15

Ashton mencoba mencoba mencek ada apa dengan kondisi Dalbert. Memang tenaganya terkuras habis, dan sekalian Ashton memberikan tenaganya untuk membuat Dalbert bangun. Namun itu, tidak berhasil entah mengapa tenaga yang diberikan tidak berefek pada tubuh Dalbert. Ashton mendongak dan melihat tali yang berbeda itu. Benar saja, besi itu telah dibuat kekuatan menghisap tenaga. Ashton menatap tajam, dan memancarkan cahaya itu ke besi itu. Hingga tali itu terbuka seketika. Dalbert hendak jatuh dan ditangkap oleh Ashton.

“Yah, bangun yah!" katanya seraya ia ingin duduk di lantai secara perlahan. Falton langsung menghampiri mereka. Dengan raut wajah panik melihat kondisi Dalbert yang seperti mayat hidup.

“Lebih baik kita berikan tenaga banyak. Aku curiga ini pasti bahaya,” tutur Falton.

Mereka akhirnya menyatukan tenaga mereka dan mendorong sekumpulan cahaya merasuki tubuh Dalbert.

Merasa tenaga mereka juga cukup terkuras, mereka menghentikan seketika. Dalbert juga tidak kunjung sadar. Mengatur nafas yang tidak beraturan, berusaha untuk mengontrol uang membuncah di hati dan pikiran.

“Lebih baik kita coba lagi!” kata Falton tidak merasa menyerah untuk kesadaran Dalbert.

Mereka menyatukan kembali, tenaga itu berusaha didorong hingga Dalbert sadar dalam keadaan batuk. Sedikit lega setelah ada pergerakan.

“Yah, ini Ashton yah. Apa ayah bisa lihat Ashton?” tanya Ashton masih panik melihat kondisi Dalbert.

“Ayah bisa mendengar nak, bawa ayah dari sini! Tenaga ayah habis nak," tuturnya masih keadaan lemah.

Ashton dan Falton langsung memapah Dalbert. Mereka segera membawa keluar Dalbert sebelum ada memergoki mereka, di mansion Carrinton.

Di luar Ashton menghentikan langkahnya, ia melepaskan lilitan tangan Dalbert. Falton merasakan beban yang diangkatnya semakin berat. Ia melirik Ashton, ada apa dengannya.

“Bawa ayah Fal, aku ingin memberikan peringatan padanya," kata Ashton.

Falton mengerutkan keningnya. Ashton pasti melawan Carrinton.

“Ashton,jangan nekad kamu!" pekik Falton, namun Ashton tidak mendengarnya sama sekali. Ashton sudah memasuki kembali mansion Carrinton. Mau tidak mau Falton sendiri membawa Dalbert. Falton melesat pergi dari daerah Carrinton.

Di kamar Ashton sedang menatap tajam Carrinton yang asyik tidur di alam mimpinya. Ashton mengepal tangannya, gigi taringnya memanjang. Emosinya kini tidak terkontrol lagi, dengan sekali pancaran cahaya dari netra matanya, membuat tubuh Carrinton terhuyung ke belakang.

“Aw, ringisnya kesakitan. Ashton tersenyum melihatnya yang terkapar di lantai itu. Sengaja ia menundukkan Carrinton ke dinding, agar merasakan kesakitan.

“Bagaimana, enak rasanya diperlakukan secara tidak baik?" tanya Ashton berjalan mengintai ranjang Carrinton mendekat.

“Kamu! Ngapain kamu masuk ke sini ha?” sentaknya tidak percaya, mengapa anak dari musuhnya bisa memasuki mansionnya.

“Tidak perlu kamu tahu. Yang jelas aku datang menjemput ayahku ke sini,” balasnya sedikit mencondongkan badannya.

Carrington tersenyum mengejek. Ternyata tujuannya mencari Dalbert. Bisa dipastikan Ashton tidak lagi bertemu dengan Dalbert. Atau bertemu dalam keadaan yang mengenaskan. Dalam pikirannya Dalbert sudah pasti mati.

“Pulanglah nak, sebelum kau mengetahui sebenarnya,” katanya dengan raut wajah pura-pura sedih.

Ashton mengerti, pasti Carrinton telah menganggap ayahnya mati. Tidak tahukah ia, bahwa Dalbert selamat dari tempat terkutuknya. Baiklah, Ashton akan mengikuti sejenak drama yang dibuat Carrinton.

“Memang apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Ashton penasaran. Dalam hati Carrinton bersorak ria. Ternyata Ashton dapat percaya dengan sandiwara yang dibuatnya.

