19

Mereka kembali duduk dengan keadaan rambut yang sudah acak-acakan. Kekanakn mereka hanya mereka berdua yang tahu, tidak masalah saling mengejek dan itu sudah hal biasa bagi mereka. Ashton duduk dengan raut yang tidak dapat diartikan lagi. Saat ini ia tahu betul akan perbedaan diantara mereka. Falton melihat itu menghela nafasnya kasar. “Temui dia lagi, jika kangen!" kata Falton.

Ashton menggeleng, karena itu sudah percuma. Hubungan mereka memang sudah berakhir. Tidak ada lagi yang harus dipertahankan.

“Kenapa kau mendukung?" tanya Ashton mendelik. Tadi dirinya sudah habis diumpat bahkan terkesan menolak hal itu. Sekarang malah mendukung, sungguh oranf yang plin-plan.

“Setelah kau menemuiny, aku akan beritahu raja dan ratu. Seketika kau akan dipecat jadi anak. Dan aku yang menjadi penggantimu!" katanya meledek sempurna.

“Cih, dasar penjilat!” umpat Ashton.

Mereka akhirnya pergi dari tempat itu dengan jalan masing-masing.

Falton berhenti di tempat sunyi yang di mana tempat mengingat dirinya bersama seseorang. Falton dulunya juga memiliki kekasih. Semuanya berawal ketika bertemu di tempat ia berdiri. Awal pertemuan mereka karena peperangan antara Dalbert dengan musuh.

Saat itu Dalbert sedang mencek situasi daerah Dalbert, namun penglihatan di malam hari, ia menajamkan secara intens pada perempuan yang terbaring dengan balutan darah di kepalanya. Falton mendekatinya perlahan.

“Siapa kamu? Mengapa kamu ada di sini?" tanya Falton sedikit panik.

“A-aku adalah pengikut dari musuhmu. Tolong aku, aku tidak mau ditempat mereka! Mereka ingin menikahkan aku pada raja yang menjadi lawanmu. Aku jelas tidak mau, karena dia kasar dan selalu bertindak semaunya," jelasnya lambat dan tertekan. Sayu mata indah dan wajah lebam berdarah membuat Falton merasa iba akan wanita itu.

Falton langsung membawanya ke mansion Dengan bantuan Ashton yang meracik ramuan untuk wanita itu, akhirnya perlahan berangsur pulih.

“Siapa kamu nak?” tanya ratu Jasmine lembut. Ia memegang telapak tangannya agar tidak takut lagi. Pasalnya wanita itu kadang mengungsi ketakutan. Entah apa yang dialaminya di daerah musuh.

“Saya Feny ratu,” jawabnya. Feny tahu dari pakaiannya yang klausal namun elegan bahwa perempuan paru naya itu adalah ratu di tempat itu.

“Kami sudah mendengar ceritamu dari nak Falton. Saya harap kamu tidak memata-matai kami nak," kata ratu mencoba mendekatinya.

Feny menggeleng, ia sama sekali tidak berniat untuk itu.

“Maaf ratu, saya sama sekali tidak melakukan seperti itu. Saya kabur dari sana, karena tidak mau dijodohkan dengan Robert.

Robert adalah salah satu musuh yang tidak ada habisnya untuk mencari kelemahan Dalbert masa itu. Robert menuduh Dalbert bahwa pembunuh orang tuanya adalah Dalbert. Maka dari itu, Robert balas dendam akan kematian orang tuanya.

“Baiklah nak, kamu istirahat saja. Kamu pasti aman di tempat ini,” ucapnya lembut penuh kasih. Feny begitu terharu bisa merasakan ketulusan dari ratu.

“Terimakasih ratu,” ucapnya tulus.

Ratu Jasmine keluar dari kamar itu. Di luar kamar tiga pria dengan tatapan tajam menatap ratu Jasmine.

Ratu Jasmine terlonjak kaget dengan tatapan mereka bertiga.

“Kalian, membuatku kaget. Mengapa kalian di sini?" tanya Jasmine.

“Istriku, aku menunggu kau. Apa yang dikatakan perempuan itu padamu,” jawab Dalbert. Kemudian Jasmine melirik Ashton, meminta jawaban.

“Aku penasaran dia siapa ma? Aku lihat pria yang di sampingku, khawatir padanya. Jadi, aku ingin tahu siapa dia?" jawab Asjtot yang menyindir Falton. Dalton mencebik saja.

Lalu, Jasmine menatap Falton.

“Saya hanya ingin memastikan keadaannya saja ratu,” jawabnya sopan.

“Cih, memastikan keadaannya atau ingin pendekatan?” sindir Ashton lagi. Falton langsung menepuk kuat punggung Ashton, supaya diam.

Ratu Jasmine menggeleng pusing melihat kelakuan mereka bertiga. Yang satu merasa curiga, yang satu ingin tahu, yang satunya lagi memang ingin pendekatan terlihat dari raut wajahnya.

“Dia sudah pulih. Besok saja kalau ingin menjenguknya. “Tapi ma, Ashton ingin lihat,” rengek Ashton.

“Tidak boleh, ayo suamiku kita ke kamar!" ajaknya pada Dalbert.

Ratu apa saya boleh masuk? Saya hanya ingin melihat kondisinya saja,” bujuk Falton berharap ratu mengizinkan.

“Baiklah kamu masuk! Tapi jangan lama-lama!”

“Falton tersenyum cerah mendengar hal itu. la menunduk hormat. Kemudian ia melirik Ashton dengan tatapan meledek. Ma, kenapa Falton bisa? Aku kenapa gak masuk?”tanya Ashton tidak terima.

"Ashton kamu tidur sekarang! Biarkan Falton saja yang menjenguk. Sudah ah, ayah dan mama mau tidur.” Raja dan ratu meninggalkannya mereka berdua di depan pintu kamar Feny.

“Sudahlah, mungkin takdir yang seperti ini terus. Makanya jangan meledek terus. Sana, pergi dari sini!” usir Falton. Ashton mencebik berjalan menuju kamarnya.

Falton duduk di tepi bibir ranjang. Ia melihat wanita itu yang masih pucat dengan kain yang mengembul di keningnya. Feny masih tahap pengobatan.

Tangan Falton terulur sempurna mengusap-usap rambut Feny. Melihat kondisi Feny rasanya membuat ingin melindungi Feny. Falton tidak tahu apa yang dirasakannya sekarang. Dua hari berlalu, setelah menyelamatkan Feny, ia masih mengurus peperangan dari Robert. Mereka menyembunyikan Feny dari Robert.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!