Bab 6

Dua hari kemudian...

Hari ini urusan Arga telah selesai, ia akan kembali kekota. Namun anehnya, Arga tak bersemangat untuk pulang. Ia merasa sangat nyaman tinggal didesa ini. Ia seperti telah menemukan separuh nyawanya yang hilang.

" Apa kita akan kembali hari ini Tom? Apakah tidak bisa diundur sampai besok atau lusa saja?" tanya Arga tak bersemangat.

" Tidak bisa Tuan, kita tidak bisa meninggalkan perusahaan lebih lama lagi." sahut Tom.

" Hm, baiklah."

**

Di rumah Ayumi, tiba-tiba saja Ayumi merasakan kram pada perutnya.

" Sshh," Ayumi meringis, ia berusaha menahan rasa sakit di perut bagian bawahnya.

Ayumi terduduk dilantai, nafasnya tersengal-sengal. Ia merasakan tubuhnya lemas, bahkan untuk sekedar berteriak minta tolong pun, Ayumi tak mampu. Ia pasrah, pandangannya mulai menggelap, dan beberapa detik kemudian, ia pingsan.

" Kak Ayumi!" teriak Desi. " Kak, bangun kak!" Desi menepuk-nepuk pipi Ayumi.

" Ya ampun, bagaimana ini? Aku harus minta tolong pada siapa?" Desi bingung, matanya berkaca-kaca.

Desi berlari keluar, ia berharap ada seseorang yang mau menolongnya. Apalagi hari masih menunjukkan pukul 06:00. Saat sampai diluar, Desi celingak-celinguk. Dan pandangannya menangkap sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan sedang, sedang menuju kearahnya.

Dengan langkah cepat, Desi menghadang mobil tersebut. Desi merentangkan kedua tangan, dan matanya terpejam.

Tin...

" Hei, kamu mau bunuh diri ya bocah?!" tanya Tom, sembari keluar dari mobil.

" Om, tolongin saya Om. Tolong kakak saya Om, dia pingsan. Tolong Om," Desi memelas, menyentuh tangan Tom.

Tom menepis kasar tangan Desi, ia tersenyum miring. " Enak aja mau minta tolong, setelah apa yang udah kamu perbuat terhadap saya." tolak Tom.

" Untuk yang kemarin saya minta maaf Om, tapi sekarang please tolongin saya Om. Kakak saya pingsan, dan dia lagi hamil." Desi memelas, dan tangisnya pecah.

" Maaf anak kecil, saya lagi sibuk. Lebih baik, kamu minta tolong sama orang lain saja." Tom tetap menolak, ia beranjak dari tempatnya.

Desi berjongkok, dan dengan cepat memegang salah satu kaki Tom. Dan membuat Tom terhuyung kedepan. Untung saja, Tom dengan cepat berpegangan pada spion mobil. Jika tidak, dia pasti akan mencium aspal.

" Hei, Bocah! Lepas nggak! Kamu tuh, hampir mencelakai saya lagi!" bentak Tom.

" Enggak Om, saya nggak akan lepasin Om. Sebelum Om mau menolong saya," Desi menggeleng, dan semakin erat memegang kaki Tom.

Tom menghembuskan nafas kasar, ia memijit pangkal hidungnya. " Baik, saya akan menolong kamu. Tapi tidak gratis, ada imbalannya."

Tanpa berfikir panjang, Desi menyetujui persyaratan dari Tom. " Iya Om, apapun imbalan yang Om mau, akan saya turuti." ujar Desi yakin.

Tom melirik Arga, ternyata sang Bos sudah terlelap.

" Ayo cepat!" ajak Tom.

Desi langsung berlari masuk, dan diikuti oleh Tom. " Ini Om, tolong kakak saya." ujar Desi, sembari berjongkok disebelah Ayumi.

Tom terbelalak, ia tak percaya kalau yang ada dihadapannya adalah sang mantan sekretaris Bosnya. Yang menarik perhatiannya lagi adalah, perut Ayumi yang membesar.

" Om, cepat! Jangan bengong aja!" teriak Desi menyadarkan keterkejutan Tom.

" I-iya,"

Tom menggendong tubuh Ayumi, dan keluar menuju mobil. Ia merebahkan Ayumi disisi Arga.

" Bocah, kamu duduk disebelah Ayumi." pinta Arga.

" Iya Om."

Mobil pun akhirnya melaju, Desi menggenggam salah satu tangan Ayumi. Dan sesekali ia melirik kesebelah Ayumi, yang dimana terdapat pria yang ia tuduh mencuri sendal Ayumi, sedang tertidur pulas. Dia sama sekali tak terganggu dengan keadaan sekitarnya. Mungkin, kalau dia diculik, atau dibegal, dia tidak akan tau apa-apa. Dia akan terbangun seperti orang bodoh yang linglung mungkin? Begitu pikir Desi.

" Om, Om ini pingsan juga ya?" tanya Desi menunjuk Arga.

" Enggak," sahut Tom.

" Kok dia nggak bangun-bangun?"

" Dia lagi nunggu sang Putri yang datang menciumnya, baru setelah itu, dia akan terbangun." jawan Tom asal.

" Hah? Maksudnya Om, saya nggak ngerti."

" Nggak usah dimengerti Bocah, cukup diam saja! Saya sudah pusing mendengar ocehan kamu sejak tadi!" tegur Tom, membuat Desi langsung bungkam.

Tom kembali fokus menyetir, namun ia sesekali melirik ke jok belakang. Dimana terdapat tiga orang disana. Dan yang paling menarik perhatiannya adalah Desi. Tom terus memperhatikan gerak-gerik Desi.

