18

Tiga hari berlalu Ashton sama sekali tidak menemuinya lagi. Sesuai perkataannya Ashton dan Greisy sudah putus. Hubungan yang terjalin singkat itu tidak meninggalkan pertengkaran. Perbedaan diantara mereka yang tidak bisa disatukan. Greisy semakin takut jika Ashton tidak lagi peduli dengannya. Ia ingin Ashton lagi datang, sekilas untuk melihat wajah tampan, perhatiannya, senyumnya, dan semua yang dimiliki Ashton.

Greisy menghembuskan nafas kasar di teras kontrakan. Ia termenung seolah menunggu orang yang dinantikan. Ada kesan buruk yang mereka jalani saat ini. Penatua adat sekarang telah memberitahukan bahwa manusia serigala telah melanggar kesepakatan. Manusia serigala itu telah memasukkan hutan, namun masih tidak tahu tujuannya apa. Mereka tidak bisa menerawang, tetapi melalui batinnya dan Indra penciuman ada manusia serigala telah masuk ke desa.

Tentu warga desa was-was akan hal itu. Mereka disuruh untuk mencarinya. Barangsiapa yang dapat menemukan tentu akan mendapatkan penghargaan.

Mereka juga harus hati-hati akan hal ini, takutnya penduduk mereka berkurang satu persatu untuk dijadikan makanan atau lainnya.

Greisy berharap Ashton tidak ditangkap. Semua karena ulah Greisy, bermula memasuki hutan hingga Ashton sendiri juga nekad masuk ke desa.

Sementara di hutan Ashton melampiaskan kemarahannya di satu tempat. Hutan yang tidak pernah dikunjungi oleh siapapun kecuali Ashton dan Falton. Tempat ini sudah mereka berikan portal dan hanya mereka yang bisa melihat serta memasukinya. Ashton membuang kekuatan ke sembarang arahnya dengannya dan juga manusia harus ada yang bisa melakukan pengiriman nya kak bisa, bola api siap memakan pohon-pohon itu. Ashton sudah tidak bisa mengontrol emosinya. Ia butuh pelampiasan dengan menghancurkan apa yang ada di tempat itu. Dari arah jarak jauh jelas Falton turut mengamatinya.

Falton menyusulnya yang memang dari raut wajahnya sejak datang tidak lagi bersahabat. Falton cukup memantaunya asalkan tidak menyakiti dirinya sendiri.

“Ahk,” pekiknya dengan nada emosi. Ia mengeluarkan kekuatannya lagi hingga berbagai lesatan ia lampiaskan kepada pohon-pohon itu.

“Akh," pekiknya menggelar. Sungguh ia sangat kacau atas semua yang menimpalinya.

Tidak ada lagi Ashton yang bisa bersikap bijak, malah menjadi orang yang telah berputus asa.

Ashton sudah merasakan lelah, ia langsung terjatuh ke tanah, dengan posisi tangan yang terlentang. Nafasnya memburu tidak beraturan, keringat membasahi wajahnya. Ia menatap langit hitam itu dengan mata yang kelelahan.

Falton bangkit berdiri, berjalan mendekati Ashton. Ia malah tersenyum mengejek melihat keadaan Ashton. Falton ikut juga membaringkan diri di tanah, sesuai dengan Ashton.

Satu serigala yang bodoh, satu serigala yang lagi bijak.

“Masalah apa yang membuatmu seperti ini?” tanya Falton, melirik sedikit Ashton.

Ashton tidak menjawab, ia seolah tidak mendengar pertanyaan itu. Dalton berdecak kesal. Semakin Ashton seperti ini, tidak mau terbuka maka akan membuatnya semakin penasaran.

Dalton berusaha untuk tidak bertanya lagi. Biarkan Ashton terbuka dengan sendirinya. Cukup lama menikmati angin semilir di malam itu, mampu menyuap badan mereka. Namun mereka juga tidak akan berpengaruh pada tubuh. Karena mereka bisa meredam kenbali dengan kelebihan yang dimiliki.

“Apa kamu percaya dengan cinta?" tanya Ashton, matanya masih menatap langit dengan raut wajah sedih.

“Percaya. Dua antara laki-laki dan perempuan yang saling mencintai. Kalau kita manusia serigala laki-laki dan perempuan serigala.

Asjton tersenyum miiris mendengar apa yang dikatakan Falton. Dari situ saja Falton langsung menusuknya, walau tidak secara langsung Ashton terbuka.

