"Ya, aku sudah sembuh dan aku tidak terkena santet!" tukas Gia.
Diana sedikit salah tingkah mendapatkan balasan menohok dari Gia. "Syukurlah, berarti kabar yang dulu beredar itu tidak benar," balasnya kaku. Bagaimanapun juga dia dulu menawarkan bantuan untuk mencari orang pintar kepada Gia, itu artinya dia percaya jika Gia benar-benar terkena santet.
"Santet itu hanya kabar yang disebarkan oleh orang yang tidak suka kepadaku!"
"Selamat bergabung kembali kalau begitu."
"Terimakasih!" jawab Gia singkat. Belajar dari pengalamannya, dia tidak ingin berteman dengan siapapun sekarang.
"Kamu tahu jika sekarang Erika menjabat sebagai manajer?" Diana basa basi. Gia hanya mengangguk menanggapinya.
"Dia juga berpacaran dengan Pak Emir," bisik Diana. "Mereka pacaran tidak lama setelah kamu dipecat," lanjutnya. Tiba-tiba hati Gia diliputi rasa nyeri yang hebat. Yang satu menghancurkan wajahnya dan satu lagi menghancurkan hatinya. Keduanya menjalin hubungan tidak lama setelah kepergiannya. Apakah itu suatu kebetulan?
Tepat ketika Diana berhenti bicara, Erika masuk ke dalam ruangan. "Mana pegawai baru itu?!" serunya. Perempuan itu berjalan angkuh menuju mejanya yang terletak di ujung ruangan, sedikit menjauh dari meja-meja yang lain.
Tidak ada yang menjawab. Semua orang menunjukkan ekspresi muak.
Gia terus memperhatikan Erika. Mantan sahabatnya itu benar-benar telah berubah. Dia terlihat sangat angkuh. Tadi Diana juga mengatakan jika sekarang Erika asal-asalan bekerja padahal dulunya dia sangat rajin. Pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya dia limpahkan kepada orang lain karena Erika sibuk bersama Emir, entah melakukan apa. Akhirnya orang-orang mulai sadar jika sikap baiknya dulu hanyalah usahanya untuk mencari muka di hadapan para petinggi perusahaan.
"Suruh dia menemuiku. Ada banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan!" titah Erika.
Diana menyenggol Gia, "Kamu lihat sendiri 'kan?! Cepat sana temui dia! Kalau tidak, pasti dia akan marah-marah karena dia anggap tidak ada yang mendengar perintahnya," bisik Diana.
Lalu Gia pun berdiri. Dia melangkah maju menghampiri Erika. "Saya pegawai baru di sini. Anda memanggil saya?"
Erika mendongakkan kepalanya mendengar suara yang selama satu tahun ini tidak dia dengar. "Gia?!" Erika sangat terkejut melihat sosok yang sekarang berdiri di hadapannya. Dia segera berdiri lalu memeluk Gia. "Apa kabar? Wajahmu sudah sembuh? Sudah lama sekali kita tidak bertemu," ucap Erika setelah mengurai pelukannya. Senyum sumringah menghiasi wajahnya seolah dia benar-benar bahagia bertemu Gia.
Mungkin dulu Gia senang melihat Erika seperti ini, seorang sahabat yang ikut bahagia melihat sahabatnya bahagia. Tetapi sekarang Gia merasa muak melihatnya, heran saja bagaimana dulu dia bisa percaya jika Erika tulus berteman dengannya padahal itu hanyalah akting belaka. Semua yang Erika tunjukkan itu palsu. Bahkan Gia yakin dalam hatinya Erika sedang mengumpat karena melihat dirinya kembali.
"Aku tidak bisa menghubungi nomormu. Apakah kamu menggantinya? Aku juga mendatangi rumahmu tetapi ibumu bilang kamu pindah," ucap Erika kembali duduk di tempatnya.
"Ya, aku ganti nomor dan aku juga pindah rumah," jawab Gia seperlunya. Sama seperti Erika, Gia pun menunjukkan ekspresi terbaiknya mengikuti permainan Erika. Erika sama sekali tidak menyebut soal racun itu, apakah Rivani belum memberitahunya jika dia sudah mengetahui semuanya. Kalau begitu Gia akan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Gia tetap tersenyum meskipun dalam hatinya dia ingin sekali mencakar-cakar wajah Erika agar rusak seperti wajahnya dulu.
