Di dalam lift Erika terus berusaha menunjukkan kemesraannya dengan Emir meskipun laki-laki itu terlihat tidak nyaman. Beberapa kali juga Emir terlihat melirik ke arah Gia tanpa sepengetahuan Erika.
Gia memperhatikan itu semua, tidak satupun ada yang terlepas dari pengamatannya.
Pintu lift terbuka di lantai dua. Emir segera melepaskan tangannya dari tangan Erika lalu keluar, padahal divisi operasi berada di lantai empat.
"Sayang, kamu mau kemana?" tanya Erika.
"Aku ada perlu dengan direktur personalia," ucap Emir buru-buru pergi. Tinggallah Erika, Gia dan beberapa orang lagi di dalam lift.
"Bagaimana menurut kalian? Bukankah kami pasangan yang serasi? Kami tidak seperti hubungan cinta antara atasan dan bawahan kebanyakan, kan?" tanya Erika begitu pintu lift kembali tertutup. Erika bertanya dengan nada yang biasa hingga orang-orang di dalam lift tidak sadar jika dia sedang menyindir Gia.
"Rata-rata pegawai perempuan merayu atasannya untuk mendapatkan kemudahan dalam bekerja dan juga memorotinya. Jadi kalau ada atasan yang berpacaran dengan bawahan biasanya itu bukan karena mereka saling jatuh cinta, melainkan karena ... ya begitulah. Berbeda kalau keduanya mempunyai jabatan yang setara seperti Pak Emir dan Bu Erika ini. Tidak ada yang memanfaatkan satu sama lain karena mereka berdua selevel. Benar kan, Bu Erika?" sahut salah seorang yang berada di dalam lift.
"Tidak semua sih, tetapi memang kebanyakan seperti itu. Banyak sekali contohnya di perusahaan ini," balas Erika ambigu. "Bagaimana menurutmu Gia?" menoleh kepada Gia sambil tersenyum.
Gia merasa tergelitik mendengarnya. Selama menjalin hubungan dengan Emir dirinya tidak pernah sekalipun memanfaatkan Emir apalagi memorotinya, tidak ada istilah dalam kamus Gia. Tetapi Erika seperti sedang berusaha menggiring opini orang-orang mengenai hal itu ke arahnya.
Munafik!!! Bagaimana dulu aku bisa tidak menyadari kebusukan di balik senyum palsu itu?!!
"Aku rasa hubungan apapun itu tidak masalah. Asal tidak berusaha merayu laki-laki yang sudah memiliki kekasih," balas Gia. Percakapan yang tadinya biasa pun berubah menjadi ajang saling sindir.
"Apa maksudmu pelakor?" tanya yang lain.
"Entahlah. Apa ya sebutannya untuk perempuan yang berpacaran dengan laki-laki yang belum satu minggu putus dengan kekasihnya? Tidak mungkin kan mereka dekat dalam waktu satu minggu? Pasti waktu laki-laki itu menjalin hubungan dengan kekasihnya, si perempuan sudah mendekati laki-laki itu lebih dulu."
Ting!!!
Lift terbuka di lantai tiga. Gia keluar dari dalam lift lebih dulu meninggalkan Erika dengan wajah kesal karena kata-kata sindiran Gia.
Siang hari ketika semua orang tengah sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba Gia mendapat pesan singkat dari Emir. Dia meminta Gia bertemu di tangga darurat karena ingin membicarakan sesuatu.
Gia menghembuskan nafas setelah membaca pesan itu. Mungkin inilah saatnya dia mulai membalas perbuatan Erika, secara nyata. Gia beranjak dari tempat duduknya menuju tangga darurat seperti yang Emir minta.
"Kamu semakin cantik saja," ucap Emir begitu melihat Gia.
"Apa yang ingin anda bicarakan, Pak Emir?" tanya Gia dengan nada formal karena dia ingin menjaga jarak dari Emir.
"Jangan bersikap seperti itu padaku, Gia. Aku ingin minta maaf kepadamu atas sikapku dulu. Aku ingin hubungan kita kembali seperti dulu."
"Maksudnya?" mengernyit pura-pura tidak mengerti. Padahal Gia tahu betul Emir berusaha mendekatinya lagi karena sekarang wajahnya sudah kembali seperti semula.
"Jika ada kesempatan aku ingin mengulang hubungan kita dari awal lagi," ucap Emir.
Hati Gia berdesir. Emir mengajaknya kembali menjalin hubungan semudah dulu dia meninggalkannya. "Kamu sudah bersama Erika," balasnya. "Jujurlah padaku, sejak kapan kalian berhubungan? Aku dengar kalian pacaran tidak lama setelah aku dipecat. Bukankah itu waktu yang terlalu singkat?"
