Bab 8

Pukul 8 malam Arga baru sampai dikediamannya. Suasana rumah sangat sepi. Mami Sita yang biasanya selalu menunggu kepulangannya, tak ada.

Arga menaiki tangga menuju kamarnya, dan saat hendak masuk kedalam kamar, ia melihat pintu kamar sang Mami yang sedikit terbuka. Dan lampunya menyala, yang menandakan sang pemilik kamar masih terjaga.

Arga melanjutkan niatnya untuk masuk kamar. Ia melepas dasi yang terasa mencekik dilehernya. Arga menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri.

Tak membutuhkan waktu lama, Arga telah menyelesaikan ritual mandinya. Ia telah memakai pakaian santai. Malam ini, Arga akan berbicara kembali pada Maminya. Mengenai perjodohan itu, bukan untuk menyetujui, tapi untuk memberi pengertian pada Mami Sita.

Tok..tok..

Arga mengetuk pintu kamar Mami Sita. Tak ada sahutan, Arga menyembulkan kepalanya. Terlihat Mami Sita sedang membolak-balikkan sebuah majalah.

" Mami?" Arga memanggil Mami Sita.

Mami Sita menoleh, " Eh, Arga. Kamu udah pulang?"

Arga melangkah maju, " Mami lagi baca majalah apa sih, serius banget. Sampai Arga ketuk pintu nggak didengar."

" Bukan majalah, tapi album foto. Lihatlah, ini foto-foto kamu dari bayi sampai remaja." Mami Sita menunjukkan album foto itu pada Arga.

Arga memperhatikan foto-foto itu, " Ternyata waktu kecil, aku suka banget nangis ya, Mi?" tanya Arga. Ia melihat beberapa foto dirinya yang masih balita, dan terlihat dibeberapa foto itu ia menangis.

" Iya, kamu suka sekali menangis. Dan kamu selalu berseteru sama Papi. Kamu lihat ini, foto ini diambil saat kamu main ditaman. Kamu sudah dibelikan satu es krim sama Papi. Tapi kamu minta lagi, dan Papi tidak memberikannya. Alhasil kamu nangis kejer, semua orang ditaman sampai memperhatikan kamu. Mami yang saat itu sedang mengobrol dengan salah satu teman Mami, jadi pergi meninggalkan teman Mami, dan mendekati kamu. Mami berusaha menenangkan kamu, tapi kamu malah semakin histeris. Lalu, Mami nanya sama Papi apa yang terjadi. Dan Papi bilang, kalau kamu nangis karena nggak dibelikan es krim lagi." Mami Sita bercerita.

" Lalu, setelah itu apa yang terjadi Mi?" tanya Arga.

" Mami menuruti keinginan kamu untuk beli es krim lagi. Ya, walaupun setelah itu Mami harus kena marah Papi sama Nenek kamu. Katanya, Mami terlalu menuruti dan memanjakan kamu." jawab Mami Sita.

Arga terharu, ia sampai memeluk Mami Sita. " Apa Mami sering kena marah sama Papi, dan Nenek karena aku?" tanya Arga penasaran.

" Iya, sering. Sering setiap kamu meminta sesuatu, dan dilarang keras oleh Papi dan Nenek. Karena, setiap mereka melarang, Mami selalu memberikan. Kamu tau, karena apa?" tanya Mami Sita. Ia menarik pelan hidung mancung Arga.

Arga menggeleng, " Enggak Mi."

" Karena, Mami tidak bisa melihat putra kesayangan Mami, yang Mami tunggu kehadirannya selama sepuluh tahun lamanya, menitikkan air mata karena sesuatu hal yang sepele. Mami tidak bisa sayang, Mami tidak bisa melihat kamu bersedih. Mami akan melawan siapapun, yang membuat putra kesayangan Mami sedih. Walaupun itu, suami dan mertua Mami sendiri." jelas Mami Sita. Ia sampai meneteskan air mata, saat mengingat bagaimana dulu perjuangannya untuk bisa memiliki Arga.

Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Berbagai hinaan, cacian, makian, yang Mami Sita terima, karena ia belum bisa memberikan keturunan. Namun semua itu terbayar lunas, setelah kelahiran Arga.

Arga kembali memeluk Mami Sita, " Maafkan Arga Mi. Arga belum bisa jadi anak yang baik untuk Mami, Arga belum bisa bahagikan Mami." ujar Arga.

