Bab 14

Setelah kejadian tadi siang, Ayumi jadi tak tenang. Ia takut jika Arga akan mengambil anaknya. " Tidak, kalian adalah anakku. Aku tidak akan membiarkan kalian diambil oleh siapapun, termasuk Ayah kalian sendiri." ujar Ayumi.

" Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Dia sudah tau keberadaanku," gumam Ayumi khawatir.

Ayumi berjalan mondar-mandir dikamarnya. Di tengah rasa khawatirnya, bayi-bayi yang ada diperutnya tiba-tiba sangat aktif bergerak. Sampai Ayumi di buat meringis sesekali.

" Apakah kalian juga khawatir seperti Mama? Apa kalian juga takut jika di ambil oleh Papa?" tanya Ayumi pada bayi diperutnya.

Dug.

Bayi Ayumi merespon, " Tenang sayang, Mama akan melindungi kamu. Mama tidak akan membiarkan Papa mengambil kalian dari Mama." ujar Ayumi sambil mengelus-elus perutnya.

Brak.

" Kak Ayumi!" teriak Desi. Ia datang dari luar sambil berlari, dan ia membuka pintu kamar Ayumi dengan kasar.

" Kenapa Desi?" tanya Ayumi.

Desi tak langsung menjawab, ia mengatur nafasnya lebih dulu. " Diluar, diluar ada orang yang nyari kakak, dan dia-,"

Ucapan Desi belum selesai, tapi Ayumi sudah lebih dulu keluar.

Ayumi berjalan cepat keluar rumah, dan sesampainya diluar, ia dikejutkan dengan halaman rumahnya yang lumayan luas, sudah dipenuhi dengan box barang yang entah apa isinya.

" Apa-apaan ini! Kenapa kalian menaruh box-box ini di halaman rumah saya?" tanya Ayumi pada lima orang yang masih menurunkan barang dari mobil.

" Saya hanya disuruh untuk membawa barang-barang ini Nyonya," sahut salah seorang pria.

" Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Ayumi lagi.

" Kami tidak tau namanya. Dia hanya mengatakan, kalau anda bertanya, bilang saja Ayah dari anak yang anda kandung." sahut pria itu.

Ayumi memejamkan matanya, ia menghela nafas berat. " Sudah aku duga, pasti laki-laki sialan itu pelakunya!" gumam Ayumi dengan suara tertahan.

" Hei, kalian semua! Dengarkan saya, bawa kembali semua barang-barang ini! Kembalikan pada orang yang menyuruh kalian! Katakan juga padanya, aku, Ayumi Saskia masih sanggup menghidupi diriku dan anakku! Jadi aku tidak memerlukan sumbangan dari siapapun!" tegas Ayumi.

Kelima pria itu terdiam, mereka saling tatap satu sama lain. " Tapi Nyonya-,"

" Saya tidak menerima bantahan! Ini adalah perintah! Atau, kalian mau kalau saya melaporkan pada pihak keamanan di daerah ini! Bahwa kalian telah membuat salah satu warga disini merasa tak nyaman dan dirugikan karena kalian!" ancam Ayumi.

" Ba-baik Nyonya, kami akan mengangkut semua barang ini lagi." orang-orang itupun, akhirnya menyetujui keinginan sang pemilik rumah.

Ayumi berbalik, dan hendak kembali masuk ke dalam rumah. Namun ia dikejutkan dengan kehadiran Desi yang tiba-tiba ada dibelakangnya.

Desi menganga tak percaya, ia menatap Ayumi dari atas sampai bawah. " Wah, wah, wah. Ternyata Twins anak sultan!" ujar Desi heboh.

Ayumi memutar bola matanya malas, " Bukan sultan, palingan juga ngutang!" ujar Ayumi.

" Kalau memang dia semiskin itu, tapi aku salut sama dia. Berani berhutang banyak untuk calon anaknya. Belum lahir aja, udah kayak gini. Gimana, kalau udah lahir? Mungkin nyawanya pun akan ia tukar untuk kebahagian twins." puji Desi.

" Jangan terlalu dramatis Desi, kamu belum ketemu sama orangnya. Nanti kalau kamu sendiri tau seperti apa dia, aku yakin, kamu akan berubah fikiran." ujar Ayumi, lalu melangkah meninggalkan Desi.

Desi mendekati lima pria itu yang kembali menata barang kedalam mobil. " Kira-kira berapa juta ya, dia ngutang untuk beli barang-barang ini?" tanya Desi.

" Siapa yang ngutang, adik?" tanya salah satu pria.

" Yang kirim semua barang ini Pak. Kata kakak saya, orangnya itu miskin." sahut Desi.

Para pria itu tertawa mendengar jawaban Desi.

Desi bingung, ia mengerutkan dahi. " Aku rasa, nggak ada yang salah deh, sama ucapanku tadi. Terus kenapa mereka tertawa? Oh, apa jangan-jangan ada sesuatu di wajahku?" Desi membatin. Ia langsung mengamil ponselnya disaku celana, dan berkaca.

" Udah cantik, adik. Jangan di kaca-in terus, nanti kacanya minder, karena adik lebih cantik dari dia." ujar pria itu.

Desi menunduk, ia merasa malu sekarang. " Ehem." Desi berdehem, untuk menetralkan rasa malunya.

" Terus, tadi Bapak-bapak semua tertawa karena apa?" tanya Desi.

" Karena adik bilang yang kirim barang ini orang miskin. Mungkin kakaknya adik salah, karena telah mengira Ayah dari anaknya orang miskin." ujar pria itu menjelaskan.

" Memangnya orang itu tidak miskin?" Desi bertanya lagi dengan polosnya.

Pria itu mengambil ponselnya, lalu mencari sesuatu disana. " Nih, lihat. Apakah setelah melihat foto ini, kamu masih beranggapan kalau dia miskin?" pria itu menunjukkan sebuah foto.

Desi terbelalak, " Apa?! Jadi, dia orangnya? Sungguh terlalu! Awas aja kalau ketemu lagi, akan aku bejek-bejek dia sampai benyek!" setelah mengatakan itu, Desi langsung pergi.

...----------------...

Di tempat lain,

Arga memperhatikan tangannya, dan meletakkan tangannya didada. " Papa yakin, kamu adalah anak Papa. Walupun tanpa tes DNA, karena Papa merasakan ikatan batin yang kuat antara kita." Ujar Arga.

Arga mengambil ponselnya disaku celana. Dan menghubungi seseorang. " Halo, bagaimana? Apa semuanya sudah dikirim sesuai alamat?" tanyanya.

" ....................."

" Apa?! Baik."

Arga mengakhiri panggilan telponnya. " Sepertinya, aku harus mengurus ini sendiri." gumam Arga.

" Wanita memang sulit sekali ditebak. Dulu minta tanggung jawab, sekarang malah menolak, saat aku hendak bertanggung jawab pada anakku." ujar Arga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!