" Kamu mau ngapain Bocah?" tanya Tom, saat melihat Desi yang mendekatkan wajahnya ke wajah Arga, dengan bibir yang sengaja di buat monyong.

" Mau bangunin Om ini, Om. Siapa tau Om ini mau terbangun kalau aku yang cium. Kasihan kak Ayumi, bahunya di pakai sandaran sama Om ini." sahut Desi dengan polosnya.

Tom reflek menginjak rem, saat mendengar jawaban dari Desi. " Nggak kayak gitu juga konsepnya Bocah!" teriak Tom frustasi.

" Tom! Kamu kalau mau mati jangan ngajak-ajak saya!" bentak Arga.

" Ma-maaf Tuan."

" Jadi, Om menipu saya ya?" tanya Desi, ia baru tersadar kalau sejak tadi dikelabui oleh Tom.

" Nggak kok, saya nggak pernah menipu kamu."

" Terus, kenapa Om ini bisa kebangun sendiri?"

" Intinya saya nggak menipu kamu, kamunya aja yang bodoh!"

Arga yang jadi bahan pembicaraan, merasa geram. Dan mulai mengeluarkan aura dinginnya. " Kalian ngomongin apa? Dan kenapa kamu bisa ad-, Ayumi!" teriak Arga.

Ia sangat terkejut dengan keberadaan Ayumi disebelahnya. " A- ada apa dengan Ayumi! Dan, dan kenapa perutnya seperti ini? Dia masuk angin?" tanya Arga, sambil terus memperhatikan perut buncit Ayumi.

" Kak Ayumi lagi pingsan, dan ini nih, bukan masuk angin. Tapi kak Ayumi lagi hamil." sahut Desi menyentuh perut buncit Ayumi.

Arga tergugu, lidahnya terasa kelu untuk sekedar berucap. Jantungnya terus berdebar kencang. " Apa Ayumi hamil karena aku? Apa bayi yang dikandung Ayumi adalah hasil benihku? Kenapa dia tidak datang padaku dan meminta pertanggung jawaban?" berbagi pertanyaan itu muncul dalam benak Arga.

Akhirnya, mobil yang dikendarai Tom, sampai di rumah sakit. Desi langsung keluar, dan memanggil bantuan. Dan segera, beberapa perawat laki-laki datang membawa brangkar. Ayumi langsung dibawa masuk. Desi mengikuti, sedangkan Tom dan Arga masih dimobil.

" Apa kita langsung jalan saja Tuan?" tanya Tom, pada Arga yang masih terduduk di jok belakang.

" Tidak, kita pastikan keadaan Ayumi baik-baik saja." sahut Arga.

Arga keluar dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam rumah sakit.

" Bagaimana keadaan Ayumi?" tanya Arga pada Desi.

" Masih diperiksa Dokter Om," sahut Desi.

" Dimana suaminya Ayumi?"

" Kak Ayumi nggak punya suami,"

" Lalu, kenapa bisa hamil?" tanya Tom menyela.

" Kak Ayumi hamil diluar nikah, dia pernah melakukan kesalahan bersama laki-laki." sahut Desi.

" Kenapa nggak minta pertanggung jawaban?" tanya Arga lagi.

" Kata kak Ayumi, laki-laki itu sudah mempunyai istri." jawab Desi.

Mendengar jawaban yang dilontarkan Desi, ada sedikit rasa lega di hati Arga. Berarti bayi yang dikandung Ayumi bukanlah hasil dari benihnya.

" Dengan keluarga pasien?" tanya Dokter baru keluar dari ruang UGD.

" Iya, saya Dok. Bagaimana keadaan kakak saya Dok?" tanya Desi tak sabaran.

" Pasien baik-baik saja, hanya kurang istirahat. Jadi, sementara waktu akan di rawat inap dulu." sahut Dokter.

" Baik, Dok."

" Baik, saya permisi dulu." ujar Dokter.

" Bagaimana Tuan, apa kita menunggu sampai Ayumi siuman dulu? Waktu kita sudah sangat mepet Tuan," ujar Tom melirik arloji yang bertengger ti pergelangan tangannya.

" Tidak, kita pergi sekarang saja." ucap Arga.

Arga mengeluarkan dompetnya. Dan ia mengambil sebuah kartu disana. " Kamu pakai kartu ini untuk memenuhi segala keperluan Ayumi dan kamu, tapi jangan sampai Ayumi tau tentang soal ini." ujar Arga menyerahkan kartu itu pada Desi. Arga masih ingat betul, bagaimana Ayumi menolak mentah-mentah saat ia diberikan kartu kredit sebagai permintaan maaf.

" Tapi Om,"

" Kamu harus menerimanya, itung-itung sebagai permintaan maaf saya, karena sudah memakai sendal kamu tanpa izin."

" Saya jadi curiga, Om ini siapanya kak Ayumi? Sampai-sampai memberikan kartu seperti ini." tanya Desi memicing, ia yakin kalau kartu yang ia pegang adalah kartu yang isinya tanpa batas.

" Saya temannya Ayumi."

" Tapi Om, saya nggak bisa terima gitu aja." tolak Desi kembali memberikan kartu itu pada Arga.

" Pokoknya kamu terima!" tegas Arga. Kembali memberikan pada Desi. " Ayo Tom." ajak Arga pada Tom.

" Kamu masih berhutang pada saya Bocah!" ujar Tom sebelum pergi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!