Bab 3

Dengan hanya berbekal tabungan yang ia punya, Ayumi memutuskan untuk kembali kekampung halaman ibunya. Saat ini ia sedang berada dalam perjalanan menggunakan jasa taksi online.

 Letak kampung halaman ibu Ayumi, berada dipedesaan. Ia disana akan melanjutkan usaha warung nasi milik ibunya dulu. Sebenarnya, bisa saja Ayumi melamar kerja sebagai sekretaris lagi, tapi kemungkinan besar ia akan bertemu lagi dengan Arga.

Ayumi sangat membenci Arga, ia tak mau untuk kembali bertemu dengannya.

 

4 bulan kemudian....

" Kak, kak Ayumi mending duduk aja deh. Biar aku aja layani pembelinya."

" Nggak apa-apa Desi, kalau dibawa duduk terus capek juga." ujar Ayumi.

" Tapi aku kasihan lihat kak Ayumi." Ucap Desi memperhatikan Ayumi dari atas sampai bawah.

" Jangan berlebihan kayak gitu Desi, aku bukan orang lumpuh yang harus duduk terus." jelas Ayumi.

" Ya udah, deh. Terserah kakak aja," Desi pun akhirnya mengalah.

" Ayumi! Keluar kamu Ayumi!" teriak seorang wanita dari luar warung.

Ayumi keluar, " Iya Bu Ratih, ada apa nih. Kok teriak-teriak?" tanya Ayumi.

" Heleh, jangan sok polos deh Ayumi!" bentak Bu Ratih.

" Maksud Ibu, sok polos gimana ya? Saya nggak ngerti?" tanya Ayumi.

" Kamu pasti pakai guna-guna kan?! Makanya suami saya terus aja makan diwarung kamu! Dia udah nggak suka lagi sama masakan saya!" tuduh Bu Ratih.

" Ya ampun Bu Ratih, kenapa Bu Ratih bisa menuduh saya seperti itu. Saya mana ngerti sama yang namanya guna-guna."

" Emang dasar kamu wanita nggak benar! Wanita murahan! Kalau kamu memang wanita baik-baik, nggak mungkin kan kamu hamil tanpa suami!"

Ayumi menunduk, tangannya meremas ujung bajunya. Ini bukan pertama kalinya ia menerima hinaan seperti itu, tapi tetap saja hati Ayumi rasanya diremas-remas mendengar perkataan seperti itu.

" Maaf Bu, lain kali saya tidak akan menerima suami Ibu jika nanti ingin makan disini." Ayumi mengalah, ia tak mau kalau sampai Bu Ratih semakin menghinanya.

" Memang seharusnya seperti itu! Dasar wanita murahan-"

" Heh, Bu Ratih! Nggak seharusnya Bu Ratih menyalahkan kak Ayumi! Salahkan saja diri Ibu sendiri yang nggak bisa masak dengan enak! Makanya suami Ibu lebih memilih membeli makan disini, karena suami Ibu tau kalau makanan disini lebih enak!" Desi datang dan melakukan pembelaan untuk Ayumi.

" Anak kecil nggak usah ikut-ikutan!" ucap Bu Ratih tak mau kalah.

" Memangnya kenapa kalau saya anak kecil, hah! Walaupun saya masih kecil, tapi pemikiran saya sudah dewasa! Nggak seperti Ibu, udah tua tapi pemikirannya masih seperti anak kecil! Panjang otak fikirnya cuma sejengkal!" ujar Desi emosi, sambil menunjukkan jengkal jarinya.

Bu Ratih menatap tajam Desi, dan ingin rasanya dia menamparnya.

" Desi, udah Desi. Jangan diperpanjang," Ayumi menasehati Desi.

" Tapi aku nggak bisa terima kak, kalau kakak dihina kayak tadi."

