Bab 4

Ayumi memperhatikan pantulan dirinya didepan cermin. Ia mengelus perut buncitnya sambil tersenyum.

" Halo, anak-anak Mama. Kalian lagi ngapain didalam sini? Mama harap kalian berdua sehat-sehat selalu ya, dan hari ini Mama mau ajak kalian ke Bidan untuk memeriksa keadaan kalian." ujar Ayumi berbicara pada kedua calon anaknya yang masih bersemayam didalam rahim.

Setelah selesai berdandan sedikit, Ayumi keluar dari kamarnya. Ia menemui Desi yang sedang berjaga diwarung.

" Desi, kakak pergi sekarang ya. Kamu tolong jaga warung dulu." pinta Ayumi.

" Siap Bos!" ucap Desi, sambil meletakkan tangannya di dahi bagian samping, membentuk hormat.

" Pokoknya kamu harus ingat Desi, kalau ada orang yang marah-marah nggak jelas kayak minggu lalu, jangan kamu hadapi, biarkan saja mereka. Jangan menguras energimu untuk berdebat dengan mereka." tegas Ayumi.

" Iya, iya kak."

" Ya udah, kakak pergi sekarang." Ayumi berbalik badan dan langsung melangkah keluar.

" Iya kak Ayumi, iya nggak janji maksudnya. Hehehe," ujar Desi cekikikan setelah kepergian Ayumi.

Karena tak ada kendaraan apapun, Ayumi diharuskan untuk berjalan kaki. Walaupun lelah ia rasakan, tapi Ayumi tetap semangat. Di tengah perjalanan, Ayumi disapa seseorang, dia adalah salah satu pelanggan di warung nasi milik Ayumi.

" Ayumi, kamu mau kemana?" tanya Rendi

" Mau ke Bidan Kak," sahut Ayumi ramah.

" Aku antar ya? Kasihan kamu pasti capek, Bidannya kan, masih jauh didepan sana." ajak Rendi.

" Nggak usah kak, aku jalan aja. Permisi," tolak Ayumi ia kembali melanjutkan perjalannannya.

" Heh! Dasar wanita genit! Sadar diri dong, kamu dan Rendi itu jauh berbeda! Rendi itu masih lajang sedangkan kamu, kamu hanya wanita murahan yang menjajakan tubuhnya pada sembarang pria! Makanya sekarang kamu nggak tau, kan. Siapa ayah dari anak yang kamu kandung!" ujar seorang Ibu yang tak sengaja melihat Ayumi dan Rendi berbicara.

Ayumi menunduk. tanpa menoleh ataupun berbicara, Ayumi hanya melewati Ibu itu.

" Selain wanita murahan, ternyata dia nggak punya mulut juga!" kesal Ibu itu.

Dan 30 menit kemudian, akhirnya Ayumi sampi di Bidan. Sesampainya disana, Ayumi langsung mencari tempat duduk. Nafasnya tersengal-sengal, karena keberatan bobot tubuh yang semakin hari semakin naik. Sebab ia tengah mengandung dua malaikat kecil di dalam perutnya.

Karena datang paling terakhir, jadi Ayumi dapat nomor antri yang terakhir juga. Dan tiba-tiba saja air mata Ayumi menggenang di pelupuk matanya. Ayumi mengerjap-ngerjapkan matanya, agar air matanya bisa tertahan dan tak tumpah.

Entah kenapa ia merasa iri melihat para Ibi-ibu hamil disana. Mereka di dampingi oleh suami mereka masing-masing. Ini bukan kali pertama Ayumi memeriksa kandungan, dan melihat pemandangan seperti ini. Tapi baru kali ini ia merasa iri, dan ingin juga didampingi seperti mereka.

Tes.

Setetes air mata Ayumi jatuh, namun ia segera menghapusnya, agar tak ada yang melihat.

" Rilex Ayumi, jangan kebawa perasaan. Ini mungkin hanya bawaan bayi-bayimu, jangan ingat lagi pria tak bertanggung jawab itu." gumam Ayumi menegarkan dirinya.

" Ibu Ayumi Saskia!" panggil asisten Bidan.

 Ayumi bergegas masuk ke ruang pemeriksaan. Ia tersenyum ramah pada Bidan Fitri.

" Bagaimana Ibu Ayumi, apa ada keluhan?" tanya Bidan Fitri.

" Nggak Bu Bidan, semua baik-baik saja." sahut Ayumi.

" Baiklah, mari kita mulai pemeriksaannya." ajak Bidan Fitri.

Setelah melewati berbagai rangkaian pemeriksaan, dan keadaan bayi-bayi kecilnya baik-baik saja, Ayumi langsung kembali pulang. Ia keluar dari tempat praktek Bidan dengan senyum yang menghias dibibir.