"Itu ... Aku tidak mencintainya. Dia yang mengejar-ngejarku, dia mengatakan hal-hal yang buruk tentang kamu. Karena itu aku memutuskanmu dan aku menyesalinya sekarang. Aku hanya mencintaimu. Kamu jauh lebih menarik dibandingkan Erika." Bualan Emir membuat Gia bergidik. Benar dugaannya, Erika telah mendekati Emir ketika mereka masih berhubungan.
"Aku tidak mau disebut sebagai pelakor. Kalau kamu ingin kembali kepadaku kamu harus memutuskan hubungan kalian dulu. Sampai itu terjadi, jangan dekat-dekat denganku!" ucap Gia lalu meninggalkan Emir.
Bagaimana aku bisa jatuh cinta dengan laki-laki model seperti ini? Sepertinya dulu aku benar-benar buta!
Kembali ke ruangan pemasaran, Gia melihat Erika sudah menantinya. "Kamu dari mana Gia?" tanyanya. Sikapnya kepada Gia mulai berubah sejak di lift tadi.
"Oh ... Aku baru bertemu Emir. Ada sesuatu yang ingin dia bicarakan," jawab Gia sengaja.
"Apa yang kalian bicarakan? Apa tentang pekerjaan?"
"Tentu saja, apalagi memangnya?" Balasan Gia justru membuat Erika semakin penasaran dan Gia memang sengaja melakukannya.
...* * *...
Pagi hari ketika semua orang sudah berada di meja masing-masing, Erika datang terlambat dengan mata yang terlihat sembab. Spekulasi pun bermunculan meski hanya melalui bisikan-bisikan antara sesama pegawai divisi pemasaran. Gia tidak terlalu memperhatikannya hingga Erika menghampirinya lalu berkata, "Gia, ikut aku sekarang! Ada yang ingin aku bicarakan!" ucap Erika tidak bersahabat.
Gia pun menurut. Dia mengikuti kemana Erika melangkah.
"Ada apa?" tanya Gia setelah mereka berdua berada di area toilet.
"Apa yang kamu bicarakan dengan Emir kemarin?! Kamu merayunya?!" tuduh Erika langsung. Kemarahan terlihat jelas di wajahnya dan tidak sabar untuk melampiaskannya kepada Gia.
"Apa kalian bertengkar lalu kamu pikir aku merayunya?! Kamu ingin menyalahkan aku sekarang?!"
"Boleh kan kalau aku curiga? Kalian pernah berpacaran sebelumnya! Siapa lagi memangnya yang harus aku curigai? Emir berubah menjadi aneh setelah kamu kembali ke perusahaan ini!" balas Erika dengan ketus. Moodnya sedang sangat buruk sehingga muncullah sifat aslinya. "Aku sudah memperhatikan kamu sejak kamu kembali ke perusahaan ini, Gia. Kamu berusaha merayu Emir agar dia kembali kepadamu! Aku tahu kamu masih menginginkan dia! Aku ingatkan kamu, menjauhlah dari Emir karena sekarang dia kekasihku!" Ini seperti pernyataan perang Erika kepada Gia.
"Dulu ketika Emir memutuskan hubungan kami, aku sama sekali tidak menyalahkanmu! Padahal aku tahu kamu sudah merayu Emir waktu itu!" balas Gia tak tanggung-tanggung, membalas pernyataan perang Erika.
"Memang bukan salahku! Dia memutuskan mu karena wajahmu yang menjijikan itu!"
"Dan itu karena kamu! Kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu telah menaburkan racun di dalam bedakku waktu itu?!"
"Oh, ya?! Mana buktinya?! Tanpa bukti, itu hanya tuduhan tidak berarti!"
"Aku kembali kemari untuk membuktikannya! Aku akan membalas semua perbuatanmu kepadaku!"
Erika tertawa. "Membalas dengan apa?! Kamu sekarang hanya pegawai biasa. Aku bisa mengeluarkanmu dari perusahaan ini sekarang juga kalau aku mau!"
"Benarkah? Aku juga bisa membuat Emir memutuskan hubungan kalian sekarang juga kalau aku mau!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
hati2 gia erika itu ular
2024-07-22
0
Rihan Jamaien
balas Gia balas semua perbuatan Erika😠
2024-06-10
0
Morna Simanungkalit
Bagus Gia jangan mau kalah buatlah pura - pura mau sama Erik setelah hubunganya puttus dengan Erika singkirkan lagi Emir .Banyak nanti laki - laki yang baik dan bertanggung jawab
.
2024-06-09
0