Bab 18

Arga memberhentikan mobilnya di area perumahan yang kumuh. Ia turun, dan perhatiannya tertuju pada sekumpulan anak-anak. Mereka sepertinya tengah berebut sesuatu.

" Apakah David salah mengirim alamat padaku?" gumam Arga bertanya-tanya.

" Tapi, yang ditunjukkan pada map ini, benar." Arga bergumam lagi.

Arga menghampiri sekumpulan anak-anak itu. Beberapa anak dari mereka, merasa takut dengan kedatangannya, dan langsung kabur. Dan sisanya lagi, masih berada ditempat. Memperhatikan Arga dengan wajah bingungnya.

" Apakah Om, adalah salah satu pemilik tanah disini?" tanya seorang anak laki-laki.

" Kalau memang Om pemiliknya, kami mohon Om, jangan usir kami. Kami tidak tau harus tinggal di mana lagi." mohon anak laki-laki satunya.

" Bukan, saya bukan pemilik tanah disini." sahut Arga.

" Benarkah?" tanya kedua anak itu berbarengan.

" Iya." sahut Arga.

" Lalu, ada perlu apa Om datang kesini?"

" Saya sedang mencari seseorang," sahut Arga, lalu menunjukkan foto diponselnya. " Apakah kalian mengenal atau pernah melihat wanita ini?" tanya-nya kemudian.

" Iya, dia orang baru disini." sahut anak itu.

" Apakah kalian bisa mengantarku kepadanya?" tanya Arga.

" Baik, ayo ikuti kami Om." ajak kedua anak itu.

Arga mengikuti langkah kedua anak itu, sampai mereka bertiga berhenti didepan sebuah rumah yang hanya terbuat dari triplek.

" Kita sudah sampai Om, ini adalah tempat tinggal kak Mimi dan Nek Dini." ujar anak.

" Oke, terima kasih sudah mengantar saya. Ini untuk kalian," ujar Arga, menyodorkan dua lembar uang pecahan seratus ribu.

" Tidak Om, ini terlalu banyak. Yang lebih kecil aja Om!"

" Saya tidak punya uang cash lagi, hanya ada ini saja. Jadi terimalah," ujar Arga.

" Baik Om, terima kasih ya, Om baik!" ucap kedua anak itu, lalu mereka pun pergi dengan riang.

Arga menatap rumah triplek dihadapannya. " Apakah kalau badai datang, rumah ini tidak akan roboh? Bisa-bisanya dia membawa anakku bersembunyi di tempat seperti ini. Bagaimana kalau kedua anakku kekurangan gizi? Ck, setelah ketemu, aku akan mengikatmu Ayumi Saskia." gumam Arga.

Arga mengetuk pintu dengan pelan, ia takut kalau terlalu keras, tripleknya akan terlepas dari tempat semula. Tak berselang lama, seorang wanita tua keluar. Nek Dini menatap Arga dengan bingung.

" Cari siapa Tuan?" tanya Nek Dini.

" Saya cari Ayumi, apakah dia ada?" tanya Arga.

" Maaf sebelumnya, Tuan siapanya Ayumi?" Nek Dini kembali bertanya.

" Saya suaminya Nek." sahut Arga bohong.

" Suami? Tapi, nak Ayumi bilang, kalau suaminya sudah meninggal." ujar Nek Dini.

Arga tersenyum kaku, " Dia berkata seperti itu, karena dia sedang marah kepada saya Nek. Beberapa hari lalu, terjadi salah faham diantara kami berdua, lalu Ayumi kabur dari saya. Dan saya datang kesini untuk menjemputnya." ujar Arga mengarang.

Nenek Dini manggut-manggut," Nah, ini dia Ayumi datang!" ujar Nek Dini menunjuk ke belakang Arga.

Arga menatap Ayumi dari atas sampai bawah. Dia terlihat sangat kesusahan saat berjalan. Perutnya nampak lebih membesar dari sebelumnya. Pakaian yang dipakai Ayumi, merupakan pakaian tak layak pakai menurut Arga. Dan kakinya, Ayumi berjalan tanpa menggunakan alas kaki.

" Ck, wanita bodoh! Diajak hidup enak, malah kabur! Dan lebih memilih hidup serba kekurangan seperti ini!" Arga membatin.

Dari jarak jauh, Ayumi tak menyadari siapa orang yang sedang berbicara dengan Nek Dini. Sampai, hingga jaraknya beberapa meter, ia sadar, kalau itu adalah laki-laki yang ia hindari selama ini. Ayumi segera membalik badan, ia hendak kembali berjalan menjauh. Namun tiba-tiba, ia di peluk sangat erat dari belakang.

" Mau kabur lagi, hm?" tanya Arga berbisik di telinga Ayumi.

" Lepaskan saya, Tuan!" teriak Ayumi. Sampai membuat beberapa orang di sekitar memandang mereka berdua.

" Saya tidak akan melepaskan kamu, ayo kita pergi dari sini." ajak Arga.