" Kan memang dia wanita yang hina, dan Kamu Desi, kalau kamu terus bergaul dengan dia, pasti kamu akan ikutan jadi wanita hina seperti dia, yang hamil tanpa suami!" Bu Ratih kembali bersuara.

" Heh, Bu Ratih! Kak Ayumi itu wanita baik-baik ya. Seharusnya, Bu Ratih itu memberi dukungan untuk kak Ayumi. Bukan malah merendahkannya! Coba aja Ibu bayangin, kalau Bella, anak Ibu yang ada dalam posisi kak Ayumi! Apa yang akan Ibu lakukan hah!"

Tangan Bu Ratih terkepal, " Nggak mungkin! Anak saya adalah anak baik-baik, dia selalu ada dalam pengawasan saya!" sarkas Bu Ratih.

" Iya, dia memang selalu ada dalam pengawasan Ibu jika ada dirumah. Tapi jika diluar rumah bagaimana? Apa Ibu akan membuntuti Bella terus? Apa Ibu membayar mata-mata untuk mengawasinya? Tidak kan!" ucapan Desi sangat menohok, membuat Bu Ratih semakin emosi.

" Dasar kamu ya, anak kecil mulutnya pedes banget!" Bu Renita beranjak pergi, ia sesekali menghentakkan kakinya ke tanah.

" Biarin mulut pedes, yang penting nggak suka nyinyir kayak Ibu! Wlek!" ledek Desi sambil menjulurkan lidahnya.

" Sudah cukup Desi, ayo sebaiknya kita masuk." ajak Ayumi.

" Kenapa tadi Bu Ratih nggak kakak lawan aja?" tanya Desi geram.

" Percuma Desi, kalau kakak lawan dia, dia pasti akan tetap menang. Karena Bu Ratih benar, kalau kakak hamil tanpa suami." sahut Ayumi sendu, sembari mengelus perut buncitnya.

" Eh, maaf kak. Jangan sedih gitu dong," ujar Desi diliputi rasa bersalah.

" Iya, nggak apa-apa."

" Ngomong-ngomong, ini dedek kembarnya kapan akan keluarnya kak? Aku udah nggak sabar mau gendong mereka berdua." Desi ikut mengelus perut buncit Ayumi.

" Masih nunggu, 5 sampai 6 bulan lagi."

Desi mengangguk faham, mereka berdua berjalan beriringan masuk kedalam warung makan kecil milik Ayumi.

...----------------...

Ditempat lain, tepatnya di kediaman Arga. Sejak tadi pagi, hingga hari sudah beranjak siang, ia terus bolak-balik kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Sampai-sampai rasanya Arga tak punya tenaga untuk sekedar berdiri.

" Kamu ini kenapa sih, Arga? Ada yang kamu sembunyikan ya, dari Mami?" tanya Mami Sita khawatir, pada putra semata wayangnya.

" Cuma masuk angin biasa Mi, palingan nanti juga sembuh." sahut Arga lesu, ia bahkan masih menutup mata dan berbalut selimut.

" Ck, kamu selalu bilang masuk angin. Masa ada orang masuk angin tiap hari. Arga, kalau kamu punya penyakit atau apa, cerita sama Mami, jangan menyembunyikannya dari Mami. Mami khawatir sama kamu Arga," Mami Sita mengelus kepala Arga dengan sayang.

" Aku nggak punya riwayat penyakit apa-apa Mi, kalau Mami nggak percaya, Mami cek aja sendiri hasil medical cek up aku. Tuh, ada dilaci bawah." ujar Arga menyakinkan Maminya.

Mami Sita membuka laci yang dimaksud putranya, dan ia menemukan sebuah map. Mami Sita langsung membuka, dan membacanya.

" Huh," Mami Sita membuang nafas lega, ternyata kesehatan putranya sedang baik-baik saja.

" Mami jadi nggak tega ninggalin kamu Arga, apa Mami batalin aja ya rencana jalan-jalannya?"

" Nggak usah dibatalin Mi, aku nggak apa-apa. Mami pergi aja, nikmati hari liburnya Mami."