“Tadi kami jalan-jalan di hutan. Mengingat masa perteman kami, tapi tiba-tiba ada musuh yang menyerang kami. Kami pun berusaha untuk melawan mereka. Hingga aku hendak dibunuh, ayahmu Dalbert menggantikan aku. Ia terbunuh oleh kekuatan dahsyat yang dimilikinya. Ayahmu menghilang sempurna sama sekali tidak ada yang bisa kubawa apapun," jawabnya.

Ashton tersenyum mengejek dalam hati. Karangan sempurna untuk dijadikan sebuah cerita. Namun, ada yang tidak sesuai dengan ceritanya itu, adalah kehilangan sempurna. Bukankah itu dapat dikatakan mati, seharusnya dalam ceritanya melebur atau menjadi abu. Tidak dapat dipercaya sama sekali, baginya akting yang begitu bodoh.

“Tidak! Tidak mungkin ayahku mati!" sentaknya merasa tidak percaya akan kematian Dalbert. Ashton masih berakting sebaik mungkin.

“Nak, percayalah ayahmu sudah mati,” tuturnya meyakinkan Ashton. Ia melihat raut wajah Ashton yang syok akan cerita yang dibuatnya.

“Ia, juga berpesan bahwa,-"

“Bahwa apa?" tanya Ashton.

“Ayahmu berpesan bahwa kedudukannya diberikan kepadaku! Aku awalnya syok akan itu, teman yang kuanggap musuh masih setia akan pertemanan kami. Sungguh aku menyesal melakukan kejahatan selama ini padanya,” katanya menyesal dengan apa yang dilakukannya. Sungguh omong kosong yang tidak berfaedah. Ashton sadar akan hal itu, masih saja memikirkan kekuasaan. Jika memang peduli, bukan saat mengomong kekuasaan, melainkan mentampaikt duka atau semacam lainnya.

“Tapi bukankah ini terlalu cepat?" tangannya memancing apa lagi yang akan disampaikan Carrinton.

“Hal ini harus cepat nak, kekuasaan Dalbert butuh pemimpin. Para pengikut harus tahu akan hal ini, mengetahui pemimpin barunya. Paman siap nak memimpin wilayah Dalbert,” balasnya meyakinkan.

Ashton menghela nafas, seolah memikirkan apa yang dikatakan Carrinton.

“Baiklah paman, kalau memang itu pesan dari ayah,” jawabnya pasrah, dan itu membuat Carrinton tersenyum puas dalam hatinya. Sungguh rencana yang begitu sempurna. Tidak perlu melakukan kekerasan, secara halus pun membuatnya bisa terangkat sendiri menjadi raja.

Raja Carrinton, akan semakin dihormati di hutan ini. Namanya akan selalu diagungkan, dan semua akan di bawah kendalinya.

Tapi itu semua dalam mimpimu!" sentak Ashton menggelar, sukses membuat Carrinton memecahkan angan-angannya menjadi raja.

Ashton langsung mencekik kuat leher Carrinton. Dan itu membuat Carrinton susah berbicara dan matanya terbelalak heran dengan perbuatan Ashton.

Ditatapnya mata Ashton yang sangat mendominasi ingin menelannya secara hidup-hidup.

Carrinton juga tercekat akan Asjtont yang semakin bingung dengan Ashton.

“Bagaimana dengan aktingku bagus bukan?” tanya penuh kebencian. “Drama yang kau buat sangat tidak menarik. Manusia serigala mati bukan dengan kehilangan sempurna, melainkan melebur atau tidak menjadi abu. Dasar bodoh!” umpatnya semakin menguatkan tangannya mencekik leher Carrinton.

“Kamu jadi raja, itu dalam mimpimu, pria tua! Masih ada yang layak untuk raja, dan itu bukan kamu! Satu hal yang harus kau tahu, ayahku selamat.” Katanya dengan nafas memburu.

Carrinton yang sekali tidak bisa berbicara semakin kaget. Dalbert selamat, itu artinya ia gagal lagi.

Ashton mengangkatnya dengan satu tangan ke langit-langit. Tenaga Ashton tidak akan terkalahkan oleh siapapun termasuk Carrinton. Carrinton berusaha memberontak, namun Ashton sama sekali tidak memberikan celah untuk lepas.

“Ini untuk ayahku, yang telah kau siksa!" ucapnya menggelar dan mengantuk kan Carrinton dengan kuat ke lantai.

Carrinton terbatuk-batuk. Ia menggelar tidak percaya akan kekuatan Ashton yang begitu sempurna. Ashton kembali mendekatnya, dan kembali mencekiknya lagi.

