang menyindir Gia.

"Itu saja informasinya, silahkan kembali bekerja!"

...* * *...

Sore harinya, calon investor yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Para petinggi perusahaan sibuk melakukan penyambutan untuk tamu istimewa ini.

"Gia, bawakan kopi ke ruang meeting!" Erika tiba-tiba muncul lalu memberi perintah kepada Gia.

Gia tertegun. Dari sekian banyak pegawai di perusahaan ini kenapa ia yang di suruh melakukan tugas itu? Perasaan Gia tidak enak.

"Cepat lakukan!" tukas Erika melihat Gia tidak segera beranjak dari kursinya.

Gia hanya mengangguk lalu beranjak dari kursinya dengan perasaan ragu.

Tidak berselang lama, Gia masuk ke ruang meeting membawa kopi yang tadi Erika minta. Gia meletakkan satu persatu kopi itu di atas meja, hingga tiba di depan tamu istimewa perusahaan. Gia terus menunduk, tidak berani mengangkat wajahnya karena entah benar atau salah, Gia ia merasa semua orang sedang memperhatikannya.

Selesai melakukan tugasnya, Gia bermaksud keluar dari ruangan meeting.

"Saya lihat Tuan Arnold terus memperhatikan pegawai itu. Apa Tuan Arnold menyukainya?" tanya Emir kepada Arnold Vinson, tamu istimewa mereka. Dia memperhatikan Arnold terus menatap Gia sejak dia masuk hingga hampir keluar.

"Kalau Tuan menyukainya, kami bisa mengusahakannya untuk anda. Mungkin hanya dengan beberapa juta saja dia mau menemani anda," ucap Emir lagi.

Gia yang tadinya hendak pergi terpaku di tempatnya setelah mendengar kata-kata Emir. Apakah Emir sedang menawarkan dirinya? Apa Emir sedang berusaha menjualnya? Apakah mereka sengaja menyuruh Gia membawakan kopi karena mereka sudah merenca ini sebelumnya? Tidakkah ini keterlaluan?

Gia menoleh dan melihat ekspresi puas di wajah Erika. Pasti Erika sangat bahagia dan dalam hatinya dia berharap setelah ini Gia akan mengundurkan diri dari perusahaan karena merasa malu. Mata Gia beralih ke Emir, laki-laki itu tidak berani menatap balik ke arahnya. Tetapi justru mata Arnold, tamu istimewa itu yang tidak beralih dari Gia. Laki-laki itu terus memperhatikan Gia dan tidak melewatkan ekspresi yang terlihat di wajah Gia meskipun Gia tidak melihat ke arahnya.

Dada Gia bergemuruh. Dia segera keluar dari ruangan itu tanpa berkata-kata. Gia pergi ke toilet lalu menangis di sana. Belakangan ini dia terus direndahkan, dianggap perempuan murahan, bahkan beberapa laki-laki kerap melecehkannya dengan kata-kata mereka. Gia masih bisa menahan itu semua. Dia sudah berusaha sabar tetapi sikap Emir tadi benar-benar menyakiti perasaan Gia.

Rasanya Gia ingin menyerah, melupakan balas dendamnya. Ini terlalu sulit baginya, seperti dia seorang diri melawan satu perusahaan.

Gia keluar dari toilet setelah puas menangis. Dia kembali bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa.

Sementara itu di ruang meeting ...

"Nanti asistenku akan mengabari keputusanku," kata Arnold begitu pertemuan selesai. "Aku ingin bertemu pegawai yang tadi, dimana dia?"

"Ah ... Itu. Kalau anda benar-benar menginginkannya kami akan urus semuanya. Tuan Arnold tinggal pilih tempatnya biar dia yang mendatangi hotel dimana anda menginap."

"Tidak, aku ingin bicara langsung dengannya!"

Emir dan Erika saling melempar lirikan lalu tersenyum culas. Betapa gembiranya mereka melihat umpan yang mereka lempar telah dimakan oleh targetnya. Semua orang mengakui kecantikan Gia, jadi Emir dan Erika memanfaatkannya. Mereka sengaja melemparkan Gia sebagai umpan untuk mempermudah urusan investasi ini.

Tetapi kenyataannya lebih dari yang mereka harapkan. Emir pikir Arnold akan melakukan ini secara diam-diam tetapi ternyata tamu mereka ingin melakukannya secara terang-terangan. Betapa gembira perasaan Emir, selain urusan investasi ini berjalan lancar dia juga bisa membuat Gia benar-benar tampak seperti perempuan murahan di depan semua orang.

"Oh ... Kami akan mengantarkan anda Tuan, dia pegawai di divisi pemasaran, ada di lantai tiga."

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

hisss...mengerkan....

2024-07-22

0

Akbar Razaq

Akbar Razaq

Koq ada ya jabatamn direktur mulut sampah begitu malah nerangkap jadi mucikari.

2024-06-24

0

Rihan Jamaien

Rihan Jamaien

wah jangan jangan orang yg nabrak Gia tuh

2024-06-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!