Arga melepas pelukannya, dan beralih menggandeng tangan Ayumi.

" Saya tidak akan pergi kemana-mana! Saya akan tetap tinggal disini!" tegas Ayumi, menghempas kasar tangan Arga.

Bukannya marah, Arga justru senang dengan sikap Ayumi yang tampak kasar padanya. " Sayang, saya tau, kalau saya salah. Sudah cukup kamu menghukum saya dengan pergi, jadi sekarang ayo kita pulang." ujar Arga memelas. Bahkan kini berjongkok di hadapan Ayumi.

Ayumi terkejut, ia sontak mundur beberapa langkah. " Berdiri Tuan, jangan seperti ini!" pinta Ayumi.

" Tidak. Saya tidak akan berdiri, sebelum kamu mau ikut pulang bersama saya." tolak Arga, masih dengan akting dadakannya.

" Nak Ayumi, sebaiknya kamu ikut suami kamu pulang. Kesalah pahaman dalam rumah tangga, itu wajar. Tapi janganlah berlarut-larut, dan mengambil keputusan tergesa. Fikirkan lagi nak Ayumi, apalagi sebentar lagi kalian akan memiliki anak." tutur seorang wanita yang merupakan tetangga Nek Dini.

Ayumi baru tersadar dengan keadaan sekitar. Ternyata ia dan Arga tengah menjadi tontonan gratis orang-orang disana. " Huh! Pantas saja dia mendadak jadi pria paling tersakiti! Mencari kesempatan dalam kesempitan, rupanya!" Ayumi menggerutu dalam hati.

" Iya, nak Ayumi. Sebaiknya kamu pulang bersama suamimu. Selesaikan masalah kalian dengan kepala dingin." saran seorang wanita lainnya.

Sekarang disini terlihat Ayumi-lah yang salah. Dan Arga merupakan korban keegoisannya. " Oke. Saya akan ikut dengan anda, tapi saya punya permintaan terlebih dulu, dan harus anda turuti." ujar Ayumi.

" Katakan, apa permintaanmu?" tanya Arga, sembari berdiri.

" Beli tanah yang telah di jadikan pemukiman disini. Dan bangun rumah yang layak untuk semua warga disini, tanpa terkecuali. Berikan jaminan kesehatan untuk semua orang disini. Sekolahkan semua anak-anak, sampai mereka mendapat gelar sarjana." pinta Ayumi.

" Apa, ada lagi?" tanya Arga.

" Tidak, hanya itu." sahut Ayumi.

Arga mengulurkan tangannya pada Ayumi. " Permintaanmu disetujui!" ujar Arga.

Ayumi menjabat tangan Arga tanpa ragu. " Oke, deal!"

Tak ingin berlama-lama lagi, Arga langsung mengangkat tubuh Ayumi dalam gendongannya.

" Turunkan saya Tuan!" pinta Ayumi, ia mengayun-ayunkan kaki supaya segera diturunkan.

" Jangan banyak bergerak! Nanti kita berempat bisa jatuh! Pegangan yang benar! Mobil saya masih jauh didepan." perintah Arga.

Ayumi menoleh kebawah, lalu ia bergidik ngeri membayangkan jika dirinya akan terjatuh dari gendongan Arga. Ayumi mengalungkan tangannya dileher Arga, karena ia merasa itu adalah hal paling aman yang harus ia lakukan.

Arga mendudukkan Ayumi di kursi penumpang belakang. Dan ia juga ikut masuk disana. Dengan gerakan cepat, Arga mengambil dasi yang tergeletak disana, dan melepas kemeja yang ia pakai.

" A-anda mau ngapain Tuan?!" tanya Ayumi panik.

Arga tak menjawab, ia fokus dengan apa yang ingin ia lakukan. Ia mengikat kedua pergelangan tangan Ayumi dengan dasi. Lalu mengatur sandaran kursi jadi agak merebah. Dan ia juga mengikat kaki Ayumi menggunakan kemejanya tadi.

" Lepaskan saya Tuan!" teriak Ayumi.

Arga masih tak memperdulikan, ia mengangkat baju longgar dan lusuh yang dipakai Ayumi sampai memperlihatkan perut besar dan bulat Ayumi.

" Hai Twins, Papa merindukan kalian." ujar Arga. Ia menundukkan tubuhnya, menempelkan wajah dipermukaan perut Ayumi, serta memberikan usapan-usapan lembut disana.

Ayumi menahan nafas, merasakan sentuhan tangan hangat Arga di kulit perutnya. Bahkan ia merasakan kalau anak-anaknya semakin aktif bergerak. Nyaman, itulah yang dirasakan Ayumi. Dua minggu tidur diatas karpet tipis, sungguh membuat tidurnya setiap malam tak nyaman. Perlahan ia memejamkan mata. Dan tanpa sadar, ia berkata..

" Tuan, jangan dihentikan ya. Ini sangat nyaman, dan menenangkan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!