Falton mencoba menelaah apa apa maksud Ashton. Falton menghubungkan hal ini dengan perjodohan Ashton. Namun, Falton tidak tahu apakah Ashton bahagia akan hal itu atau tidak.

“Aku jatuh hati Fal,” ucapnya masih tidak jelas dengan siapa.

“Jatuh cinta maksud kamu?”

“Iya."

“Kamu jatuh hati pada siapa? Pasti yang telah dijodohkan kemarin yah, kalau gak salah namanya Via, kata ratu.” Falton menduga bahwa Via yang ia tahu untuk dijodohkan pada Ashton.

“Tidak,” jawabnya menggeleng pelan.

"Jadi sama siapa?"

"Aku jatuh hati pada manusia,” ucapnya berat.

“Oh, manusia.” Dalton masih tidak sadar, ia membalas santai. Namun, seketika ia terbelalak kaget, manusia. Hanya satu kata itu, serigalanya tidak ada.

“Maksud kamu manusia serigalakan?” tanyanya memastikan. Bangun menoleh ke Ashton yang masih terbaring.

“Manusia bukan sebangsa kita,”balasnya.

Falton kaget dengan ini semua. Ashton yang menjadi temannya dan putra dari raja Dalbert itu jatuh hati pada manusia. Perlahan Falton menelaah beberapa hari ini. Mulai dari kunang-kunang yang menggemparkan, Ashton yang menghajarnya, sikap Ashton bahkan sama sekali kadan tidak jelas, dan malam ini puncaknya ia melihat kemarahan Ashton. Falton menebak itu semua, itu berarti yang menjadi masalah dari kemarin hingga saat ini. Falton semakin tidak percaya, ini bukan menjadi masalah, tetapi luar biasa untuk dijadikan masalah yang berkali-kali lipat fatal.

“Apa kamu gila Ashton!”sentak Falton pada Ashton. Ashton tidak menanggapi yang penting Falton sudah tahu apa yang di hatinya, sebelum nantinya Dalton mencari tahu lebih dalam, lebih ia sendiri yang mengakuinya secara langsung.

“Aku tidak gila. Hanya saja perbedaan itu yang membuatku gila,” bantah Ashton santai masih menatap langit hitam itu.

“Kamu sudah tahu konsekuensinya. Mengapa kamu senekad ini bodoh!” umpat Falton.

Ashton diam. la pun tahu akan konsekuensinya nanti. Ia tidak bodoh hal itu, hanya saja hati tidak mungkin bisa diatur. Jika memang sudah waktunya berkata cinta, maka ia juga bertindak untuk menjadikannya pendamping.

“Siapa manusia itu? Apa dia bisa menjamin semua tentangmu selaku manusia serigala?” tanya mendelik. Falton khawatir jika perempuan yang dikenal Ashton akan membuka jati diri mereka di hadapan publik. Mereka akan diincar untuk dijadikan objek atau semacam. Itu yang ditakuti mereka. Berhubung juga jika memang keluar dari hutan manusia serigala perlahan akan terkuras tenaganya. Dalton takut jika hal itu terjadi.

“Aku bisa menjamin dia tidak akan memberitahukan siapapun,” balas Ashton.

“Mengapa kamu bisa jatuh hati bodoh! Kamu juga tahu konsekuensi jika melakukan hal itu,” kata Dalton geram dengan sikap Ashton yang sedari tadi masih cuek, dingin seolah tidak terjadi sesuatu.

“Aku tidak tahu, yang jela perempuan itu berhasil membuatku jatuh hati padanya.” Ashton lagi-lagi menjawab santai.

“Ck, hentikan ini semua Ashton. Kamu dan dia berbeda bodoh!” sentak Falton yang tidak tahan lagi dengan perbuatan Ashton.

Ashton tersenyum miris. Kemarahan Falton tidak membuatnya gentas sedikit pun. Apa yang dikatakan Falton memang semuanya berhenti. Ia bangun dan membalas Falton dengan cueknya.

“Apa yang Kamis lakukan ini sudah di luar batas. Sadarlah Falton! Sampai kapan pun kamu tidak akan bisa bersama dengan manusia itu!! sentak Falton lagi. Ashton berhasil membuatnya naik pitam. Tidak terelak lagi jika Falton sudah panas melihat kelakuan Ashton.

“Iya, semuanya sudah berhenti! Jadi tidak sudah kau berkata seperti itu lagi!” sentak Ashton menjawab. Ashton mengingat kembali penolakan Greisy karena perbedaan diantara mereka. Sungguh sakit mengingat itu semua. Falton mengingatkan itu lagi, dan emosional Ashton keluar tepat di hadapan Dalton yang menyentaknya keras.