" Tidak nak, memiliki kamu adalah kebahagiaan terbesar yang pernah Mami dapatkan. Maafkan Mami Arga, Mami terlalu egois karena memaksa kamu untuk menerima perjodohan yang Mami buat. Kamu benar, kamu mempunyai hak untuk memilih dan menentukan pasanganmu. Maafkan Mami hem, Mami hanya tidak sabar." Mami Sita mengelus kepala Arga dengan penuh sayang.

Arga menatap lamat-lamat wajah Maminya. Sekarang ia merasa menyesal, karena telah menolak mentah-mentah permintaan sang Mami. Padahal ia tahu, Mami Sita tak pernah meminta apapun padanya. Ini pertama kalinya Mami Sita meminta sesuatu pada Arga. Dan apa yang Arga lakukan? Ia telah menyakiti perasaan wanita yang sangan disayangi dan dihormatinya.

" Arga sayang Mami," ujar Arga.

" Mami lebih menyayangimu nak," ujar Mami Sita.

Arga menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. " Mi, Arga akan memilih salah satu dari wanita yang Mami pilihkan." ucapnya.

Mami Sita menatap Arga, lalu ia menggeleng." Tidak nak, tidak akan ada perjodohan. Mami tidak mau memaksakan kehendak Mami padamu lagi." jelas Mami Sita.

Ada kelegaan dihati Arga, " Terima kasih Mi, Mami telah mengerti aku."

" Apapun untukmu sayang,"

...----------------...

Hari telah larut malam, setelah berbicara dengan Maminya, Arga memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.

Hingga waktu menunjukkan pukul 00:25. Arga baru memutuskan untuk beristirahat. Ia berjalan memasuki kamar, dan perlahan merebahkan tubuhnya diranjang.

Lambat-laun, mata Arga terpejam karena rasa kantuk yang melanda.

" Papa, Papa,"

Samar-samar Arga mendengar suara anak kecil yang memanggil Papanya. Awalnya, Arga tak menghiraukan. Ia kira itu suara Galih yang sedang memanggil Jo. Namun, semakin lama, semakin terdengar jelas ditelinganya.

" Papa, Papa, aku datang Papa."

" Argh!" Arga terbangun, nafasnya ngos-ngosan.

" Suara anak siapa itu? Kenapa dia seperti sedang memanggilku?" Arga bertanya-tanya.

Arga memutuskan untuk membasuh wajahnya. Setelah membasuh wajah, ia merasa lebih tenang. Ia memperhatikan dirinya dipantulan cermin. Tiba-tiba, wajahnya berubah jadi wajah perempuan yang sangat ia kenal. Ayumi, wajah marah Ayumi terpampang jelas di hadapannya.

Berkali-kali Arga menggelengkan kepalanya. " Tidak, ini tidak bisa dibiarkan. Aku semakin yakin, kalau anak yang dikandung Ayumi adalah anakku. Aku harus memastikannya!" ujar Arga yakin.

Pagi harinya.....

Arga telah sampai dikantor, ia tengah berbicara dengan Tom.

" Pokoknya saya tidak mau tau Tom. Kamu harus atur jadwal saya secepatnya untuk bisa kembali ke Desa itu!" tegas Arga.

" Tapi Tuan, jadwal anda sampai satu minggu kedepan sangatlah padat. Ada beberapa pertemuan dengan kolega besar kita, yang tidak bisa ditunda atau di wakilkan." ujar Tom.

Arga memejamkan matanya, " Kalau memang tidak bisa ditunda, maka atur semuanya jadi tiga hari. Selesaikan semuanya dalam tiga hari, setelah itu, kosongkan jadwal saya!"

" Tapi Tuan-"

Tom mengatupkan bibirnya, ia mendapat tatapan tajam dari sang Bos. " Baik Tuan, semuanya akan terlaksana dalam tiga hari."

Setelah kepergian Tom, Arga kembali melamun. " Aku akan memastikan semuanya. Aku akan membuat Ayumi berbicara yang sejujurnya. Dan kalau dia tak mau bicara jujur, maka aku akan mengambil jalan pintas. Aku akan melakukan tes DNA." tekad kuat Arga.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Syukurlah klo Arga sadar bahwa dia akan mjd ayah

2024-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!