Carrinton semakin memberontak, dan menggeleng, seolah memohon untuk melakukannya lagi pada Ashton.

Ashton tersenyum sarkatis. Tidak dibiarkan Carrinton semakin terus berulah, maka Ashton akan melakukan tindakan yang lebih keras lagi.

Ashton tidak akan membunuh. Ia selalu ingat pesan ayahnya agar tidak membunuh sesama bangsanya. Ashton memberikan peringatan keras dengan memberi siksaan yang tidak akan dilupakan oleh Carrinton.

“Mana kekuatanmu Carrinton. Apakah sudah tidak berguna? Lain kali jangan pernah kau menyentuh keluargaku! Jangan menganggu wilayah raja Dalbert, sebelum kamu yang akan mati menggenaskan.

Ashton langsung melempar bak bola ke dinding hitam itu. Puas dengan apa yang dilakukan, melihat penyiksaan Carrinton.

Carrinton mengeluar darah, tubuhnya tidak dapat bangun lagi. Ia berharap ini sudah selesai.

Semoga Ashton juga langsung pergi.

Terkapar di lantai dan tidak menujukkan perlawanan, Ashton menghampirinua dengan tatapan sinis. Ashton meninggalkan satu kenangan lagi dengan menginjakkan pergelangan tangan Carrinton sekuat mungkin.

Sudah puas melihat Carrinton, ia keluar dari mansion itu. Di luar para pengikut Carrinton sudah berkeluaran menuju sumber suara yang memekikkan telinga mereka sedari tadi. Ashton dengan kekuatannya melesat secepat mungkin sebelum ada yang melihatnya. Ashton berhasil dan puas dengan kerjanya hari ini. Rasa sakit secara fisik itu setimpal dengan perbuatan Carrinton sendiri.

Para pengikut Carrinton langsung berlarian ke kamar. Mereka menolong Carrinton yang sudah terkapar di lantai.

Ashton tiba di mansion. Ia langsung menuju ke kamar orang tuanya. Dalbert tengah dalam pengobatan. Falton melirik ke arah pintu yang terbuka menampilkan Ashton yang telah datang.

Ashton mencek keadaan Dalbert. Ia butuh tenaga ekstra untuk menyadarkan Dabbert.

“Bagaimana nak?” tanya mama yang sedari tadi sudah meneteskan air matanya. Ia sungguh sakit melihat sang suaminya yang terbaring itu.

“Ashton akan membuat penawar baru lagi ma. Tunggu saja, beri Ashton waktu agar bisa meraciknya.

Jasmine mengangguk. Dia mengerti keadaan sang putra yang sepertinya juga tidak keadaan baik. Ashton berjalan keluar meninggalkan kamar itu.

Falton juga ikut menyusul Ashton ke ruangannya. Ia penasaran apa saja yang dilakukan Ashton kepada Carrinton.

“Apa yang kamu lakukan padanya?” tanyanya mendelik. Ashton sedang meracik bahan daun alami yang bisa dijadikan penawarnya. Di mejanya ia mulai mempersiapkan apa yang dibutuhkan.

“Hanya memberi peringatan saja padanya,” jawabnya seraya mencampur aduk daun-daun alami itu untuk menghasilkan cairan.

“Aku tidak percaya. Apa kamu menyiksanya?" tanya Falton seolah tahu apa yang dilakukan Ashton.

Ashton mengedikkan bahunya. Baginya tidak ada yang salah atas tindakannya tadi.

“Bagaimana keadaan terakhir?”

Dia terkapar di lantai dan memuntahkan darah dari mulutnya. Dan satu lagi aku menginjakkan pergelangan tangannya.

Dalton tercengang akan perbuatan Ashton. Di balik wajah dingin itu terdapat jiwa kekejaman yang begitu sadisnya. Tindakannya bukan lagi disebut peringatan, melainkan penyiksaan yang luar biasa.

Falton tidak lagi menganggu. Ia duduk di sofa sana sambil memulihkan tenaganya. Ashton tengah sibuk meracik dari daun alami itu.

Satu jam lamanya, Ashton selesai meracik penawarnya. Ia langsung ke kamar ayah, disusul Falton.

Ashton memberikan penawarnya. Mengolesi juga ke sekujur tubuh Dalbert. Semua berharap hal ini selesai.

Menunggu setengah jam, Dalbert menggerakkan jari-jemarinya. Itu berarti ia berangsur pulih. Ashton juga memastikan dengan mencek kondisi ayah. Semua anggota tubuhnya sudah stabil. Tinggal menunggu kesadaran Dalbert.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!