Walaupun Ayumi harus pintar-pintar menabung untuk bisa memeriksa kandungannya ke Bidan, namun semua terbayar lunas dengan kesehatan pada kedua bayi kembarnya.

...----------------...

Ditempat lain.....

" Apa tidak bisa diundur saja Tom?"

" Maaf Tuan, tidak bisa."

" Kalau diwakilkan, bagaimana?"

" Maaf Tuan, tidak bisa juga."

Arga menghela nafas panjang, ia sangat enggan untuk meninggalkan tempat tidurnya. Selain mengalami hal seperti gejala orang hamil, Arga juga jadi orang yang sangat mudah sekali mengantuk.

" Hm, baiklah. Saya akan bersiap dulu, kamu tunggu dibawah saja."

" Baik Tuan."

" Selain jadi si pemalas, ternyata Tuan jadi si tukang tidur juga. Eh, tapi, si pemalas dan si tukang tidur kan memang satu paket komplit." Tom bergumam dalam hati sambil terkekeh geli.

Tom keluar, dan Arga dengan ogah-ogahan, ia mengambil koper dan mengisi dengan pakaian dan kebutuhannya yang lain.

Tom yang sedang turun dari tangga, di panggil oleh Mami Sita. Ibunda sang Pangeran tidur.

Ya, beberapa hari ini, Arga mendapat julukan sang Pangeran tidur dari Maminya sendiri.

" Bagaimana Tom?" tanya Mami Sita.

" Setelah mendaki gunung yang tinggi, dan melewati lembah yang curam, akhirnya mau Nyonya."

Mami Sita geleng-geleng kepala, " Dasar anak itu! Oh iya, Tom. Saya mau tanya sesuatu sama kamu."

" Tanya apa Nyonya?"

" Apa kamu tau, kalau pernah Arga dekat dengan perempuan?" tanya Mami Sita.

" Nggak Nyonya, saya tidak pernah melihat Tuan Arga dekat dengan perempuan manapun." sahut Tom.

" Hm, iya udah."

" Nyonya Mami!" teriak seorang anak kecil laki-laki yang berumuran sekitar 4 tahunan, ia berlari ke arah Mami Sita.

" Ada apa Galih?" tanya Mami Sita.

" Galih takut Nyonya Mami." sahut Galih, ia memeluk erat kaki Mami Sita.

" Takut kenapa, hem?" tanya Mami Sita lembut. " Jangan takut boy, kamu itu anak laki-laki. Jangan jadi penakut," ujar Mami Sita lagi.

Mendengar perkataan itu, Galih melepas pelukannya. Ia mengucek matanya, agar berhenti mengeluarkan air mata.

" Galih mimpi kolor Nyonya Mami." adu Galih.

Mami Sita mengerutkan dahinya, ia memiringkan kepala ke arah Tom. " Kolor yang mana, yang bisa buat orang takut?" bisik Mami Sita pada Tom.

" Tidak tau Nyonya. Setahu saya, bukan kolornya yang buat orang takut, tapi isi didalam kolornya kadang buat orang takut." sahut Tom ikut berbisik.

Mami Sita mengangguk, lalu ia berjongkok didepan Galih, untuk menyamai tinggi anak itu. " Coba ceritakan sama Nyonya Mami, mimpi kolor yang mana yang bisa buat Galih takut? Kolor spiderman, superman, atau mungkin spongebob?" tanya Mami Sita.

" Bukan kolor celana, Nyonya Mami. Tapi kolor yang ada hantunya!"

" Waduh!" Mami Sita menepuk jidatnya sendiri.

" Itu namanya horor Galih, bukan kolor." Tom bersuara sambil menahan senyum.

" Iya, itu dah namanya. Kolor!"

" Iya, iya. Jangan nge-gas gitu," Mami Sita mengusap lembut kepala Galih.

" Galih, kenapa kamu ada disini? Ayo kembali kekamar," ajak Jo.

" Enggak Pa, Galih nggak mau bobok siang lagi. Nanti mimpi kolor lagi." tolak Galih, ia memeluk erat Mami Sita.

" Tapi kamu-"

" Sudah Jo, biarkan saja. Jangan terlalu keras sama anak." Mami Sita menengahi perdebatan antara anak dan ayah itu.

" Baik Nyonya," ujar Jo.

" Hei anak kecil! Jangan cari perhatian ya sama Mami saya!"

Terpopuler

Comments

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

Bagus gusur tuh si cowo luknut .... thor jangan buat Ayumi mau nerima si Arga

2024-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!