" Tapi.."

" Tenang aja Mi, dirumah aku nggak sendirian. Ada pelayan dan juga Jo yang selalu mengawasi aku." Arga masih meyakinkan Mami Sita.

" Em, ya udah deh kalau gitu. Seharusnya kamu tuh, cari istri. Biar ada yang ngurus kamu kalau lagi sakit, dan Mami juga nggak khawatir kalau ninggalin kamu."

" Udah deh Mi, jangan bahas soal itu dulu. Aku lagi sakit nih,"

" Gimana Mami mau nggak bahas! Orang kamu udah dari dulu Mami suruh untuk cari istri, bilangnya cuma nanti, besok, kapan-kapan aja! Mau kamu apa sih Arga? Mami tuh iri sama teman-teman Mami yang udah pada gendong cucu! Mami juga pengen kayak mereka. Kamu harus ingat Arga, usia kamu sebentar lagi akan memasuki kepala tiga." ujar Mami Sita cerewet.

" Iya, iya Mi. Nanti akan Arga cariin cucu buat Mami."

" Bukan cucu aja! Tapi mantu juga!" ketus Mami Sita.

" Iya, iya Mi. Nanti Arga akan pesan yang paket komplit."

" Ish, kamu ini! Kamu kira ucapan Mami main-main apa? Kamu mau nunggu Mami nyusul papi kamu dulu, baru nanti kamu mau nikah?" tanya Mami Sita kesal.

" Nggak gitu juga Mi, mending Mami berangkatnya sekarang aja. Pasti teman-teman Mami udah pada nunggu." usir Arga.

" Dasar anak durhaka!" geram Mami Sita, namun tak ayal ia menuruti perkataan Arga.

Saat Mami Sita menutup pintu, tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Ia menatap putranya yang masih berbaring diranjang. " Arga, kamu nggak nge-hamili anak orang kan?" tanyanya.

Arga yang mendengar pertanyaan itu, sontak membuka mata. " Mami nuduh aku?" Arga balik bertanya sewot.

" Mami nggak nuduh kamu, karena apa yang kamu alami saat ini, membuat Mami teringat saat Papi kamu dulu yang mengalami Couvade Syndrom atau kehamilan simpatik." sahut Mami Sita.

" Enggak lah Mi, mana mungkin aku melakukan itu!"

" Awas aja ya, kalau kamu sampai nge-hamili anak orang, dan nggak mau bertanggung jawab. Mami akan pangkas habis burung kamu itu!" ancam Mami Sita. Dan langsung menutup pintu dengan keras.

Perasaan Arga tak tenang, ia tiba-tiba teringat dengan Ayumi. Hanya dengan Ayumi saja ia pernah melakukannya, dan itupun tanpa pengaman. Kemungkinan besar, bisa saja Ayumi mengandung benihnya.

" Nggak! Nggak mungkin dia mengandung anakku. Kami hanya melakukannya sekali, dan nggak mungkin akan langsung jadi kan? Lagi pula, jika dia memang dinyatakan hamil setelah kejadian itu, dia pasti akan datang dan meminta pertanggung jawaban dariku. Iya, dia pasti tidak mungkin mengandung anakku. Buktinya, dia tak datang padaku sampai saat ini." Arga meyakinkan dirinya.

Terpopuler

Comments

Gustriana Baiki putri

Gustriana Baiki putri

ga usah sombong Arga nanti kamu bakalan nyesel begitu tau hasil dari kesalahan satu x mnjadi 2 embrio...
ntar nangis² minta Ayumi Nerima kamu...

2024-05-17

0

nadira ST

nadira ST

dasar laki2 kadal buntung pengen enaknys aja, entar nyesel lho

2024-05-03

0

Susi Susiyati

Susi Susiyati

nyesel tujuh turunan nnti km tuan egois.apalg ankmu kmbar.

2024-04-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!