Keduanya sama-sama menaikan emosi masing-masing. Ciri khas serigala mereka keluar jika emosi. Sama-sama saling mengontrol agar tidak melakukan pertengkaran secara fisik.

“Pasti kamu sadar bukan? Jika memang kalian memang tidak bisa bersatu," tutur Dalton sedikit remeh.

“Bukan! Dia yang menolak setelah aku ungkapkan identitasku sebenarnya.

“Kurang ajar kamu Ashton!! Apa yang kamu lakukan sudah membahayakan dirimu dan juga lainnya!” kembali emosi setelah mendengar mengungkapkan identitas.

Ashton tidak peduli, ia yakin Greisy pasti merahasiakan itu semua.

“Tidak usah membentakku seperti itu! Telingaku lama-lama bisa pecah mendengarmu!" gerutu Ashton tidak suka. Ashton kembali dengan mode yang bisa dikatakan labil. Labil pada Falton saja. Ashton seolah memiliki Abang yang sayang padanya. Falton juga memperlakukan Ashton sebagai adiknya. Keduanya ibaratkan saudara yang kadang bisa bertengkar, bercanda dan kejam.

“Kamu gak usah manja bodoh! Aku tidak Sudi meladenimu. Kesalahanmu sungguh sangat fatal. Apa jadinya jika masalah ini didengar oelh raja dan ratu. Bahkan para pengikut dan juga musuh, sungguh kau selalu saja membuat Ashton!! Ck, ingin rasany kau cakar sampai habis bodoh!"

“Tidak mungkin kau akan melakukan itu, karena aku tampan dan baik hati padamu,” katanya dengan narsis. Sementara Falton menatap jengah dengan sikap Ashton.

“Kau memang tampan tetapi urusan asmara kau lemah,” ejek Falton, membuat Ashton menatap sinis padanya.

“Itu berarti pesonamu sudah berkurang. Manusia saja tidak suka apalagi satu bangsa dengan kita? Terimalah dengan nasib burukmu,” ejeknya lagi.

“Bukan pesonaku yang berkurang, hanya perbedaan itu yang membuat hancur. Dia tidak menerimanya itu semua,” jawab Ashton sedih.

“Kenapa kamu tidak memaksanya?

“Aku takut dia akan semakin takut padaku. Bahkan pertemuan terakhir di taman dia memberikan jarak padaku saat memeluknya,” kata Ashton masih mengingat jelas dengan pertemuan mereka yang begitu menyedihkan. Ashton.

"Apa? Kau bahkan membawanya ke tamanku?" tanyanya semakin terkejut. Ashton.

Taman yang memang diciptakan Ashton juga kenangan Falton. Banyak cerita indah di sana, namun itu semuanya sudah hancur. Falton tidak pernah mengunjungi taman itu lagi.

“Apa kamu terus membentak? Ini telinga, bukan mainan," kesal Ashton.

“Jelaskan sekarang Ashton!!” desaknya penuh penekanan.

“Iya, aku menggunakan taman itu. Lagian itu juga hasil kerja kerasku dulu. Jangan lupa hal itu! Yah, aku juga berhaklah menggunakan tempat itu," balasnya santai.

Plak

Satu pukulan di pergelangan tangan Ashton. Ashton meringis saja. Falton rasanya ingin menedang, mencabik, menekankan atau hal lainnya untuk Ashton. Baginya Ashton sudah keterlaluan.

“Tadi membentak, sekarang memukul. Nanti apa lagi? Menghajar, nah sekalian!” kesal Ashton mencondongkan wajahnya pada Falton.

“Kamu tidak minta izin padaku Ashton!" membentaknya dan geram dengan Ashton yang seenaknya saja, tanpa minta izin padanya.

“Kenapa aku harus minta izin. Ingat itu semua aku yang buat juga. Kamu menikmati saaj di taman itu. Yah, secara langsung akulah pemilik taman itu,” sombongnya berbangga diri.

“Akh, mati kau anak kurang ajar!!! Ashton dan Dalton bergelut di tanah bak anak kecil. Inilah momen yang jarang pernah terjadi diantara mereka. Masih ada kekanakan yang ditunjukkan, jika sudah berdua. Tetapi jika sudah dihadapi dengan masalah, maka mereka bisa bersikap layaknya orang dewasa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!