"Kamu bilang tadi ingin bertemu denganku? Apa yang harus aku kerjakan? Ngomong-ngomong, selamat ya atas kenaikan jabatanmu. Seandainya waktu itu aku tidak dipecat karena wajahku mungkin sekarang aku yang berada di posisimu," menyindir dengan sangat halus. Memang seperti itu kenyataannya. Seharusnya dialah yang menjabat sebagai direktur pemasaran karena dirinya yang dipromosikan.
"Oh ... Iya terima kasih. Kita lanjutkan obrolan ini nanti. Sekarang ada yang harus kamu kerjakan." Erika meraih sebuah map di mejanya lalu memberikannya pada Gia. Meskipun sudah berusaha bersikap biasa, Gia bisa merasakan kecanggungan dalam setiap gerakan Erika. "Tolong buat analisa penjualan dari laporan ini. Setelah itu tolong buat proposal untuk projek promosi selanjutnya."
"Oke!" jawab Gia singkat lalu beranjak dari hadapan Erika.
"Terima kasih." Erika terus tersenyum hingga Gia menjauh lalu sorot matanya berubah menjadi sangat menakutkan. Sial! Kenapa dia bisa kembali ke perusahaan ini?!! Dan kenapa wajahnya bisa sembuh?!! Dia bahkan menjadi lebih cantik dari sebelumnya!
...* * *...
Siang harinya ketika jam makan siang, semua pegawai makan di kantin perusahaan karena memang seperti itu aturannya. Tidak ada yang makan di luar kecuali yang sedang bertugas di luar kantor.
Gia dikerumuni para pegawai terutama dari divisi pemasaran, yang ingin mengobrol dengannya. Hampir semuanya penasaran bagaimana wajah Gia bisa kembali seperti semula.
Hal ini tidak luput dari perhatian Erika yang juga sedang makan di kantin, dan itu membuatnya semakin gusar karena semua perhatian tertuju pada Gia. Dari dulu Gia selalu berhasil menarik perhatian orang karena itu dia merasa iri. Tanpa sadar tangan Erika mengepal. Susah payah dia menarik perhatian semua orang agar tertuju kepadanya, Gia datang dan merebut semua perhatian dalam sekejap.
...* * *...
"Gia!!! Tolong bawakan barang-barangku ke ruang meeting! Aku akan meeting sekarang! Aku tunggu di sana!" Erika menyuruh Gia melakukan apapun yang dia perintahkan, tidak peduli jika jitu bukan bagian dari tugasnya. Selama perintahnya bisa membuat Gia merasa kesulitan dan malu maka Erika akan terus melakukannya. Gia sendiri sadar jika Erika memperlakukannya layaknya seorang babu meskipun tidak secara terang-terangan.
Gia berjalan menuju meja kerja Erika lalu mengambil laptop dan juga beberapa berkas di sana lalu membawanya ke ruang meeting. Di sana sudah ada Emir dan beberapa orang petinggi perusahaan yang lainnya.
Gia masuk ke ruang meeting tanpa memperhatikan siapa yang ada di sana. Selesai meletakkan barang-barang Erika, Gia berbalik dan hendak pergi. Tiba-tiba saja matanya tersangkut pada sosok laki-laki yang duduk gagah di salah satu kursi di ruang meeting. Emir!
Mata Emir dan mata Gia bertemu selama beberapa detik, kemudian Gia memutuskan kontak mata mereka lebih dulu. Rasa sakit kembali menjalar di hati Gia. Perlu waktu yang cukup lama bagi Gia untuk bisa sadar dan menerima kenyataan jika ternyata Emir tidak mencintainya.
Berbeda dengan Gia yang enggan melihat Emir, laki-laki itu justru terus menatap Gia. Akhir-akhir ini dia begitu sibuk hingga tidak mengetahui jika Gia kembali bekerja di perusahaan ini. Emir seperti terpesona untuk yang kesekian kalinya atas kecantikan Gia apalagi wajah Gia kembali seperti semula bahkan dia terlihat lebih cantik dari sebelumnya.
"Ehm ... Ehm!!!" Erika berdehem untuk membuat Emir kembali ke kesadarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
AXYs
Direktur ato manager siy jabatannya?
Direktur biasanya atasannya manager bukan?
Dulu waktu aku bekerja gitu siy..
Direktur Pemasaran membawahi bbrp manager.
🙏🏼🙏🏼
2024-09-24
0
Rihan Jamaien
berjuanglah Gia tunjukan kepada mereka bahwa kamulah yg terbaik🥰🥰
2024-06-10
0
Morna Simanungkalit
Gia jangan pedulikan gosip mereka bekerjalah dengan rajin dan baik nanti posisimu akan cepat naik.
2024-06-09
0